Halaman kedua
Kolumnis Goal International, Sivan John, pernah membahas soal cara bermain Gomez yang defensif ini ketika Gomez mulai ramai diperbincangkan akan melatih JDT. Menurutnya, Gomez adalah pelatih yang berorientasi pada hasil.
"Punya momen penting di karier sepakbolanya bersama Cuper dan Grigol, Anda bisa membayangkan apa yang bisa diharapkan dari penunjukan Mario Gomez oleh JDT. Mungkin ini sebuah indikasi bahwa JDT hendak memilih pendekatan taktik yang berbeda dan lebih mengedepankan hasil ketimbang permainannya itu sendiri?"
Saat diperkenalkan sebagai pelatih JDT pada 2015 lalu, Gomez dengan tegas hal yang akan ia ubah pertama kali dari JDT adalah gaya permainan. "Yang pertama kali saya ubah adalah gaya permainan," tutur Gomez seperti yang ia katakan pada video yang diunggah Alchetron. "Cara tim ini bermain perlu diubah, dengan gaya permainan yang baik."
Ketika musim berjalan, apa yang dituliskan Sivan John menjadi kenyataan. JDT hanya mencetak 36 gol dari 22 penampilan, paling sedikit di antara kesebelasan lima besar, di musim pertamanya. Walau begitu, jumlah kebobolan JDT saat itu hanya 18 kali, tersedikit di liga. Tapi perlu menjadi catatan juga bahwa musim tersebut diakhiri dengan gelar juara Liga Super Malaysia dan Piala AFC.
Yang perlu diketahui juga, pada musim berikutnya Gomez berbenah. JDT tak lagi menjadi kesebelasan yang defensif. Terbukti pada musim keduanya JDT menjadi kesebelasan dengan gol terbanyak di liga (56 gol, FELDA di tempat kedua 47 gol dan Kelantan 37 gol). Jumlah kebobolannya kembali menjadi yang tersedikit, 14 gol. Prestasinya? JDT pertahankan gelar juara liga ditambah menjuarai Piala FA.
Pelatih Mahal
Kebersamaan Gomez dan JDT berakhir pada awal Januari 2017. Ketika itu pengumuman perpisahan Gomez dan JDT cukup mengejutkan karena sebelumnya Gomez sudah dua bulan menjalani pramusim bersama JDT. Ketika itu JDT dibawanya menjalani pramusim ke Thailand menghadapi kesebelasan-kesebelasan kuat macam Buriram United, Chonburi dan Air Force Central. Gomez selalu melakukan pramusim menghadapi kesebelasan Thailand selama di JDT.
Disinyalir faktor berakhirnya kebersamaan Gomez dan JDT terjadi karena dua penyerang andalan Gomez, Jorge Pereyra Diaz dan Juan Martin Lucero, dijual oleh klub. Diaz dan Lucero merupakan pencetak gol terbanyak pertama dan kedua di Malaysia Super League tahun 2016.
Sebenarnya cukup wajar Diaz dan Lucero dijual JDT karena keduanya dibeli dua klub Meksiko dengan total transfer 5,34 juta euro. Ini menjadi keuntungan bisnis tersendiri bagi JDT karena Diaz didapatkan secara gratis sementara Lucero direkrut JDT dengan nilai transfer 1,3 juta euro. Lucero dijual dengan harga 2,44 juta euro ke Club Tijuana dan Diaz dijual seharga 2,9 juta euro ke Leon.
Setelah lepas dari JDT, sebenarnya Gomez dilirik oleh Federasi Sepakbola Malaysia (FAM) untuk menjadi pelatih timnas. Hanya saja Gomez meminta gaji yang sangat tinggi yang tak bisa disanggupi oleh FAM, padahal FAM sempat menaikkan tawarannya.
"Saya informasikan bahwa Gomez gagal didatangkan karena meminta gaji yang tinggi," tulis Tunku Ismail di akun Facebook FAM pada Maret lalu. "Kami menawarinya 25 ribu USD tapi ia meminta 40 ribu USD. Bukankah dia meminta lebih dari apa yang kami tawarkan? Tak masalah, kami akan mencari sosok lain yang benar-benar ingin menjadi pelatih timnas Malaysia."
Jika itu benar, maka bisa jadi saat ini Persib mengontraknya juga dengan bayaran yang cukup mahal karena itu terjadi belum lama ini. Apalagi JDT sendiri sebelumnya dikenal sebagai kesebelasan yang royal, yang bersedia membayar lebih untuk mendatangkan pemain maupun pelatih terbaik untuk mereka.
Mario Gomez saat membawa juara JDT di Piala AFC pada 2015 (via:johorsoutherntigers.com.my)
Argentina Connection dan Formasi 4-4-2 Andalan
Di setiap kesebelasan yang ditukanginya, Gomez punya sebuah kecenderungan. Yang paling terlihat adalah Argentina Connection, di mana ia selalu menggunakan pemain Argentina di setiap kesebelasan. Hanya di South China ia tidak menggunakan pemain Argentina; di Tripolis, Cuenca, dan JDT, pemain Argentina merupakan pemain kunci timnya.
Di Tripolis, ia menggunakan empat pemain Argentina; satu bek, satu gelandang, dan dua penyerang. Di Cuenca, ia menggunakan tiga pemain Argentina; dua gelandang dan satu penyerang. Musim pertama di JDT, tiga pemain Argentina ia gunakan; satu gelandang dan dua penyerang. Pada musim keduanya, hanya dua pemain Argentina yang ia gunakan, dan keduanya berposisi penyerang.
Memiliki dua pemain Argentina pada posisi penyerang juga seolah menjadi bagian dari kesuksesan Gomez. Apalagi pada musim 2016, dua penyerangnya, Diaz dan Lucero, menjadi mesin gol tim. Diaz berhasil mencetak 32 gol sementara Lucero mencetak 27 gol dalam satu musim. Diaz juga mencatatkan 13 asis, sementara Lucero 10 asis. Walau begitu, produktivitas keduanya tak lepas dari kontribusi besar Safiq Rahim yang mencatatkan 19 asis.
Untuk memaksimalkan kedua penyerangnya ini, Gomez mengandalkan formasi 4-4-2. Walaupun begitu tak jarang juga ia mengubahnya menjadi 4-3-3 dengan memainkan Safee Sali atau Amri Yahyah untuk menemani Diaz dan Lucero.
Maka kemungkinan besar, jika Gomez hendak kembali membuat tim yang sesuai dengan yang ia inginkan di Persib, Persib akan kedatangan pemain Argentina dan Persib akan gunakan formasi dasar 4-4-2.
Komentar