Sepakbola Indonesia bergejolak. Sejak terkena sanksi dari FIFA pada 30 Mei 2015, sepakbola Indonesia berada pada titik terendahnya. Sanksi memang kemudian dicabut pada Kongres FIFA ke-66. Kemudian kita juga sempat dibuat kesal dengan persiapan Piala AFF 2016 yang seadanya dan serba terbatas dari Alfred Riedl.
Menjadi runner-up Piala AFF 2016 seolah menjadi prestasi di tengah kalutnya sepakbola kita. Pertandingan di Rajamangala, Bangkok, tersebut adalah pertandingan yang menutup tahun 2016 bagi Indonesia. Sedangkan Kongres PSSI pada 8 Januari yang lalu menjadi pembuka 2017, sekaligus penanda jika kita sudah siap menghadapi tahun 2017 dan tahun-tahun berikutnya.
Namun kalau boleh jujur, Indonesia sebenarnya sudah kehilangan banyak hal dan banyak kesempatan sejak terkena sanksi dari FIFA pada 2015. Sanksi tersebut membuat Indonesia langsung tersingkir dari kualifikasi Piala Dunia 2018 dan Piala Asia 2019.
Bukannya ingin berharap Indonesia bisa lolos ke Piala Dunia 2018 atau Piala Asia 2019, tapi karena hal tersebutlah Indonesia menjadi tidak memiliki agenda pertandingan yang berpengaruh selama beberapa tahun ke depan, terutama tahun 2017 ini yang sebenarnya, seharusnya, menjadi penanda kebangkitan sepakbola kita.
Baca juga: Soal Regulasi Anyar Kompetisi Indonesia, Semoga Saya Salah....
Indonesia mendapatkan peringkat FIFA terendahnya, yaitu pada peringkat ke-179 setelah terkena sanksi. Hal ini terjadi karena tim nasional Indonesia tidak memiliki agenda pertandingan sama sekali sampai sebelum Piala AFF 2016. Baru setelah Piala AFF 2016 berakhir saja, Indonesia bisa memperbaiki peringkat FIFA mereka ke posisi ke-171.
Agenda tim nasional Indonesia sepanjang 2017
Di tahun 2017 ini, PSSI sebagai federasi sepakbola tertinggi di Indonesia, langsung dihadapkan dengan agenda baru untuk timnas Indonesia dari berbagai usia.
Ada beberapa agenda yang akan diikuti oleh timnas Indonesia baik dari tingkat junior maupun senior. Tapi karena sanksi pada 2015 di atas, khusus untuk tahun 2017 ini ternyata agenda di tingkat junior justru lebih banyak dan lebih sibuk dibandingkan dengan tingkat senior.
Maka tidak mengherankan jika PSSI mengagendakan jika timnas senior akan berkonsentrasi penuh pada pemain-pemain berusia 23 tahun ke bawah, atau sambil menyiapkan juga timnas U23.
Grafis agenda timnas Indonesia sepanjang tahun 2017 (Oleh: Mayda Ersa Pratama)
Untuk timnas senior, karena kita tidak mengikuti kualifikasi Piala Dunia2018 dan Piala Asia 2019, jadi praktis membuat tidak adanya turnamen yang tersaji di tahun 2017. Turnamen terdekat timnas senior Indonesia akan hadir pada 2018, yaitu (lagi-lagi) Piala AFF.
Timnas senior hanya akan menggelar petandingan persahabatan internasional yang sudah dijadwalkan oleh FIFA. Dari sini lah kita sebaiknya bisa memanfaatkan betul kalender jeda internasional dari FIFA tersebut demi memperbaiki peringkat FIFA kita.
Perbedaan status pertandingan persahabatan dengan pertandingan kualifikasi
Ternyata absennya Indonesia dari pertandingan-pertandingan kualifikasi ini sangat disayangkan. Seperti yang pernah dijelaskan dalam hitung-hitungan peringkat FIFA, status pertandingan persahabatan biasa dengan pertandingan kualifikasi memiliki koefisien pengali yang berbeda.
Menurut ketentuan perhitungan ranking FIFA yang memiliki rumus hasil pertandingan (M) dikali pentingnya pertandingan (I) dikali kekuatan lawan (T) dan dikali kekuatan konfederasi (C), pertandingan persahabatan, termasuk kompetisi kecil seperti Piala AFF, hanya memiliki I dengan faktor pengali satu (1), sementara pertandingan kualifikasi Piala Dunia memiliki faktor pengali dua setengah (2,5).
Baca selengkapnya: Peringkat Indonesia dan Rumus Menghitung Ranking FIFA
Sebuah kemenangan (menghasilkan poin M sebanyak 3) Indonesia melawan Thailand dari konfederasi AFC (C sebanyak 0,85) di peringkat 129 pada saat itu (T sama dengan 200 dikurangi angka peringkat lawan, yaitu sebanyak 71) pada pertandingan final Piala AFF leg pertama (I sebanyak 1 saja), akan menghasilkan nilai 181,05.
Sekarang kita bandingkan perhitungan di atas dengan hasil imbang 2-2 Thailand melawan tamunya, Australia, pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia (15/11/2016). Thailand memeroleh hasil imbang (menghasilkan poin M sebanyak 1 saja) melawan Australia dari konfederasi AFC (C sebanyak 0,85) di peringkat 48 pada saat itu (T sebanyak 152) pada pertandingan babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2018 zona AFC (I sebanyak 2,5), akan menghasilkan nilai 323.
Lihatlah kedua perbedaan di atas yang membedakan sebuah kemenangan di leg pertama final Piala AFF (menghasilkan nilai 181,05) dengan sebuah hasil imbang di pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018 (323). Sungguh perbedaan level yang jomplang.
Angka-angka yang sudah dihitung untuk peringkat FIFA di atas kemudian harus juga mempertimbangkan hasil lainnya dalam 48 bulan terakhir, untuk kemudian diambil nilai rata-ratanya, sebelum akhirnya bisa menentukan peringkat FIFA yang dirilis oleh FIFA setiap bulannya (biasanya pada Hari Kamis).
Cara Indonesia memaksimalkan pertandingan persahabatan
Inti dari semua ini adalah kembali ke bagaimana Indonesia bisa memanfaatkan kalender jeda internasional dari FIFA. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan memanfaatkan jeda internasional melalui pertandingan persahabatan dengan sebaik-baiknya.
Bersambung ke halaman berikutnya untuk melihat lawan-lawan yang dapat dipertimbangkan oleh Indonesia untuk memperbaiki peringkat FIFA
Komentar