Halaman kedua...
Kemudian kita semua tahu jika Indonesia adalah negara yang luas yang dipisahkan oleh pulau-pulau. Penyelenggaraan kompetisi, baik Piala Presiden ataupun Liga Indonesia nantinya, dinilai tidak ramah biaya, waktu, dan tenaga, karena kesebelasan harus berpindah-pindah dan menempuh jarak yang jauh.
Mengomentari hal tersebut, mantan pelatih Sarawak FA dan Arema Malang tersebut ternyata kembali bisa menyampaikan pemikiran yang berbeda yang bisa kami terima.
“Itu adalah fungsi transportasi modern. Sebagai contoh, aku pernah bermain di NASL (National American Soccer League, bersama Vancouver Whitecaps tahun 1970-an), kesebelasanku di Vancouver, kemudian harus bepergian ke Miami, New York, harus terbang 6-7 jam dan merasakan perbedaan zona waktu sampai 2-3 jam. Itu adalah hal yang normal di olahraga profesional.”
Bepergian dan menempuh jarak jauh ternyata merupakan hal yang wajar di olahraga. Namun, memang ada satu hal yang sangat penting yang memengaruhi, yaitu perencanaan.
“Hal terpenting adalah kamu menyiapkannya dengan baik. Ini lah hal lainnya yang aku sangat tidak yakin kita melakukannya dengan baik di Indonesia karena aku melihat kesebelasan yang bepergian kadang dari tiga atau dua hari sebelum pertandingan.”
“Kami (PSM) tidak melakukannya. Kami bepergian satu hari sebelum pertandingan,” ujar meneer berusia 62 tahun tersebut. “Seperti yang kamu bilang, itu kadang melelahkan. Kenapa kami harus pergi dua hari sebelum pertandingan, datang ke kota yang berbeda, tinggal di hotel lainnya, dan tidak memiliki lapangan latihan yang bagus, dan pada akhirnya kami akan menghabiskan waktu dengan percuma?” Ia malah balik bertanya.
“Jika di Makassar, orang-orang akan merasa baik dan merasa seperti di rumah, kami bisa latihan di sana seperti biasanya, kemudian sehari sebelum pertandingan, kami baru pergi. Itu sebenarnya adalah hal yang normal di manapun. Ini yang aku rasa menunjukkan kurangnya profesionalisme di Indonesia di saat kita bisa meningkatkan hal-hal lainnya.”
“Dari Makassar ke Jakarta adalah dua jam penerbangan. Benar, kan? Jadi kenapa kami harus datang dua hari sebelumnya? Jika kamu menyetir di Jakarta bahkan kamu bisa menghabiskan waktu dua jam lagi di jalan. Jadi kamu akan menghabiskan banyak waktu.”
“Aku pikir kesebelasan kami tahun lalu menunjukkan efisiensi waktu dan bahkan bisa menghemat banyak biaya juga, karena jika kamu tinggal di hotel, kamu akan menghabiskan banyak uang.”
“Ada berapa banyak pertandingan [tandang]? 18 (seharusnya 17 -red) pertandingan, kan? Itu akan menghabiskan uang yang banyak, padahal uang yang banyak tersebut bisa kita pakai untuk pengembangan pemain muda,” tutup pelatih asal Belanda tersebut.
Mulai dari efisiensi waktu, biaya, tenaga, sampai perencanaan yang matang, ternyata Alberts memiliki pemikiran yang sama sekali berbeda seperti yang kita kira di awal tulisan ini. Dengan tidak menetap di Bandung, dengan pulang-pergi Bandung-Makassar, dan dengan bepergian satu hari sebelum pertandingan, ia sudah berhasil menyampaikan buah pikirannya yang penuh perencanaan dan efisiensi.
Nantikan wawancara kami selengkapnya dengan coach Robert René Alberts yang bisa membuka pikiran kita dengan lebih baik lagi untuk sepakbola Indonesia.
Komentar