Danke Lahm, Gracias Xabi . .

Cerita

by redaksi 27917

Danke Lahm, Gracias Xabi . .

lanjutan dari halaman sebelumnya

Selain itu Lahm juga merupakan pemain yang dikenal paling sportif di lapangan. Sepanjang kariernya pemain berusia 33 tahun itu belum pernah menerima kartu merah. Lahm memang bukan satu-satunya pesepakbola yang belum mendapatkan kartu merah seperti halnya Raul Gonzales, Xavi Hernandez, atau Ryan Gigs.

Tapi kalau dibandingkan dengan tiga nama tersebut yang cenderung bermain lebih menyerang, Lahm tentu jauh lebih hebat dengan rekor tak ada satu pun kartu merah yang tercatat dalam perjalanan kariernya. Sebab Lahm adalah pemain dengan tipikal bertahan. Dalam sepakbola, pemain bertahan lazimnya menjadi pemain yang sering mendapat kartu. Namun Lahm berbeda dia adalah pemain pintar dengan kemampuan komplet sebagai pemain belakang.

Permainan Lahm mungkin tidak bisa disaksikan kembali, karena keputusannya itu. Namun kenangan-kenangan yang ia bukukan masih bisa dikenang sebagai pengingat kalau Jerman pernah memiliki pemain belakang dengan kemampuan terbaik yang ada pada diri Lahm.

Momen Indah Di Liverpool, Akhiri Karier di Muenchen

Selain Lahm, Bayern Muenchen juga harus kehilangan sosok Xabi Alonso yang juga memutuskan gantung sepatu. Berbeda dengan Lahm yang memang pemain asli Muenchen, Alonso adalah seorang berkebangsaan Spanyol yang melambung namanya saat masih memperkuat Real Sociedad. Pada musim 2002/2003, Alonso hampir saja membawa tim yang mendidiknya sejak usia junior itu memenangkan trofi La Liga. Sayang Real Madrid menyalip di pekan terakhir, setelah Sociedad kalah dari Celta Vigo dengan skor 2-3.

Nama Alonso semakin melambung setelah Liverpool memboyongnya pada tahun 2004. Kenangan-kenangan manis ditorehkan Alonso bersama “The Reds”. Ia menjadi salah satu sosok sentral di lini tengah klub asal kota pelabuhan itu. Bersama Steven Gerrard, Alonso semakin menunjukkan kualitasnya sebagai seorang gelandang.

Selain itu ia juga memiliki kontribusi besar bagi Liverpool. Terutama saat mampu membawa Liverpool menjuarai Liga Champions 2005. Mungkin itu adalah momen yang tidak akan pernah bisa ia lupakan sepanjang kariernya sebagai seorang pemain. Meski gelar yang sama pernah juga ia raih saat pindah ke Real Madrid, namun final bersama Liverpool adalah final paling dramatis yang pernah ia jalani.

Tertinggal 0-3 dari AC Milan pada babak pertama, Liverpool mengamuk dan menyamakan kedudukan pada babak kedua. Hebatnya satu gol juga dikemas Alonso saat itu. Hingga pertandingan berlanjut ke babak adu penalti, Liverpool akhirnya menegaskan kemenangan mereka.

Meski memiliki banyak kenangan indah bersama Liverpool, namun takdir tidak membawanya untuk mengakhiri karier di sana. Sempat hijrah ke Real Madrid pada tahun 2009, Alonso kemudian berlabuh ke Bayern Muenchen, hingga penghujung kariernya tiba.

Gracias Alonso

Dalam kurun waktu 10 tahun, yaitu 2004-2014 bersama dua klub berbeda gelar Liga Champions pernah didapatkannya saat memperkuat Liverpool (2004-2009) dan Real Madrid (2009-2014), namun saat membela Muenchen ia hanya mampu memberikan gelar di semua kompetisi domestik. Tiga gelar Bundesliga (2014–15, 2015–16, 2016–17), satu DFB-Pokal (2015–16), dan satu DFL-Supercup (2016) adalah catatan prestasi Alonso bersama Muenchen.

Meski gelar Liga Champions gagal ia persembahkan kepada klub terakhirnya itu, namun para pendukung Muenchen juga tidak ada salahnya untuk memberikan ucapan terimakasih kepada gelandang berusia 25 tahun itu. Biar bagaimanapun Alonso telah menunjukkan dedikasi dan kontribusi yang baik bagi Muenchen.

Selain itu memilih Muenchen sebagai klub terakhirnya juga mengindikasikan kesan berbeda yang dirasakan Alonso selama membela Muenchen dalam tiga musim terakhir. Sebab sebelumnya santer diberitakan kalau Alonso bakal kembali ke Real Sociedad atau Liverpool sebagai klub terakhirnya. Namun keputusan telah dibuat sejak Maret lalu, dengan menjadikan Muenchen sebagai klub terakhirnya.

(SN)

Komentar