Beberapa hari yang lalu, AEK Athens menjamu PAOK Thessaloniki pada pertandingan Liga Super Yunani 2017/2018 di stadion Spyros Louis, Senin (6/11) dini hari Waktu Indonesia
Pertandingan itu sendiri diberikan nama Double Headed Eagles Derby. Namun pertandingan itu berbeda dengan Olympiaqoe Piraeus melawan Panathinaikos yang dikenal sebagai pertandingan paling panas di Yunani. Laga Double Headed Eagles Derby ini justru memiliki kekayaan sejarah sehingga menggunakan logo yang sama di dada masing-masing kesebelasannya.
Hal itu karena ada cerita di balik logo elang berkepala dua di antara AEK dengan PAOK atas sejarah mereka. Cerita antara AEK dengan PAOK bisa mulai digali ketika ada kerusuhan antara demonstran dengan kepolisian saat unjuk rasa di Taman Gezi dekat Taksim Square kawasan Istanbul, Turki, pada Mei 2013.
Pecahnya kerusuhan itu karena para demonstran anti pemerintah menolak rencana Presiden Turki, Recep Tayyip Erdorgan, yang akan merekrontruksi barak militer era Ottoman yang sebelumnya pernah dibongkar pada 1940 silam di sana. Satu bulan kemudian, Erdorgan menghidupkan kembali perdebatan dengan mengumumkan bahwa rencana pembangunan barak itu sudah berjalan sesuai dengan rencana.
Protes demonstran pun semakin deras karena mereka juga menolak pembangunan pusat perjalanan yang akan dibangun pada taman tersebut. Padahal taman yang bersejarah itu sudah dibangun situs militer. Para demonstran hanya tidak ingin taman bersejarah itu semakin semrawut.
Di kawasan itu juga berdiri Stadion Taksim yang merupakan tempat tim nasional Turki memainkan laga internasional pertamanya saat melawan Rumania pada 26 Oktober 1923. Di stadion itu juga lahir banyak kesebelasan sepakbola besar dari Istanbul seperti Besiktas, Fenerbahce dan Galatasaray.
Mereka harus saling berbagi jatah sebelum akhirnya membangun stadion masing-masing. Rupanya di sana juga merupakan tuan rumah sejumlah kesebelasan yang dibentuk orang-orang Armenia dan Yunani sebelum terjadi pertukaran pengungsian menyusul runtuhnya kekaisaran Ottoman.
Salah satunya adalah kesebelasan yang menjadi cikal bakal berdirinya AEK dan PAOK. Keterkaitan lahirnya dua kesebelasan itu dari Istanbul atau pada waktu itu dikenal Kostantinopel bisa dilihat dari akronimnya. PAOK adalah singkatan dari Panthessalonikios Athilitikos Omilos Kostantinoupoliton, sementara AEK adalah Ahtlitiki Enosis Konstaninpupoleos.
Semuanya berawal dari klub olahraga bernama Clio yang didirikan tiga intelektual Yunani di Istanbul, yaitu K.D Kostarakis, I.A Zervoudakis dan A.K Stefopoulos. Kemudian Clio berganti nama menjadi Hermes pada 1884 dan berubah kembali menjadi Pera Club pada 1914.
Perubahan nama itu sesuai dengan distrik Pera di Istanbul. Sekarang, distrik itu dikenal dengan nama Beyoglu. Pada waktu itu memang banyak orang Yunani bermukim di Istanbul dan sebaliknya, terutama di daerah Thessaloniki dan Athena. Tiga intelektual itu adalah contohnya bersama dengan mayoritas pemain, staff pelatih dan manajemen Pera lainnya.
Pertukaran penduduk antara tiga daerah itu hampir selesai seiring dengan kekalahan Yunani dalam perang dengan Turki pada sekitar 1923. Banyak orang Yunani menarik diri dari Turki dan begitu pun sebaliknya. Dampak dari hal itu membuat banyaknya klub olahraga Yunani di Istanbul hampir punah, termasuk Pera.
Kemudian orang-orang Yunani tanpa membuang banyak waktu langsung mendirikan klub ketika pulang ke rumah asli mereka. Kemudian 13 April 1924 pun menjadi momen penting karena mempertemukan kedatangan para atlet Yunani yang bermigrasi dari Istanbul di toko olahraga bernama Lux di Veranzerou Street kawasan Athena Tengah.
Saat itu pemilik tokonya bernama Kostantinos Dimopoulos, Aimilios Iona dan Menelaos Iona mengumpulkan 40 tanda tangan lebih dari orang Istanbul untuk segera membentuk AEK Athens. Para Yunani yang bermigrasi ke Thessaloniki pun tidak ingin kalah dengan mendirikan AEK Thessaloniki pada Desember 1925.
Sama seperti AEK Athens, dirikan untuk para imigran Yunani dari Istanbul dan sama-sama menggunakan elang berkepala dua sebagai logo klubnya. Logo elang berkepala dua itu secara tradisional digunakan oleh Palaiologos, penguasa terakhir kekaisaran Bizantium yang terpusat di Istanbul.
Tapi adanya ketidaksepakatan internal mengenai administrasi klub, membuat sejumlah staff mengubah nama AEK Thessaloniki menjadi PAOK Thessaloniki. Namun tetap menggunakan lambang elang berkepala dua seperti AEK. Hanya saja warnanya yang berbeda karena PAOK menggunakan hitam-putih, sementara AEK bewarna hitam-kuning.
Maka dari itu pertandingan antara keduanya dinamakan The Double Headed Eagles Derby. Pertandingan pertama antara mereka pun berlangsung di Stadion Apostolos Nikolaidis pada fase akhir Kejuaraan Panhelllenic 1930-1931 pada 8 Maret 1931 dengan skor 1-1. Di sisi lain, terbentuknya AEK dan PAOK, membuat Pera telah kehilangan sebagian besar anggota etnis Yunani setelah pertukaran populasi yang terjadi.
Walau begitu, Pera masih terus ada di Istanbul dan mengubah amanya menjadi Beyoglu Sports Club pada 1923. Meskipun menjadi klub amatir dengan keterbatasan keuangan, Beyoglu membanggakan dirinya sebagai salah satu klub olahraga tertua di Turki. Meskipun sebagian besar atletnya merupakan orang-orang Turki, namun administrasi klub itu masih didukung dari sebagian besar etnis Yunani.
Pera juga masih mendapatkan dukungan yang luar biasa dari orang-orang Yunani yang menetap di Istanbul, "AEK dan PAOK mungkin telah didirikan di Kostantinopel, namun mereka didirikan oleh orang-orang Yunani. Mereka adalah tim Yunani dan mereka bagian dari Yunani. Kostantinopel untuk kita adalah sesuatu dari masa lalu," ujar Nikos Zeginoglou, pemain basket AEK, seperti dikutip dari TRT World.
Di sisi lain, soal logo dan sejarah membuat pertandingan antara AEK dan PAOK cukup panas. Masing-masing kesebelasan selalu berupaya mati-matian bertanding untuk menunjukan siapakah elang berkepala dua yang sebenarnya. Hanya saja tensi persaingan mereka tidak seperti pertandingan-pertandingan panas lainnya yang terjadi di Liga Yunani.
Atas akar yang sama antara AEK dan PAOK adalah alasan pertandingan bisa terasa lebih bersahabat daripada kebencian dibandingkan persaingan kesebelasan lainnya di Liga Turki. Bahkan beberapa dari masing-masing pendukungnya memiliki rasa memiliki kepada kedua kesebelasan tersebut atas hubungan Athena dan Thessaloniki secara historis.
*Sebagian artikel disadur dari TRT World
Komentar