Halaman kedua
Conte sendiri pernah menuruti egonya dengan tetap pada pendiriannya dalam skema tertentu. Ketika itu ia masih melatih Atalanta. Formasi 4-4-2 yang ia gunakan hanya membuatnya menang tiga kali, imbang empat kali, dan kalah enam kali. Meski tak menang pada tiga laga sebelumnya, ia kembali menggunakan 4-4-2 pada pertandingan berikutnya (menghadapi Napoli), yang berujung pada kekalahan ketujuhnya. Beberapa hari berselang, ia pun dipecat.
Mentalitas Conte Menjadi Pengubah
Satu-satunya yang tidak pernah berubah dari Conte hanya mentalitasnya. Manajer berusia 47 tahun ini selalu dikenal sebagai pelatih dengan mentalitas kuat dan motivator ulung. Kepribadian Conte inilah yang mengubah nasib-nasib pemain hingga tim yang ia tangani.
Di Chelsea, ia menyulap Cesar Azpilicueta menjadi bek tengah tangguh bersama Gary Cahill dan David Luiz. Victor Moses yang sempat terbuang dari Chelsea, kini menjadi nyawa utama di sisi kanan Chelsea. Pedro Rodriguez yang di musim pertamanya kesulitan menembus skuat utama kini mulai menggeser Willian Borges. Begitu juga dengan Eden Hazard dan Diego Costa yang kembali tajam di bawah asuhan Conte.
Kata-kata Conte memang bisa menjadi pemantik semangat dalam diri pemain. Tengok bagaimana para pemain Juventus memuji sang allenatore. Tak sedikit para pemain Juventus yang mengatakan bahwa kata-kata Conte bak motivator yang mampu mengubah perspektif para pemain. Leonardo Bonucci mengatakan Conte adalah anugerah Tuhan (dengan kata-katanya), Andrea Pirlo bilang pidato singkat Conte bisa meyakinkan para pemain, atau Gianluigi Buffon yang pernah mengatakan bagaimana kamar ganti Juventus di era Conte disulap menjadi ruangan yang sangat benci kekalahan.
Conte tampaknya memang memiliki DNA kemenangan dalam dirinya. Bahkan nama anak perempuannya bernama Vittoria, yang berarti kemenangan dalam bahasa Italia.
Pada sebuah wawancara dengan SkySports pada akhir tahun lalu, Conte menjelaskan bagaimana ia membuat para pemain Chelsea selalu termotivasi untuk memenangkan setiap pertandingan. Secara garis besar, ia mampu membuat para pemainnya untuk mau berubah demi mendapatkan apa yang diinginkan, yang bagi pemain tentu kemenangan dan gelar juara.
"Ketika seseorang hidup dalam kenyamanan, maka ia akan malas bekerja dan meraih sesuatu yang ia inginkan. Ketika saya hidup di jalan, saya belajar banyak hal. Mengambil bola di atas pohon, meski harus memanjat pohon tersebut, memberikan saya pelajaran bahwa jika ingin mendapatkan apa yang kita inginkan, kita harus berkorban. Itulah yang saya tanamkan kepada para pemain saya sekarang," kata Conte seperti dikutip Football-Italia.
"Saya juga masih harus bekerja keras untuk menanamkan apa yang saya inginkan di sini. Di Italia, para pemain sudah terbiasa dengan sesi video dan juga pembelajaran mengenai taktik. Di sini para pemain belum terbiasa akan itu, tapi kami siap melakukannya. Tujuannya? Supaya pemain saya tidak merasakan pahitnya kekalahan dan kegagalan," tukasnya.
Hasilnya kita lihat, Conte mampu mengubah nasib Juventus dan Chelsea dalam waktu yang tergolong singkat. Juventus menjadi juara di bawah asuhan Conte padahal sebelum Conte datang hanya menempati peringkat tujuh. Dan sekarang, Chelsea yang sebelumnya mengakhiri musim di peringkat 10, berhasil menjadi juara oleh Conte.
Untuk melahirkan kemenangan bagi timnya, Conte sendiri sadar hebat pemahaman taktik saja tidak cukup. Oleh karenanya bagi Conte, sejak awal menjadi pelatih, ia menyadari bahwa belajar hal-hal baru bisa membuatnya menjadi pelatih hebat. Dari filosofi inilah perubahan tak ragu ia lakukan.
"Kata `pelatih` harus mencakup segala hal," tutur Conte pada suatu wawancara dengan Sky Italia. "Anda tidak bisa hanya bagus di taktik, sama seperti Anda tidak bisa hanya bagus dalam memotivasi, atau hanya bagus dari sudut pandang psikologi, atau hanya bagus ketika mengurusi klub dan media. Anda harus bagus dalam segala hal. Anda harus mencoba berbagai hal untuk unggul di segala hal. Untuk mendapatkannya, Anda harus belajar. Dan sejak saya menjadi pelatih, bagi saya, mencoba sesuatu yang baru sudah menjadi pembelajaran dalam keseharian."
Komentar