Pemain-pemain sepakbola dari sebuah universitas memperebutkan tiket untuk bermain di Liga Europa UEFA? Jika Anda melihatnya di Liga Primer Wales, hal itu memang benar adanya. Tim sepakbola bernama Cardiff Met FC, atau Cardiff Metropolitan University Football Club, sedang berjuang memperebutkan tiket menuju Liga Europa untuk musim 2017/2018.
Liga Primer Wales adalah liga profesional yang diadakan di Wales terhitung sejak 1992, atau bisa dibilang hampir bersamaan dengan terbentuknya Liga Primer di Inggris. The New Saints adalah kesebelasan yang merajai liga ini dengan raihan 11 trofi. Enam di antaranya bahkan diraih secara beruntun.
Untuk musim 2016/2017, The New Saints masih menjadi penguasa Liga Primer Wales. Namun cerita tidak hanya selesai sampai di situ. Ada sebuah kejutan yang dihadirkan oleh kesebelasan yang baru saja tampil pertama kali di Liga Primer Wales setelah promosi dari Divisi Satu musim lalu. Mereka adalah Cardiff Metropolitan University FC, kesebelasan yang bermaterikan pemain-pemain yang masih duduk di bangku kuliah.
Siapakah mereka sampai akhirnya mengejutkan seperti itu?
Bukan Sekadar Kesebelasan Universitas Belaka
Membayangkan kesebelasan sepakbola universitas, lazimnya akan terbersit sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa yang mewujud sebuah kesebelasan sepakbola. Mereka memang kerap berkompetisi (termasuk di Indonesia) dalam sebuah Liga Mahasiswa, tapi Cardiff Metropolitan University bukanlah sekadar kesebelasan sepakbola biasa. Mereka tercatat mengikuti kompetisi profesional Wales sejak musim 2001/2002, walau perjalanan mereka sampai musim 2015/2016 lebih banyak berkutat di Divisi Satu sampai Divisi Tiga.
Sebagai kesebelasan sepakbola yang berkompetisi di liga profesional Wales, mereka pun punya keunikan lain, yaitu memiliki basis pendukung sendiri. Pendukung-pendukung ini menamakan dirinya sebagai Ultras Cardiff Metropolitan University Club. Ketika Cardiff Met (singkatan dari Cardiff Metropolitan University) bertanding, maka kelompok pendukung ini akan memukul tetabuhan dan berteriak-teriak menyuarakan dukungannya kepada Cardiff Met.
https://twitter.com/con_orourke/status/818536850558189568
Sekarang, dimotori oleh direktur olahraga yang juga mantan pemain timnas Wales, Christian Edwards, serta dimanajeri oleh mantan pemain Sheffield United, Wayne Allison, Cardiff Met berusaha untuk bukan sekadar berpartisipasi di liga profesional Wales saja, tapi menjadi wakil dari daerah Wales Selatan di Liga Primer Wales untuk musim 2016/2017.
Benar-benar bukan kesebelasan sepakbola biasa.
Tentang Uang 150 Paun yang Harus Dibayar Para Pemain
Walau berkompetisi di liga profesional, para pemain Cardiff Met yang kebanyakan adalah mahasiswa-mahasiswa S2 di universitas tersebut ternyata sama sekali tidak dibayar oleh pihak kampus. Per pemain malah harus membayar 150 paun (sekitar 2,6 juta rupiah) per tahun agar mereka tetap bisa berkompetisi, karena uang dari hasil 150 paun tersebut digunakan untuk keperluan kit serta matchday kesebelasan. Hal ini diutarakan oleh Christian Edwards.
"Kami murni memainkan mahasiswa sebagai pemain di kesebelasan ini. Mereka tidak dibayar. Malah mereka harus membayar 150 paun per tahun untuk keperluan kit dan matchday kesebelasan. Mereka memang mahasiswa biasa, tapi walau tidak dibayar layaknya profesional, kami berusaha untuk menanamkan profesionalitas dalam diri para pemain kami," ujar Edwards dilansir dari Daily Mail.
Walau harus membayar sebesar 150 paun, para pemain Cardiff Met pun tidak terlalu masalah akan hal tersebut. Hal itu tercermin dari apa yang mereka tampilkan, termasuk mulai pada musim 2015/2016 ketika mereka lolos dari Divisi Satu, dan sekarang tampil cukup apik dalam ajang Liga Primer Wales musim 2016/2017. Mereka bahkan sekarang akan memperebutkan tempat di babak pertama kualifikasi Liga Europa melalui pertandingan play-off melawan Bangor City.
"Benar-benar musim yang baik untuk kami. Kami sudah mulai saling memahami tentang apa yang ingin kami capai, dan kami tidak panik untuk menjalaninya. Saya kira ini adalah kunci keberhasilan kami pada musim ini (musim 2016/2017). Kami berhasil membentuk filosofi bermain yang ingin kami terapkan di lapangan," ungkap Edwards.
Berpeluang ke Liga Europa
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Cardiff Met berpeluang bermain di Liga Europa musim depan. Di klasemen akhir Liga Primer Wales, Cardiff Met berada di peringkat keenam. Liga Wales memiliki sistem bahwa juara (dalam hal ini adalah The New Saints) berhak lolos ke kualifikasi babak pertama Liga Champions, kemudian peringkat kedua (Connah`s Quay Nomads) dan ketiga (Bala Town) berhak langsung lolos ke kualifikasi babak pertama Liga Europa.
Sementara peringkat keempat sampai ketujuh memiliki peluang memperebutkan satu tiket sisa ke kualifikasi babak pertama Liga Europa. Keempat kesebelasan tersebut adalah, sesuai posisi klasemen, Bangor City, Carmarthen Town, Cardiff Met, dan Newtown.
Penentuan ini dilakukan dengan pertandingan play-off yang berformat semi-final dan final. Pada semi-final, Bangor City berhasil mengalahkan Newtown dengan skor 3-2. Sementara Cardiff Met mengalahkan Carmarthen Town dengan skor 2-1. Alhasil, pertandingan final akan mempertemukan Bangor City dan Cardiff Met di Bangor University Stadium, yang akan dilangsungkan pada 13 Mei waktu setempat.
Pemenang dari laga final ini berhak mendapatkan jatah lolos ke kualifikasi babak pertama Liga Europa.
***
Kasus-kasus tentang kesebelasan sepakbola dari universitas yang mencapai sukses bukan hanya pernah dialami oleh Cardiff Met saja. Ada kesebelasan sepakbola Team Bath, yang pada 2002 juga sukses mencuri perhatian saat lolos ke babak pertama Piala FA, mengikuti jejak Universitas Oxford pada 1880 silam. Team Bath bahkan sampai berkompetisi di Conference South. Namun, karena tidak mau melepas status mereka sebagai kesebelasan sepakbola universitas, mereka akhirnya harus mundur dari kompetisi sepakbola Inggris pada 2009.
Meski berbeda negara, peluang Cardiff Met untuk menjadi seperti Team Bath selalu ada, apalagi jika mereka menolak untuk melepas identitas mereka sebagai kesebelasan sepakbola universitas. Namun Edwards mengaku tidak khawatir. Ia malah melihat bahwa Cardiff Met sekarang dijadikan percontohan bagaimana atmosfer akademik kampus bisa membantu seorang pesepakbola menjadi lebih baik.
"Saya pernah berdiskusi dengan beberapa petinggi kampus lain di Inggris tentang apa yang sedang kami, Cardiff Met, lakukan. Kami pun menjelaskan bahwa hal besar yang kami lakukan sekarang adalah membangun keseimbangan dan keberhasilan yang bisa mereka raih sebagai pesepakbola dan akademisi. Jika kami sukses menjadikan pemain kami sukses sebagai pesepakbola dan akademisi, maka kami berhasil melakukan pekerjaan kami," ujar Edwards seperti dilansir The Guardian.
Mungkin jika mereka kelak lolos ke babak kualifikasi pertama Liga Europa (kalau mengalahkan Bangor), mereka akan lebih sibuk lagi selain harus menghadapi hal-hal berbau akademik macam Ujian Semester, mengerjakan Tesis atau Disertasi, serta mengikuti seminar-seminar akademik.
Tapi setidaknya, mereka akan menjadi lebih terkenal, dan kesebelasan-kesebelasan besar Inggris mungkin akan coba menghampiri Campus Cyncoed, markas mereka. Bahkan kesebelasan-kesebelasan seperti Everton dan Southampton saja belum tentu bisa bermain di Liga Europa musim depan.
foto: @therovingsheep
Komentar