Berbakat Sebelum Belajar Sepakbola di SSB
Kehebatan Zola memang tak lepas dari bimbingan Budi Nugraha. Sejak kecil, Zola sudah diajari oleh Budi bagaimana caranya menjadi pemain profesional, baik dari segi teknik maupun attitude. Hal ini pun kemudian bersinergi dengan Zola yang memang memiliki bakat luar biasa di sepakbola sejak kecil.
“Zola usia 8 tahun, sebelum masuk ke UNI, juggling-nya udah jago. Pak Deny Syamsudin (pelatih –red) sampai melongo liat Zola bisa juggling pas pertama kali ke UNI. Dulu dicontohin sama saya, karena saya juga pemain bola kan,” tutur Budi.
“Saya bilang ke dia, ‘Zol, pemain bola itu harus pintar begini (juggling), karena kalau bisa begini, penguasaan bolanya akan bagus’. Karena juggling mah dasarnya…. fondasinya… bisa dribel, kontrol, segalanya lah di sepakbola. Juggling artinya kita bisa mengontrol bola. Jadi istilahnya ‘Kita yang harus bisa memainkan bola, bukan bola yang mempermainkan kita’.
Budi sejak awal sudah berharap besar pada kemampuan Zola. Namun uniknya, justru tetangganya-lah yang pertama kali menyadari bakat Zola, bukan kedua orang tuanya. Awalnya kedua orang tua Zola menyangka bahwa Zola seperti kakaknya yang tak terlalu punya passion di sepakbola.
“Itu juga tetangga yang ngomong,” kata Yuyun, ibu Zola. “Dulu mah gak terlalu merhatiin karena kirain kayak kakaknya yang gak terlalu suka bola. Tetangga bilang pas Zola ikut turnamen antar mesjid, dia ikut ke anak SMP, padahal waktu itu masih kelas tiga SD.”
“Kemudian saya nanya ke Zola, ‘Zol, mau gak masuk SSB?’. Saya tanya dulu, takut kaya kakaknya, gak bener latihan waktu dilatih sama bapaknya di Propelat. Waktu sama bapaknya mah kan gratis. Sementara UNI bayarnya kan mahal. Jadi harus ditanya dulu. Dia bilang mau,” kenang Yuyun.
Baca juga: Kontribusi Besar Sang Ibu di Balik Deretan Prestasi Gian Zola dan Beckham Putra
Tak seperti sang kakak, Zola ternyata sangat antusias berlatih di SSB. Bahkan Zola seringkali latihan tambahan di rumah atas inisiatif dirinya sendiri ketika libur latihan. Saking seringnya, Yuyun sempat melarang Zola terlalu sering latihan takut anaknya tersebut jenuh.
“Kalau di UNI seminggu latihan tiga kali, Zola suka ngerasa kurang, jadi kalau misalnya sekolah siang, dia tiap pagi latihan skipping, lari pendek, sore juga gitu,” kata Yuyun. “Saya sampai bilang, ‘Zol, udah atuh jangan latihan wae’ karena saking seringnya dia latihan. Bukan apa-apa, kalau saya takut dianya jenuh.”
Mendapatkan nasihat seperti itu tak membuat Zola mengurangi latihan. Ia justru semakin giat berlatih, khususnya setelah melihat permainan Febri Hariyadi, seniornya di UNI yang sekarang menjadi andalan Persib Bandung. Menurut sang ibu, pemain yang dikenal dengan Ferbi Bow ini adalah pemain favorit Zola.
“Saya yang ajak Zola nonton Febri turnamen, final Piala Himendra, Uni vs Sidolig. Si Zola mah pemaen favoritna Febri. Febri juga kan masih saudara. UNI juara, Febri pemain terbaik. Dari situ mulai tuturut si Febri, kalau si Febri kaos kakinya digimanain, dia ngikutin,” papar Yuyun.
Sementara itu, nama Zola sendiri terinspirasi dari pesepakbola asal Italia, Gianfranco Zola. Saat Gian Zola lahir pada 1998, saat itu Gianfranco Zola tengah memiliki musim yang baik bersama Chelsea. Chelsea saat itu baru saja menjuarai Football League Cup, UEFA Cup Winner`s Cup, dan UEFA Super Cup.
Gambar di atas sendiri menunjukkan torehan prestasi terbaik yang diraih Zola. Gambar sebelah kiri adalah foto bersama Lionel Messi di Doha, Qatar. Sementara foto sebelah kanan adalah foto trofi yang didapat Zola ketika menjadi Most Promising Player saat mengikuti ajang Manchester United Premier Cup (MUPC) 2013 di Carrington, Manchester, Inggris. Sementara itu foto tengah merupakan foto `koleksi` sang ayah saat menamai anaknya Gian Zola, menutup tulisan `franco` pada poster Gianfranco Zola.
Kisah Beckham Putra tak kalah menarik dari kisah Zola, nantikan ceritanya di artikel berikutnya.
Komentar