Sepakbola Indonesia memang sejauh ini belum terlalu membanggakan dari segi prestasi. Namun jika berbicara bakat pemain, para pemain muda potensial Indonesia terus bermunculan dari seluruh penjuru Tanah Air. Tengok saja daftar pemain timnas asuhan Luis Milla saat ini.
Milla, pelatih timnas Indonesia, memanggil 25 pemain berusia di bawah 22 tahun untuk disiapkan menjelang SEA Games 2017, yang kebetulan para pemain tersebut berlaga di Piala Presiden 2017. Dari ke-25 nama tersebut, banyak nama-nama baru, dan mayoritas belum pernah merasakan bermain di timnas senior meski terdapat nama-nama beken seperti Evan Dimas dan Hansamu Yama.
Dari ke-25 tersebut, hanya dua saja penyerang yang terpilih. Salah satu dari mereka adalah pemain milik Persipura Jayapura, Marinus Mariyanto Wanewar. Pemain kelahiran 24 Februari 1997 seolah menjadi oase di tengah sulitnya Indonesia memiliki penyerang berkualitas setelah era Bambang Pamungkas berakhir.
Untuk mengenal lebih jauh pemain berusia 20 tahun ini, kami berkesempatan mewawancarai langsung Marinus di sela-sela kesibukannya menjalani latihan timnas. Dan rasanya, kita memang bisa berharap besar pada pemain bertinggi 182 cm ini.
Bakatnya Termaksimalkan Alfredo Vera
Karier Marinus sebenarnya sudah cukup terlihat cerah sejak 2015 lalu. Saat itu, ia bersama 24 pemain muda lain berkesempatan untuk mengikuti turnamen di Belanda. Pada turnamen tersebut, ia bahkan menjadi top skorer.
“Waktu itu saya ikut seleksi di Jayapura. Sekitar 25-26 pemain terpilih, jadi satu tim. Di sana main 11 pertandingan, jadi top skor. Bikin sembilan gol aja,” kata Marinus. “Kita lawan FC Den Bosch, setelah itu Feyenoord. Ada tim-tim lain saya sudah lupa, tapi akademi di Belanda.”
Marinus Wanewar saat menjalani turnamen di Belanda
Tak berhenti sampai di situ, perjalanan Marinus di luar negeri berlanjut ke Yunani. Penampilannya di Belanda tersebut membuat salah seorang agen asal Indonesia tertarik untuk menawarkannya main di kesebelasan divisi dua Yunani, Apollon Kalamaria. Hanya saja kendala bahasa dan visanya bermasalah membuatnya gagal melanjutkan karier di Eropa.
“Habis itu ke Yunani, cuma dua orang aja yang dibawa sama agen. Tapi di sana kita kendala bahasa, kita kan gak bisa bahasa Inggris,” ujar Marinus. “Namanya FC [Apollon] Kalamaria, main di divisi dua. Selain itu kita punya masalah di visa. Ditambah lagi teman saya cedera patah tulang. Dari bulan Agustus [2015] cuma sampai bulan Desember [2015].”
Setelah memiliki pengalaman di Belanda dan Yunani, barulah Marinus bergabung ke Persipura yang berlaga di Indonesia Soccer Championship. Tapi namanya baru mencuat setelah kesebelasan berjuluk Mutiara Hitam ini ditangani oleh pelatih asal Brasil, Angel Alfredo Vera, pelatih yang menggantikan Jafri Sastra di awal-awal kompetisi.
Marinus kemudian mendapatkan debutnya bersama Persipura di ISC pada Agustus 2016 lalu. Pada laga perdananya tersebut, ia diturunkan sejak menit pertama, Marinus bahkan langsung mencetak gol. Hanya saja karena terlalu antusias dengan debut dan gol perdananya tersebut, ia langsung dikartu merah karena merayakan gol dengan membuka baju padahal ia sebelumnya sudah mendapatkan kartu kuning. Meskipun begitu, Marinus mulai sering mendapatkan kesempatan bermain setelah debutnya tersebut.
Bersama Vera, Marinus mendapatkan kenyamanan dalam bermain sebagai penyerang tengah. Padahal sejak awal kariernya ia ditempatkan sebagai pemain sayap, sebagaimana posisi Robinho dan Boaz Solossa yang merupakan pemain favoritnya. Akan tetapi bersama Vera, Marinus diplot sebagai penyerang tengah yang memerankan target man.
“Awal dulu jadi sayap kanan atau kiri. Baru belajar jadi striker tengah pas masuk Persipura,” tukas anak dari pasangan Pitter Wanewar dan Regina Cawem ini. “Dia [Vera] lihat saya punya badan besar, bisa jadi tembok di depan.”
Bersambung ke halaman berikutnya...
Komentar