Nuklir, militer, dan Kim Jong-Un menjadi tiga hal yang identik dengan Korea Utara. Setidaknya, itulah tiga hal yang membekas dibenak tatkala pembicaraan mengarah pada pembahasan soal Korea Utara. Konsumsi berita yang diberikan, bila membahas soal Korea Utara memang tidak pernah jauh dari tiga hal yang disebutkan di atas, yang kemudian membuat kita miskin informasi mengenai beberapa hal lain yang berhubungan dengan Korea Utara.
Misalnya soal sepakbola di negara tersebut. Tidak banyak hal yang dibahas mengenai perkembangan sepakbola di Korea Utara. Padahal, di negara komunis itu sepakbola menjadi olahraga favorit. Salah satu artikel di The Guardian pernah menyebut, kalau setiap hari Minggu jalanan di Pyongyang (ibu kota Korea Utara) akan mendadak sepi ketika stasiun televisi di sana menyiarkan pertandingan sepakbola.
Selain itu, minat besar masyarakat di sana terhadap sepak bola juga tercermin dari kecenderungan mereka yang sering membicarakan hal-hal soal sepakbola baik itu soal skor atau laporan pertandingan yang mereka baca dari koran olahraga yang dikelola negara, sambil meminum bir di bar-bar yang tersedia di sana.
Meski pada perkembangannya sepakbola Korea Utara tidak setenar Korea Selatan, Jepang, atau Saudi Arabia, namun mereka menjadi salah satu negara asal Asia yang juga pernah mencicipi persaingan panas Piala Dunia. Prestasi yang banyak didambakan oleh negara-negara Asia lainnya. Pada tahun 2010 di Afrika Selatan, bersama Korea Selatan, Jepang, dan Australia, Korea Utara masuk sebagai wakil Asia di ajang paling prestisius di dunia sepakbola.
Di Afrika Selatan, Korea Utara menjadi kesebelasan dengan ranking FIFA terendah, yaitu 105. Pencapaian mereka di Piala Dunia keduanya (sebelumnya Korea Utara pernah bermain di Piala Dunia 1966) itu hanya sampai fase grup saja. Setelah dikalahkan Brasil 2-1, mereka kemudian menjadi lumbung gol Portugal yang melibas mereka dengan skor 0-7, kemudian pada pertandingan terakhirnya mereka menyerah 0-3 dari Pantai Gading.
Terlepas dari itu semua, menarik tentunya untuk menelusuri bagaimana kompetisi di Korea Utara berjalan. Sebab, agak meragukan juga bila Tim Nasional terbentuk tanpa adanya peran klub yang berkiprah dalam sebuah kompetisi. Agak sulit memang menelusuri daftar juara di kompetisi domestik Korea Utara, bahkan di web FIFA pun sulit menemukan daftar pasti peraih gelar juara kompetisi.
“Perbedaan besar antara sepakbola di Korea Utara dan negara-negara lain adalah tidak ada yang tahu tentang hal itu. Banyak orang di Korea Utara tidak mengetahui tim mana yang berada di puncak klasemen. Mereka hanya menganggap setiap pertandingan sebagai kompetisi mandiri," terang Simon Cockerell dari Koryo Tours, seperti dikutip The Guardian.
April 25 Sebagai Klub Tersukses
Meski begitu, berbicara mengenai klub paling sukses di Korea Utara, tentu petunjuk akan mengarah pada klub April 25 atau yang lebih dikenal dengan sebutan 4.25 SC. Klub tersebut dianggap sebagai kesebelasan tersukses di Korea Utara dengan 15 gelar (1985, 1986, 1987, 1988, 1990, 1992, 1993, 1994, 1995, 2002, 2003, 2010, 2011, 2013, 2015) yang mereka raih. Pencapaian tersebut, menjadi yang terbanyak dan belum bisa dikalahkan oleh klub Korea Utara lainnya. Kigwancha SC, di bawahnya, hanya meraih lima trofi saja.
Merujuk pada penamaan klub yang berdiri pada tahun 1949 itu, banyak pihak pasti menganggap bahwa klub itu lahir pada April 25. Akan tetapi meski bernama April 25, mereka justru terbentuk pada bulan Juli. Penamaan tersebut merujuk pada hari pembentukan militer Korea Utara. Maklum, mereka memang klub yang berisikan tentara rakyat Korea utara.
Meski berstatus sebagai pemegang gelar terbanyak di kompetisi domestik Korea Utara, April 25 jarang terdengar namanya di kompetisi antarklub Asia. Namun, menilik sejarahnya, mereka pernah enam kali tampil di ajang Liga Champions Asia. Prestasi tertinggi yang mereka capai terjadi pada tahun 1991, dengan menempati juara ke-4, setelah ditaklukkan oleh Pelita Jaya lewat adu penalti.
Selain itu, saat Korea Utara berhasil menembus putaran final Piala Dunia, April 25 juga menjadi klub yang paling banyak menyumbang pemain ke Tim Nasional. Sebuah hal yang wajar mengingat Korea Utara merupakan negara yang termiliterisasi. Hal tersebut sebenarnya menjadi sebuah keuntungan. Sebab, dengan begitu mereka bisa membentuk tim nasional yang kuat karena para pemainnya sudah terbiasa bermain di satu klub yang sama.
Contoh lain dalam kondisi tersebut adalah Muangthong United, klub asal Thailand itu dianggap sebagai miniatur Tim nasional, karena rata-rata pemain yang bergabung di klub tersebut merupakan anggota timnas Thailand.
Selain sepakbola, April 25 juga memiliki klub dari cabang olahraga lain seperti basket dan bola voli. Hal yang patut diwajari juga mengingat nama belakang mereka adalah Sports Club (SC) bukan Football Club (FC).
Saat ini, April 25 sendiri sedang memuncaki grup I AFC Cup dan berpeluang besar lolos ke babak berikutnya. Jika Kigwancha menang kurang dari skor 8-0 saat menghadapi wakil Mongolia, Erchim, maka April 25 memastikan diri sebagai pemuncak klasemen grup I.
(SN)
Komentar