Kompetisi untuk Kelompok Usia atau Semua Usia dalam Satu Kompetisi? (Bagian 2)

Cerita

by Dex Glenniza 41245

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Kompetisi untuk Kelompok Usia atau Semua Usia dalam Satu Kompetisi? (Bagian 2)

Halaman kedua: Ketidaksetujuan dengan regulasi pemain U23 jika diterapkan di Liga 1

“Aku masih sangat bingung dengan peraturan di turnamen ini dan di liga nanti,” kata Alberts. “Jika segitu pentingnya bagi mereka untuk melihat dan harus ada pemain di bawah 23 tahun karena SEA Games, dan karena mereka mengambil pelatih-pelatih yang tidak tahu tentang sepakbola Indonesia, lalu buat saja turnamen ini menjadi turnamen untuk pemain-pemain U23. Jadi semua orang bisa melihatnya.”

“Tapi sekarang, hampir semua tim hanya memakai pemain U23 tidak lebih dari 45 menit. Aku bahkan masih belum melihat ada tim yang menggunakan kiper U23. Tapi PSM sudah memberikan kesempatan. Kami sangat serius dengan pengembangan pemain, tapi tidak memaksakan pengembangan pemain.

“Itu adalah hal yang salah. Peraturan ini memaksa pemain untuk bermain di tingkat yang sebenarnya mereka belum siap. Jadi, aku bingung. Aku pikir banyak orang non-teknis yang membuat keputusan ini yang tidak ada kaitannya dengan pengembangan teknis sepakbola.

Ketika kami tanya apa yang harus manajemen liga dan federasi lakukan jika mereka mau pemain muda lebih banyak bermain dan dilibatkan pada permainan, ia menjawab dengan setengah bercanda: “Aku pikir mereka harus baca buku. Hahaha.”

“Coba aku tanya, di belahan dunia mana ada kompetisi yang mewajibkan pemain-pemain muda, kecuali kompetisi tersebut memang untuk usia tertentu? Jika aturan ini diterapkan di Inggris misalnya, apa kesebelasan akan menerimanya? Tidak.

“Jika memang pemain U23 itu layak dimainkan di tim utama, sudah pasti akan dimainkan. Tapi sekarang mereka dipaksa dimainkan meski mereka tidak cukup bagus. Jika dipaksakan tentu akan mengecewakan pemain yang merasa belum cukup layak dan akan menjatuhkan mental mereka.

“Apabila ada pemain U23-ku yang bagus, aku akan memainkannya. Aku akan membina mereka hingga bisa siap dimainkan. Tapi jika itu dipaksakan, itu tak membantu kesebelasan, pemain, dan pembinaan sepak bola.”

Pentingnya pemisahan kompetisi sesuai kelompok umur

Setelah mendengarkan dari dua pelaku sepakbola Indonesia di atas, saya kembali mencari pembanding dari buku Leading yang ditulis oleh Sir Alex Ferguson dan Sir Michael Moritz. Ferguson menyampaikan pentingnya kompetisi yang sesuai dengan kelompok umur, hal senada yang juga disampaikan oleh coach Alberts.

“FA Youth Cup (Piala FA untuk para pemain muda) penting untuk beberapa alasan. Itu memberikan para pemain muda cita rasa dari kompetisi yang berat, sebagai persiapan menghadapi kehidupan di tim utama dan merasakan perbedaan antara menang dan kalah. Bryan Robson dan Darren Fletcher bahkan pernah bermain di tim reserve.”

Setelah itu, ternyata Ferguson juga memberikan perspektif lainnya soal sorotan media terhadap pemain muda. “Efek televisi membuat anak-anak saat ini bisa menonton Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo. Aku yakin ada ribuan dari mereka yang mencoba meniru Messi atau Ronaldo,” seperti yang tertulis di buku Leading.

“Kami melindungi pemain muda dari media. Contohnya, Ryan Giggs tidak kami berikan kesempatan mendapatkan interviu pertamanya sebelum ia menginjak usia 20 tahun. Saat itu ia interviu perdana dengan Hugh McIvanney dari Sunday Times, orang yang kami sudah tahu dan kami bisa percaya. Salah satu cara kami membaurkan masa muda dengan kesempatan adalah dengan menjauhkan mereka dari kamera televisi.”

Pengaruh pemain tua yang lebih berpengalaman juga sangat penting bagi perkembangan pemain muda.

“Bahkan pemain berpengalaman bisa beberapa kali menonton tim muda yang membuat para pemain muda lebih percaya diri. Bryan Robson, Steve Bruce, Brian McClair, semuanya melakukannya, dan Gary Neville juga mau langsung membantu para pemain muda.

“Gary Neville dibantu oleh Peter Schmeichel. Ryan Giggs dibantu oleh Paul Ince. Pada saat aku masih muda dan bermain di St Johnstone juga ada tiga pemain berpengalaman yang membantuku – Jim Walker, Jimmy Little, dan Ron McKinven.

“Ini penting bagi pemain muda, untuk mereka merasa memiliki mentor yang bisa dipercaya dan memiliki ketertarikan. Ada ikatan yang lebih natural yang terjadi antara pemain daripada dengan staf pelatih. Ini terjadi karena perbedaan umur.

“Pembinaan pemain muda mencontohkan kepada kita keuntungan investasi jangka panjang pada sumber daya manusia melalui latihan. Kerjasama yang kuat datang dari kebiasaan yang dalam dan pengembangan ikatan tersebut kepada pemain lainnya. Mereka akan lebih kenal jika sudah lama bersama,” seperti yang tertulis di buku terbitan 2015 tersebut.

***

Dari sepanjang wawancara dan tulisan ini, kita bisa melihat jika regulasi pemain U23 dilakukan untuk membantu Indonesia dalam menyiapkan pemain-pemain muda untuk meraih target jangka pendek, yaitu menjuarai SEA Games.

Tidak perlu kaget jika pemain muda benar-benar dipaksakan untuk bersaing di tim utama karena itu berarti akan membiasakan mereka, setidaknya sampai Agustus nanti ketika SEA Games dimulai. Namun, kita memang masih menunggu hasilnya, apakah regulasi ini akan diterapkan di Liga 1 atau tidak.

Namun untuk jangka panjangnya, memang ada baiknya PSSI memikirkan untuk membuat kompetisi yang sesuai dengan kelompok umur. Rasanya tidak perlu banyak contoh untuk mendukung hal ini, kompetisi kelompok umur muda (U21, U19, U17, dst) memang dibutuhkan alih-alih diinginkan.

Hal ini terjadi karena pemangku kebijakan di Indonesia tentunya lebih menginginkan keuntungan dan sorotan media melalui kompetisi tertinggi. Hal ini bukan “dosa besar” dan bahkan wajar, karena seperti yang Ferguson bilang, (kompetisi) pemain muda justru harus dijauhkan dari sorotan televisi. Dengan begitu, pemain muda akan bisa berkembang dengan semestinya.

Akan tetapi, apakah negara kita sudah siap dengan pemisahan kompetisi kelompok umur yang berkelanjutan ini? Terutama soal infrastrukturnya.


Tulisan ini adalah bagian ketiga dari kumpulan hasil wawancara kami dengan PSSI dan pihak-pihak yang terkait dalam membantu percepatan sepakbola Indonesia. Kumpulan tulisan tersebut bisa dibaca pada tautan di bawah ini:

Tulisan 1: Regulasi Pemain U23: Pembinaan atau Pemaksaan?
Tulisan 2: Kompetisi untuk Kelompok Usia atau Semua Usia dalam Satu Kompetisi?
Tulisan 3: Sepakbola Indonesia Tidak Akan Maju Tanpa Bantuan Pemerintah

Komentar