Alasan Banyaknya Kasus Penggelapan Pajak di Spanyol

Cerita

by Redaksi 24 54353

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Alasan Banyaknya Kasus Penggelapan Pajak di Spanyol

Apakah ada di antara mereka yang dipenjara?

Tentunya dengan apa yang terjadi dengan Messi, Neymar, Ronaldo, atau bahkan Mourinho, ini sangat mencemaskan. Sebab tuntutan penjara diberikan kepada mereka selain juga hukuman denda. Namun, apakah potensi kurungan itu berlaku?

Mengacu pada hukum yang berlaku di Spanyol, Messi kemungkinan besar akan dibebaskan karena tuntutannya yang kurang dari dua tahun masa kurungan. Di Spanyol, memang ada kebijakan bagi para terdakwa dengan tuntutan kurungan kurang dari dua tahun, maka hukuman penjara bisa ditangguhkan.

Persis seperti kasus yang menimpa Javier Mascherano. Neymar juga kemungkinan besar akan dibebaskan, bila pada akhirnya ia dinyatakan bersalah.

Untuk kasus Ronaldo, sepertinya akan ada cerita lain. Sebab ada empat tuntutan, yang menjerat bintang Portugal itu, dengan tiga di antaranya disebut jaksa sangat parah. Cristiano Ronaldo mungkin hal yang berbeda. Tiga dari empat tuduhan penipuan pajak dianggap oleh jaksa. Total Ronaldo bisa dikenakan hukuman selama tujuh tahun penjara, artinya potensi untuknya menginap di hotel prodeo lebih besar ketimbang Messi atau bahkan Neymar.

Namun, hakim investigasi perlu meratifikasi tuduhan jaksa penuntut, dan itu bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Bahkan jika hakim investigasi memang menangani kasus tersebut, Ronaldo akan memiliki beberapa pilihan untuk menebus vonis bersalah itu dengan mengakui kesalahan, membayar pajak yang tertunggak, dan membayar denda untuk mengurangi masa hukumannya itu.

Dengan tata cara tersebut, dia bisa terbebas dari jerat kurungan karena aturan penangguhan penjara bagi pelaku yang mendapat hukuman dua tahun penjara dengan rekam jejak hukum yang bersih sebelumnya.

Spanyol, tanah indah yang kini menjadi replika neraka pesepakbola

Kasus yang mendera Messi, Neymar, Ronaldo, dan Mourinho mungkin akan menjadikan pamor La Liga tak lagi indah dimata para pesepakbola, khususnya pemain asing. Bisa saja hal tersebut juga menjadi pengaruh bagi klub-klub untuk bisa mendapatkan jasa pemain asing. Bisa saja mereka berpikir ulang untuk tidak menerima pinangan dari kesebelasan asal Spanyol.

Ada banyak faktor yang membuat sebuah kompetisi begitu laris didatangi pemain asing. Selain karena kota-kota yang dianggap indah dan juga kehidupannya yang sangat nyaman, besaran pajak yang harus ditanggung oleh seorang pesepakbola juga menjadi alasannya. Biasanya pola pikir tersebut dimiliki oleh para pesepakbola yang baru meniti karier profesional atau para pemain yang tinggal menghitung hari sebelum waktu untuk pensiunnya tiba.

The National Bureau of Economic Research pernah melakukan penelitian di 14 negara Eropa, dengan hasil yang menunjukkan bahwa para pesepakbola punya kecenderungan untuk memilih negara dengan tagihan pajak yang rendah.

Dari sekian negara di Eropa, Turki menjadi negara dengan tingkat tagihan pajak terendah. Di negara tersebut, pajak bagi pesepakbola hanya sebesar 15 persen dari total penghasilannya. Angka tersebut diketahui lebih kecil dari potongan pajak penghasilan para pekerja di sana yang mencapai 27 persen. Sehingga terkuak kenapa pada akhirnya Liga Super Turki banyak kedatangan pemain-pemain top (dalam usia uzur).

Selain Turki, masih ada Bulgaria dengan kebijakan potongan pajak sebesar 10 persen bagi para pesepakbola asing yang berlaga di kompetisi negara Balkan itu. Begitu pula dengan Rusia yang hanya memotong penghasilan pesepakbola asing sebesar 13 persen.

Karena hal tersebut, beberapa negara kemudian melakukan kebijakan dengan memberi kompensasi khusus kepada para pemain asing yang ingin berlaga di kompetisi asal negara dengan potongan pajak yang besar. Salah satunya adalah Spanyol, melalui kebijakan yang kemudian dikenal dengan nama ‘Beckham Laws’ (karena David Beckham menjadi atlet pertama yang mendapat kompensasi tersebut).

Kebijakan tersebut sebenarnya tidak dikhususkan berlaku bagi David Beckham, melainkan bagi semua atlet asing dengan kemampuan khusus yang ingin berkiprah di Spanyol. Kebijakan tersebut mengatur besaran potongan pajak penghasilan dari atlet asing. Di mana, atlet yang masuk dalam kategori khusus akan dikenakan potongan flat yang besarnya hanya 24,7 persen dari penghasilan yang mereka terima selama berkiprah di Spanyol.

Tanpa adanya kebijakan tersebut, maka seorang atlet asing bisa dikenai potongan pajak penghasilan mencapai 43 persen. Hal tersebut yang kemudian menjadi daya tarik bagi para pemain asing berkiprah di Spanyol. Dari pada memilih Turki, tentu ada pemikiran untuk membela klub besar Spanyol yang jelas-jelas akan membuat karier mereka lebih terjamin baik dari sisi materi, prestasi, dan cakupan media.

Namun, kebijakan tersebut kemudian dihapuskan pada tahun 2010. Hal tersebut membuat pesepakbola dengan gaji lebih dari 600.000 ribu euro (8,87 miliar rupiah) akan dikenakan potongan pajak sebesar 43% sesuai dengan aturan yang berlaku.

Selain itu, sejak dihapuskannya kompensasi tersebut, pemeriksa pajak di Spanyol semakin menggeliat menjalankan otoritasnya melakukan pemeriksaan keuangan yang lebih kompleks. Hal tersebut kemudian menjadikan La Liga tidak lagi menjadi tempat yang indah bagi pesepakbola asing khususnya. Sekali melanggar kebijakan pajak, maka hukuman ‘berat’ siap menanti mereka.

Foto: Spain Attractions

Komentar