Siapkah Persib Menjadi Musuh Bersama?

Cerita

by Redaksi 33 33007

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Siapkah Persib Menjadi Musuh Bersama?

Bobotoh yang sudah semakin pandai

Bobotoh, apapun firmanya baik itu Viking, Bomber, The Bomb, bahkan casual sekalipun, adalah elemen penting dalam keberlangsungan hidup sebuah klub bernama Persib. Tanpa kehadiran bobotoh yang selalu mendukung Persib di manapun dan kapanpun mereka bermain, niscaya klub bernama Persib ini tidak akan pernah ada.

Namun, sebagai pihak yang selalu mendukung dan juga sebagai pihak yang selalu memberikan yang terbaik untuk Persib dalam bentuk dukungan, terkadang manajemen jarang merangkul bobotoh dalam sebuah forum diskusi. Mereka tidak mau mencontoh apa yang pernah dilakukan oleh Persegres Gresik United, ketika mereka mengajak para suporter untuk duduk bersama membicarakan masalah yang dialami oleh klub.

Persib pun pernah mengajak bobotoh untuk duduk bersama di Graha Persib, tidak lama setelah Persib ditaklukkan oleh Bhayangkara FC di Stadion Patriot, Bekasi, yang disertai dengan kejadian pitch invasion, mirip-mirip seperti yang dilakukan oleh Ultras Gresik setelah Persegres kalah dari Persela. Langkah yang cukup baik dari manajemen Persib.

Namun, bobotoh sekarang sudah semakin pandai. Berkat keaktifan mereka di media sosial, mereka akan segera tahu apa yang sudah dan sedang terjadi dalam tubuh Persib lewat media sosial. Oleh karena itu, tak heran kritikan-kritikan di media sosial kepada manajemen kerap mengalir. Mereka juga paham bahwa Persib punya "peluang" besar menjadi musuh bersama.

Berikut adalah kutipan dari media sosial dari para bobotoh yang merasa bahwa ada yang tidak beres dari manajemen serta pendapat mereka tentang peluang Persib menjadi musuh bersama tim-tim lain.

Selain itu, kepandaian dan juga kecerdasan dari bobotoh tampak dalam laga melawan PS TNI. Meski pihak Persib dengan gencar mempromosikan penjualan tiket, namun sebagian besar dari bobotoh memilih untuk tidak menghadiri stadion. Tribun utara dan selatan, tempat dua firma besar bobotoh Persib, Viking dan Bomber biasa memberikan dukungan, terlihat cukup sepi dalam laga tersebut.

Melihat jumlah penonton yang hanya berjumlah 3160 penonton (dari 20.000 tiket yang dijual oleh panpel), dan juga sikap yang ditunjukkan oleh Viking dan Bomber dalam laga tersebut, tercermin sebuah hal bahwa bobotoh, terutama seusai meninggalnya alm. Ricko Andrean, tahu bagaimana caranya untuk bersikap. Mereka paham bagaimana seharusnya menghormati alm. Ricko, sekaligus tahu bahwa mungkin akan ada sanksi yang menyertai Persib jika mereka memaksakan diri datang ke stadion.

***

Sekarang, situasi sudah menjadi cukup sulit untuk Persib. Label "anak emas" sudah kadung tersemat kuat. Persib akhirnya, tanpa disadari, menjadi sasaran kritik, baik oleh lawan-lawan mereka di Liga 1 2017. Bahkan pendukung Persib sendiri mulai gencar mengkritik bahkan mencemooh. Sangat biasa kicauan akun Twitter resmi Persib ditimpali balasan bobotoh berisi kecaman, bahkan caci maki.

Pekerjaan rumah tersendiri juga harus dihadapi oleh PT PBB. Sebagai pihak yang biasanya sangat peka dengan aspek komersial, apakah mereka sadar efek yang akan terjadi pada brand Persib dengan label "anak emas" ini? Apakah mereka memikirkan juga perasaan bobotoh yang merasa kikuk dan tidak enak karena Persib menjadi sasaran kritik hampir semua tim yang berlaga di Liga 1 2017? Hal-hal ini harusnya masuk ke dalam pemikiran mereka jika memang mereka ingin menjual brand Persib di masyarakat.

Atau, apakah memang mereka siap jika Persib menjadi musuh bersama?

Komentar