Lanjutan dari halaman sebelumnya
Andie menambahkan bahwa jika Bonek melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan masyarakat tidak di dalam konteks mengingkarinya. Andie tidak ingin kata oknum menjadi sesuatu yang menutupi perbuatan Bonek yang merugikan karena itu tidak baik untuk perkembangan ke depan. Menurutnya, satu orang Bonek pun yang melakukan kesalahan atau merugikan masyarakat, ya anggap saja itu perbuatan Bonek. Tapi tidak semua Bonek berperilaku semacam itu dan Andie sendiri sering mengkampanyekan supaya jangan anti kritik terhadap media.
Hanya saja Andie menyayangkan bahwa Bonek sering dikemas sedemikian oleh media massa sebagai suporter berparas buruk dan sering melakukan kegiatan-kegiatan negatif. Dan Bonek sadar akan posisi tersebut, "Makanya memang kami berharap mampu mengubah citra kita dan Bonek itu sendiri. Yang bisa berubah siapa? Ya, Bonek itu sendiri. Ya, usaha untuk melalukan perubahan itu dilakukan oleh kami. Perubahannya cukup luar biasa, lompatannya luar biasa. Momentum perjuangan untuk mengembalikan Persebaya sejak 2010 sampai sekarang," tutur Andie.
Bonek yang telah berevolusi
Memang selama tujuh tahun ini menjadi momentum Bonek untuk mengisinya oleh beberapa hal positif, termasuk mengubah perilaku di hadapan masyarakat yang menghasilkan beberapa hal penting. Artinya citra Bonek sudah terbentuk soal itu karena perubahan yang dilakukan cukup luar biasa. Perubahan positif banyak dilakukan Bonek sehingga citra buruk semakin terkikis. Salah satu indikasinya adalah perjuangannya mengembalikan hak Persebaya yang asli dari pembekuan PSSI.
"Ketika kami berkonflik tujuh tahun dengan PSSI, berjuang mengembalikan Persebaya itu praktis mengumpulkan massa tidak hanya ratusan, bisa sampai puluhan ribu. Itu praktis tidak membuat hal-hal yang merugikan masyarakat. Artinya memang pernah kami lakukan, niatan itu ada dan kami yakin lambat laun akan terkikis citra negatif yang dilekatkan media massa ke Bonek itu. Walaupun aktivitas Bonek menyangkut sepakbola itu hal-hal positifnya banyak. Ya, macam-macam kegiatan aktivitas sosial karena walau bagaimanapun Bonek bagian dari masyarakat itu sendiri," papar Andie.
Macam-macam kegiatan aktivitas sosial memang dilakukan Bonek seperti penggalangan dana. Contoh kecilnya saja ketika penggalangan dana untuk Bonek Pasuruan yang terkena musibah walau tidak dipublikasikan media-media besar,"Kami mengadakan penggalangan dana dan hasilnya langsung kami kasih ke Pasuruan, begitu juga bagi Bonek Ponorogo yang mengalami kecelakaan sampai ada korban jiwa. Kami juga gak mau di-share, takutnya disangka sok-sok baik, biar mereka yang menilai Bonek itu seperti apa," celoteh Zulham.
Reza Panggabean selaku Bonek nafas tua pun mengaku senang dan salut dengan perubahan dan regenerasi Bonek sejauh ini. Menurutnya, Bonek saat ini lebih kritis daripada zaman dahulu, "Tapi saat ini, malah kebalikannya, Bonek justru banyak disukai masyarakat. Kalau dulu Bonek estafet sering dilempari ketika estafet, tapi sekarang justru Bonek dilemparinya sama Aqua dan roti. Itu berarti masyarakat sudah mulai suka dengan Bonek," katanya ketika ditemui di salah satu warung kopi di kawasan Waru, Kabupaten Sidoarjo.
Sejauh ini Bonek memang semakin dewasa. Hal itu juga diutarakan oleh Tubagus Dadang Kosasih selaku Koordinator Lapangan Bonek pada perjuangan Bela Persebaya, "Saya tidak pernah melihat seorang suporter yang gila bola seperti Persebaya. Padahal kalau pada saat itu bisa dikatakan bahwa Persebaya itu adalah suporter yang anarkis, melakukan suatu tindakan pencurian, melakukan tindakan pelecehan seksual kepada perempuan. Tapi kalau sekarang kan tidak. Artinya, cara berpikirnya lebih dewasa, tingkat kedewasaannya lebih tinggi, lebih tertata. Kalo dulu main gebug saja selesai. Tapi kalo sekarang nggak. Kalo ada yang dipukul, kira-kira lapor ke polisi nggak yah? Berpikir sejauh itu sekarang. Kalau dulu nggak. Inilah yang saya cinta," ucapnya ketika melakukan aksi Bela Persebaya di Bandung.
Di sisi lain, pembekuan Persebaya memang membuat perubahan yang besar bagi Bonek sendiri. Slamet mengatakan perbedaan Bonek saat ini dengan dulu adalah pandangannya kepada politik, "Kalau dulu murni gak ada politik, Persebaya wis olahraga. Kalau sekarang kayaknya ada politiknya. Bonek satu, sempat pecah dulu waktu kasus dualisme terjadi. Ada yang ikut Pak Nyalla, ada juga yang ikut Pak Saleh Mukadar. Harusnya Bonek berada di atas politisi, tapi kenapa malah mau tergiring oleh isu politik. Bonek dulu padahal lebih murni, yang sekarang ini sudah terbawa politisasi dan sempat mengalami perpecahan waktu Persebaya mengalami dualisme," imbuhnya.
Kendati demikian, apapun dampaknya adalah Persebaya yang asli bisa berkarier lagi di kompetisi resmi sepakbola Indonesia. Perubahan-perubahan Bonek sendiri cukup banyak, besar dan luar biasa. Semua hal itu dilakukan karena Bonek sendiri sadar sudah cukup lama dilabeli stempel negatif dari publik. Dan tidak dipungkiri bahwa media massa berperan luar biasa memberikan stigma negatif kepada mereka. Bonek paham betul ketika posisinya selalu dianggap sebagai kelompok suporter yang dicap negatif di mata masyarakat. Bukan tanpa sebab, artinya labelisasi dan cap negatif itu pernah dialami mereka secara langsung.
Bersambung . .
Tulisan ini adalah bagian keenam dari kumpulan hasil liputan khusus kami ke Surabaya untuk mendalami Persebaya Surabaya dan Bonek.
Kumpulan tulisan mengenai Persebaya bisa dibaca pada tautan di bawah ini:
Tulisan 1: Persebaya, Kota Surabaya, dan Sejarah yang Terukir
Tulisan 2: Proses Pembentukan Budaya Itu Bernama Pembinaan Usia Muda
Tulisan 3: Menuju Era Baru Persebaya dan Tantangan yang Harus Dijawab Manajemen
Sementara kumpulan mengenai Bonek bisa dibaca pada tautan di bawah ini:
Tulisan 4: Fenomena Tret Tet Tet yang Melahirkan Persepsi Bonek
Tulisan 5: Identitas Bonek Melalui Aksi Estafetan
Tulisan 6: Upaya-upaya Bonek untuk Mengubah Stigma Negatif di Media dan Masyarakat
Tulisan 7: Gelora Bung Tomo Belum Bersahabat dengan Bonek
Tulisan 8: Lebih Dekat dengan Perjuangan Andie Peci
Komentar