Dalam beberapa tahun belakangan ini, Jerman dikenal sebagai negara yang mampu mengorbitkan gelandang-gelandang berkualitas ke permukaan. Setelah berakhirnya era Michael Ballack, munculah nama-nama seperti Mesut Oezil, Toni Kroos, dan Ilkay Guendogan, yang menyusul Bastian Schweinsteiger yang terlebih dahulu mendunia.
Dan di saat Ozil, Kroos, dan Guendogan masih belum habis dan tengah berada di puncak performanya saat ini, Jerman kembali memunculkan calon-calon bintang di lini tengah dengan nama Joshua Kimmich, Julian Weigl, Leon Goretzka, Emre Can, dan Mahmoud Dahoud.
Khusus bagi nama terakhir, ia mungkin masih belum setenar nama-nama yang disebutkan sebelumnya tadi. Maklum, pemain yang saat ini merumput bersama Borussia Monchengladbach tersebut masih belum mendapatkan debutnya di timnas senior Der Panzer. Berbeda dengan Kimmich, Weigl, Goretzka, dan Can yang telah memainkan laganya di tim senior lebih dari satu kali.
Walau demikian, Mahmoud Dahoud saat ini sudah menjadi rebutan bagi klub-klub besar di Eropa dibandingkan dengan nama-nama sebelumnya tadi. Terhitung Paris Saint-Germain, Liverpool, Borussia Dortmund, Tottenham Hotspur, Barcelona, Juventus dan Chelsea dikabarkan tengah saling sikut demi mendapatkan tanda tangan pemain yang lahir di Suriah tersebut.
Memulai kariernya di akademi Gladbach ketika berusia 14 tahun pada 2010 lalu, Dahoud mampu tampil tokcer sehingga hanya butuh waktu sekitar empat tahun saja bagi dirinya untuk mencicipi debutnya di tim utama. Ketika itu ia diturunkan di babak kualifikasi Liga Europa melawan FK Saravejo. Sebelumnya, ia pun sudah menjadi langganan timnas Jerman U-17 dan U-19 yang dilatih oleh mantan pemain Dortmund, Horst Hrubeshc.
Musim 2015-16 lalu adalah musim di mana dirinya mulai menarik perhatian publik Jerman. Bahu membahu bersama Granit Xhaka di lini tengah, Dahoud berhasil membawa Gladbach bertengger di zona Liga Champions setelah mampu finish di peringkat empat di akhir musim. Ketika itu, Dahoud berhasil mencetak lima gol dan sembilan asis bagi Die Fohlen.
Sementara di musim ini, permainan Dahoud semakin menarik untuk disaksikan. Walau baru mencetak satu satu gol dan dua asis hingga pekan ke-21, namun dirinya menjadi begitu dominan di lini tengah Gladbach. Squawka pun mencatat jika Dahoud merupakan gelandang Gladbach yang paling tinggi dalam hal mengkreasi peluang dengan torehan 14 umpan kunci sejauh ini. Hal itu pun memang tidak terlepas dari hengkangnya sang tandem, Granit Xhaka, ke Arsenal di awal musim ini. Karena di musim 2015-16 lalu, potensi Dahoud masih berada di bawah bayang-bayang pemain asal Swiss tersebut.
Gaya Bermain Mahmoud Dahoud
Salah satu hal yang membuat Dahoud menjadi sebuah prospek yang menjanjikan adalah karena kepintarannya di atas lapangan. Selain memiliki visi bermain yang canggih, juga dengan pergerakan tanpa bola yang baik, pemain yang lahir pada 1 Januari 1996 itu pun memiliki kemampuan dalam hal bertahan yang baik. Di musim 2015-16 lalu, Dahoud tercatat selalu membuat 2,9 tekel dan 2,3 intersep di setiap laganya.
Beberapa bahkan menilai jika Dahoud merupakan Ilkay Guendogan jilid 2. Hal itu pun memang ada benarnya, karena jika dilihat dari caranya bermain, baik Dahoud maupun Gundogan memiliki kemiripan yang cukup signifikan. Selain mampu menyerang dan bertahan dengan sama baiknya, keduanya pun cukup fasih untuk berperan sebagai deep-lying playmaker, yang juga bisa difungsikan untuk menjadi box-to-box midfielder di timnya masing-masing.
Meski demikian, sebagai pemain muda, Dahoud pun masih memiliki kekurangan. Dengan postur tubuh yang hanya mencapai 177cm, dirinya masih kerap kesulitan untuk melakukan duel dengan pemain lawan. Baik duel udara ataupun kontak bodi. Hal ini jelas akan sedikit menyulitkan bagi dirinya andai ia jadi pindah ke Liga yang mengandalkan kekuatan fisik seperti Liga Inggris dalam waktu-waktu dekat ini. Maka dari itu, sudah sepatutnya Dahoud untuk segera meningkatkan kekuatan fisiknya mulai saat ini.
Siap Hengkang dari Gladbach
Seiring dengan banyaknya tim-tim besar yang mengantre untuk mendapatkan tanda tangannya, Mahmoud Dahoud pun terlihat silau dibuatnya. Karena ketika disodori tawaran perpanjangan kontrak oleh manajemen Gladbach, pemain yang mengenakan nomor punggung delapan itu pun langsung menolaknya.
Hal ini jelas menjadi tamparan keras bagi pihak Gladbach, karena bukannya apa, kontrak Dahoud bersama tim yang bermarkas Stadion im Borussia-Park tersebut akan berakhir pada tahun 2018 nanti. Itu artinya, andai Gladbach tidak buru-buru menjualnya di akhir musim mendatang, mereka pun kemungkinan besar akan kehilangan potensi Dahoud dengan sia-sia di bursa transfer musim panas 2018 nanti.
Direktur Olahraga Gladbach, Max Eberl pun telah mengindikasikan jika klub yang didirikan pada tahun 1900 tersebut telah siap untuk menjual Dahoud di akhir musim nanti andai proses perpanjangan kontrak yang telah dibicarakan itu tetap urung terjadi.
“Tidak ada yang berubah, kami memiliki keinginan yang besar untuk memperpanjang kontraknya dan saya harap kami dapat segera duduk bersama untuk membicarakannya. Jadi kita akan terus mengupayakan itu, dan andai tetap tidak berhasil, ia masih memiliki kontrak satu tahun di musim panas nanti. Setelah itu kita akan melihat apa yang terbaik bagi semua pihak nanti,” cetus Eberl kepada RP Online.
**
Dengan kualitas yang dimilikinya, akan menjadi kerugian yang sangat besar bagi Gladbach andai mereka gagal membujuk Dahoud untuk melakukan tanda tangan perpanjangan kontrak di Im Borussia-Park. Setelah kehilangan Granit Xhaka di musim ini, praktis nama Dahoud lah yang seharusnya dijadikan tumpuan oleh Gladbach di lini tengah mereka dalam beberapa tahun mendatang.
Sementara bagi Dahoud, ia pun wajib untuk memikirkan kembali secara matang perihal keinginannya untuk pindah dari Gladbach tersebut. Karena jika hanya silau oleh nama besar dan tidak siap secara mental, bukan tak mungkin dirinya hanya akan menjadi penghangat bangku cadangan di tim besar yang diidamkannya itu.
Komentar