Arsene Wenger semakin tersudut. Ia memasuki masa-masa terburuk sepanjang kariernya di Arsenal. Dalam beberapa pertandingan terakhir Arsenal, hingga kekalahan 2-1 dari Brighton (4/3), mata kamera mulai jarang mendapatkan senyuman kebahagiaan Wenger. Wenger lebih sering terlihat membetulkan jaketnya, mengernyitkan dahi, menggerutu pada asistennya, hingga geleng-geleng kepala.
Saat artikel ini ditulis, Arsenal kalah dalam lima dari enam pertandingan terakhir mereka. Manchester City dua kali menaklukkan Arsenal dengan skor 3-0. Tottenham Hotspur, rival sekota mereka, juga memanfaatkan kondisi buruk Arsenal dengan kemenangan 1-0. Brighton juga ikut menambah garam kepada luka yang menganga pada diri Arsenal.
Wenger berkelit kekalahan dari Brighton sebagai risiko yang ia ambil jelang pertandingan Liga Europa menghadapi AC Milan. Pertandingan babak 16 besar Liga Europa yang akan digelar Kamis (8/3) mendatang memengaruhi Wenger dalam penentuan susunan pemain melawan Brighton.
"Khususnya Aaron [Ramsey] yang diistirahatkan, ya (pertandingan Milan jadi alasannya). Saya tidak mau ambil risiko padanya. Begitu juga dengan Welbeck," kata Wenger pada laman resmi klub. "Aubameyang tidak akan bermain melawan Milan, Lacazette juga, jadi itu memengaruhi pemilihan pemain."
Kekalahan melawan Brighton membuat Arsenal semakin terbenam di posisi enam. Bahkan Burnley di bawahnya mulai mendekati karena kemenangan atas Everton memangkas jarak dengan Arsenal menjadi lima poin saja. Tapi percayakah kalian, jika apa yang terjadi saat ini bukan suatu masalah buat Wenger?
***
Wenger punya alasan jelas untuk lebih fokus di Liga Europa. Dengan tiket Liga Champions yang semakin jauh dalam genggaman, satu-satunya cara agar mereka bisa berlaga di kompetisi paling bergengsi di Eropa tersebut adalah dengan menjuarai Liga Europa, sebagaimana dilakukan Manchester United musim lalu.
Menjuarai Liga Europa penting buat Arsenal, terkhusus Wenger. Pada perpanjangan kontrak yang ia lakukan musim lalu, yang membuat
Arsenal terikat dengan Wenger Wenger terikat dengan Arsenal hingga 2019, manajemen Arsenal percaya jika Wenger masih bisa memberikan kejayaan bagi Arsenal.
"Ambisi kami adalah menjuarai Liga Primer dan trofi major lain di Eropa," kata Stan Kroenke, pemilik saham terbesar Arsenal, seperti yang dikutip The Guardian tahun lalu. "Itu yang diinginkan fans, pemain, staf, manajer, dan harapan para petinggi klub. Kami tidak akan istirahat sampai meraihnya. Arsene adalah sosok terbaik untuk membantu kami mewujudkan itu. Ia punya rekam jejak yang fantastis. Ia juga akan mendapatkan dukungan penuh dari kami."
Ketika itu, sebenarnya tidak semua manajemen Arsenal setuju 100% perpanjangan kontrak Wenger. Alisher Usmanov, pemegang 30% saham Arsenal, meski mengakui kehebatan Wenger, tetap memberikan peringatan jika kenyataan tidak sesuai harapan nantinya.
"Apa yang menjadi penting adalah ia [Wenger] mendapatkan dukungan penuh dari dewan direksi dan para pemegang saham mayoritas," ujar Usmanov saat mengomentari perpanjangan kontrak Wenger, kepada Telegraph. "Ia punya kesempatan besar untuk mengantarkan kesuksesan dan para pendukung layak mendapatkan warisannya."
"Tapi bagaimanapun, tanpa dukungan yang tepat, tetap ada risiko warisannya ternoda. Jika dukungan itu sudah tak ada lagi, kami siap mengambil alih dan melakukan apapun untuk bisa mengantarkan kesuksesan (untuk Arsenal) baik di dalam maupun di luar lapangan," tutup Usmanov.
Menjuarai Liga Primer musim ini bisa dibilang sudah mustahil bagi Arsenal (dan untuk klub-klub selain Manchester City). Maka untuk menjawab kepercayaan Kroenke, memberikan trofi Liga Europa di mana Arsenal masih punya kesempatan, menjadi perhatian khusus bagi Wenger. Karena itu, jika Wenger memfokuskan kekuatan terbaiknya untuk mengejar Liga Europa seperti pada laga melawan Brighton, dengan kondisi seperti sekarang ini, tidaklah salah.
Menjuarai Liga Europa menjadi lebih penting karena itu juga jadi satu-satunya cara Arsenal bisa berlaga di Liga Champions musim depan.
Pentingnya bermain di Liga Champions bagi Arsenal sendiri terkait kesehatan finansial tim. Wenger, meski tak rajin mempersembahkan trofi pada Arsenal, konsistens menjadikan Arsenal sebagai top four Liga Primer, dan itu merupakan prestasi tersendiri. Perlu diketahui pula, bermain di Liga Champions mendatangkan puluhan juta paun bagi setiap klub yang berlaga di sana; tak terkecuali bagi Arsenal.
Bahkan bagi Arsenal, meski tidak juara pun mereka tetap bisa untung besar di Liga Champions. Sebagai contohnya pada musim 2015/16, Arsenal mendapatkan 53,4 juta euro dari UEFA, yang sebagian besar didapatkan dari hak siar. Padahal Real Madrid yang ketika itu mengalahkan Atletico Madrid di final hanya mendapatkan 21,6 juta euro saja. Menurut laporan citya.m., ketika itu pendapatan Arsenal hanya kalah dari Man City, Chelsea, Paris Saint-Germain, Juventus dan AS Roma.
Pada laporan 2017, Arsenal juga menjadi kesebelasan dengan pendapatan tertinggi kedua di Inggris setelah Chelsea perihal pemasukan dari UEFA pada periode 2013-2016. Arsenal mendapatkan 31 juta euro lebih banyak dari Manchester United dan 43 juta euro lebih banyak dari Liverpool. Jika ditarik dalam satu dekade ke belakang, pendapatan Arsenal hanya kalah dari Chelsea dan Manchester United.
Via: cityam.com
Masifnya pendapatan Arsenal, meski hanya mendapatkan trofi-trofi Piala FA dan Community Shield, memang berasal dari Liga Champions. Selain dari hak siar, pendapatan dari tiket Emirates Stadium di Liga Champions pun berperan besar. Masih dari laporan cityam.com, Arsenal punya pendapatan tertinggi kedua soal penjualan tiket di Liga Champions dengan 4,8 juta euro, hanya kalah 0,1 juta euro dari Real Madrid yang punya pendapatan tertinggi.
Maka dari itu, ketika Arsenal tak berlaga di Liga Champions musim ini, pendapatan Arsenal langsung menurun drastis. Seperti yang dilansir Telegraph, pendapatan Arsenal pada semester pertama musim ini hanya 23,4 juta paun, menurun hingga 60%. Selain tiket yang mulai jarang terjual habis, pendapatan dari hak siar dan komersial Liga Europa tidak sebesar Liga Champions.
Karena menurunnya pendapatan, Arsenal juga menjual para pemainnya untuk menekan besaran pengeluaran gaji tim. Dari Alex Oxlade-Chamberlain, Wojciech Szczesny, Gabriel Paulista dan Kieran Gibbs pada awal musim hingga Theo Walcott, Olivier Giroud, Francis Coquelin, dan Alexis Sanchez pada transfer musim dingin, meninggalkan Arsenal satu per satu.
"Strategi kami tetap pada pembiayaan mandiri dan kami menerima semua tantangan yang ada ketika inflasi dari biaya transfer, gaji pemain, dan biaya untuk agen yang meningkat sangat drastis," kata chairman Arsenal, Sir Chips Keswick, mengomentari menurunnya pendapatan Arsenal. "Sebagaimana biasanya, pendapatan pasti datang pada paruh musim kedua yang dipengaruhi oleh kompetisi Eropa, jumlah pendapatan hak siar TV di pertandingan Liga Primer dan posisi akhir di liga."
Sekilas Arsenal masih menjadi kesebelasan yang mengedepankan aspek bisnis klub. Mungkin hal itu juga yang membuat Wenger tetap aman di posisinya karena keberhasilannya membawa Arsenal ke Liga Champions selama 20 tahun berturut-turut dianggap menjadi capaian tersendiri dari segi finansial klub. Oleh karenanya setelah musim lalu mengakhiri rentetan capaian Wenger di Liga Champions, dan menjalani musim yang buruk pada musim ini, menjuarai Liga Europa menjadi penting agar kesehatan finansial Arsenal bisa kembali sesuai harapan dewan direksi pada musim depan.
Jika Wenger berhasil melakukannya, maka tetap menjadi manajer Arsenal hingga 2019, bahkan lebih, akan menjadi jaminan tersendiri dari manajemen. Jika gagal, bukan tidak mungkin Wenger akan dicap gagal oleh pihak klub. Toh, seperti yang diungkap reporter BBC yang terpercaya, David Ornstein, dalam kontrak terbaru Wenger dan Arsenal, tidak ada klausul pemecatan.
https://twitter.com/bbcsport_david/status/869852216248741890
***
Melihat Arsenal saat ini, sebenarnya yang kita perlu ketahui adalah makna sukses bagi Arsenal itu sendiri. Dengan minimnya trofi, mudah menebak jika kesuksesan di mata Arsenal, seperti yang terungkap di atas, adalah perihal kesuksesan pada aspek bisnis. Jika itu benar, maka wajar Wenger tak tersentuh seburuk apapun hasilnya selama catatan keuangan klub sesuai target.
Jika sudah begitu, maka yang salah dalam kegagalan-kegagalan Arsenal menjuarai Liga Primer dan gagal memiliki skuat yang bisa ditakuti lawannya bukan terletak pada Wenger. Kesalahan justru terletak pada para pendukungnya; yang terlalu berharap Arsenal cukup mumpuni untuk menjuarai, setidaknya, Liga Primer Inggris.
Wenger forever!
Komentar