Dalam sebuah pertandingan sepakbola, ada berbagai ritus menarik yang kerap dilakukan oleh para pelakunya. Salah satunya muncul dalam ajang Liga Santri Nusantara 2017 ini. Ritus-ritus ini menjadikan Liga Santri Nusantara menjadi sebuah ajang yang menarik.
Dalam dunia olahraga, khususnya dunia sepakbola, ritus adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Suporter-suporter di Indonesia, memiliki sebuah ritus tersendiri yang bernama anthem yang kerap dilantunkan sebelum pertandingan dimulai. Tiap-tiap pemain dan pelatih klub sepakbola pun kerap memiliki ritus tersendiri yang kerap mereka jalani, baik itu sebelum maupun sesudah pertandingan.
Dalam ajang Liga Santri Nusantara 2017 ini, ada banyak ritus yang juga kerap dilakukan, baik itu oleh pemain maupun suporter yang datang mendukung mereka langsung ke stadion. Ritus-ritus tersebut, sesuai dengan nuansa yang memang dihadirkan oleh Liga Santri Nusantara ini sendiri, kebanyakan adalah ritus-ritus yang bersifat religius.
Bersholawat dulu, baru menang kemudian
Melantunkan sholawat menjadi salah satu kebiasaan yang kerap dilakukan oleh santri-santri maupun kalangan dari kaum pesantren. Dengan melantunkan puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW, menjadi sebuah kepercayaan tersendiri yang akan memudahkan segala kesulitan yang dihadapi. Ritus bersholawat ini, ternyata menjadi yel-yel tersendiri kala pertandingan 16 besar Liga Santri Nusantara 3.
Suporter Manbahul Hikmah United (MU) berteriak histeris setelah timnya memenangkan drama adu penalti melawan Nurul Iman di Stadion Siliwangi dalam babak 16 besar LSN 2017. Skor 3-4 memastikan tim tersebut mengantongi tiket ke babak delapan besar. Selama laga berlangsung hujan deras menghujani Stadion Siliwangi, tapi hal itu tidak menyurutkan semangat para pemain.
Mulanya, pertandingan ini dimulai di Stadion Pussenif pada pukul 10.00 WIB. Namun karena hujan deras pertandingan dipindahkan ke Stadion Siliwangi. Ketika itu, Manhik memimpin dengan skor 1-0. Setelah laga dilanjutkan di Stadion Siliwangi, Nurul Iman memasukkan satu gol, skor imbang sampai peluit akhir babak kedua usai. Pertandingan pun berlanjut ke babak adu penalti.
Selama pertandingan, dari tribun penonton terdengar Sholawat Nariyah berkumandang. Setelah mereka melihat laga tim kesayangannya itu lesu dan mulai hilang keseimbangan, Shalawat Nariyah pun menjadi pilihan yel-yel sekaligus doa di lapangan untuk menyuntik semangat mereka bertanding, setelah sebelumnya pendukung tim Manhik menyanyikan lagu khas mereka.
“Yuk, mari kita bershalawat Nariyah,” ujar salah seorang suporter Manhik. Akhirnya, seluruh suporter Manhik di Siliwangi melantunkan sholawat itu. Tak ayal Stadion Siliwangi bergemuruh dengan nada pujian kepada Nabi Muhammad. “Ya, Kang, Shalawat Nariyah itu membukakan segela kesulitan,” ungkap suporter tersebut.
Solahudin (37), panitia pelaksana lokal yang datang mendampingi Manhik menyatakan Sholawat Nariyah itu penting untuk kemenangan kami. “Untuk keselamatan dan kelancaran, bagian dari tawasul kepada baginda kita Rasullullah agar kami diberi kemudahan dan kemenangan,” ujarnya.
Sementara itu, pendukung Nurul Iman juga seolah tidak mau kalah. Mereka mulai melantunkan sholawat ketika drama adu penalti dimulai. Mereka deg-degan sekaligus menyemangati dengan pujian terhadap Nabi Muhammad dengan bersholawat. Laga ini pun menjadi adu sholawat bagi kedua tim, seolah menjadi cermin dari sebuah ritus menarik yang terjadi dalam ajang Liga Santri Nusantara 2017 ini.
Ritus-ritus unik lain dalam ajang Liga Santri Nusantara
Selain Sholawat Nariyah, beberapa ritus unik lain pun kerap dilakukan baik itu oleh suporter maupun pemain. Selain ajang cium tangan kepada wasit dan pelatih lawan seusai pertandingan, yang juga menjadi ciri khas dari Liga Santri Nusantara 2017 itu sendiri, ada banyak ritus lain yang dilakukan dalam ajang Liga Santri Nusantara 2017.
Pada pertandingan babak delapan besar yang mempertemukan antara Walisongo Sragen dan Ar-Raisyiah, salah satu pendukung Walisongo Sragen tampak dengan khusyuk berdzikir di tribun lapangan. Dzikir itu dilakukan karena Walisongo Sragen sedang dalam kondisi tertinggal 0-1, setelah Ar-Raisyiah berhasil unggul di awal babak kedua. Namun, meski sudah melantunkan dzikir, pada akhirnya Walisongo Sragen tetap kalah dengan skor 0-1.
https://twitter.com/sandi1750/status/923861048045617152
Selain dzikir, ada ritus lain yang juga dilakukan dalam laga yang mempertemukan antara Darul Huda lawan Al-Husaeni. Para pendukung Darul Huda yang hadir di Siliwangi memanjatkan do`a berupa istighosah. Sontak hal ini membuat suasana Stadion Siliwangi menjadi lebih religius. Hal ini ternyata memberikan efek bagi permainan Darul Huda sendiri.
Berkat dukungan dari suporter berupa do`a istighosah, Darul Huda pun akhirnya memenangkan pertandingan dengan skor 1-0 dan melaju ke babak semifinal.
***
Ritus dan hal-hal spiritual memang masih melekat erat dalam sepakbola Indonesia. Hal-hal seperti nyanyian yang membakar semangat, ataupun do`a-do`a dan dzikir yang dilantunkan sebelum pertandingan, menjadi sebuah ciri khas tersendiri dari sepakbola Indonesia, dan itu tampak dalam ajang Liga Santri Nusantara 2017 ini.
Meski memang tampak mengaitkan sepakbola dengan hal-hal yang sifatnya mistis, namun ini menjadi sebuah keunikan tersendiri dari Liga Santri Nusantara 2017 ini. Tentang sebuah kekuatan do`a yang terkadang mampu mengubah jalannya pertandingan, dan tentang sebuah ritus yang menjadi budaya unik yang masih dapat dilihat.
Sumber video Sholawat: Facebook pribadi Pungkit Wijaya, media officer Liga Santri Nusantara 2017
Komentar