Halaman kedua
Dua kategori scout
Scout biasanya akan berkeliling dunia dalam mencari pemain berbakat. Scout menghadiri turnamen-turnamen usia muda biasanya menjadi tempat di mana ia ‘bekerja’. Dengan instingnya, ia akan mencari pemain yang dinilai berprospek cerah baik untuk meningkatkan kualitas tim maupun untuk mendapatkan keuntungan dari segi finansial.
Ketika mendapatkan seorang pemain yang sekiranya akan memberikan keuntungan bagi klub yang mempekerjakannya, seorang scout akan terus memantau sang pemain dalam beberapa pertandingan, tak hanya satu-dua pertandingan saja.
Selain mencari bibit-bibit potensial, scout pun akan menjadi orang yang dicari manajer atau pelatih yang tengah mencari pemain sesuai kebutuhannya. Ketika seorang manajer atau pelatih membutuhkan pemain dengan posisi dan kemampuan tertentu, scout-lah yang bertugas mencarikannya untuk sang manajer atau pelatih tersebut.
Misalnya Arsenal membutuhkan penyerang. Manajer Arsenal, Arsene Wenger, tinggal menginstruksikan scout untuk mencari pemain yang berposisi sebagai penyerang dengan kriteria-kriteria khusus dan dalam jangka waktu tertentu. Atau bisa juga scout akan memantau pemain yang memang tengah mencuri perhatian sang manajer atau pelatih.
Wenger misalnya tertarik untuk mendatangkan Robert Lewandowski. Nantinya scout tersebut akan menyaksikan secara langsung beberapa pertandingan Bayern Munich untuk melihat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki penyerang asal Polandia tersebut.
Jika dulu scout hanya sebatas pencari pemain berbakat, kini scout semakin berkembang. Menurut kolumnis BBC, Nabil Hassan, scout kini terbagi menjadi dua tipe: talent scout dan tactical scout.
Talent scout adalah mereka yang mencari pemain-pemain untuk direkrut, biasanya mencari pemain muda, untuk sebuah kesebelasan atau agensi, seperti yang diungkapkan di atas. Sedangkan tactical scout merupakan orang yang bertugas memberikan laporan mengenai taktik kesebelasan yang akan dihadapi dalam waktu dekat.
Michael Calvin, dalam bukunya yang berjudul “The Nowhere Man”, buku tentang kehidupan seorang scout, menceritakan pengalamannya ketika mengikuti kehidupan sehari-hari seorang tactical scout asal Inggris, Steve Jones.
“Ia sedang mengerjakan laporan tentang kesebelasan lawan sebanyak 13 halaman dan 1700-an kata. Ia mengerjakannya setelah pertandingan usai dan baru menyelesaikan laporannya lewat tengah malam,” ujar Calvin seperti yang dilansir BBC.
Sekarang bandingkan dengan yang dilakukan Andy Penney, scout dari AFC Bournemouth, di mana setiap minggu ia menghadiri pertandingan-pertandingan U-7 dan U-8 di seantero Inggris. Pada suatu ketika, ia menyaksikan sebuah pertandingan dan seorang bocah berusia tujuh tahun dari kesebelasan Bashley and Dorchester menarik perhatiannya. Setelah ditelisik lebih jauh, bocah yang bernama Harry Redknapp itu merupakan cucu dari mantan manajer Inggris yang cukup populer, Harry Redknapp. Atas laporannya, Redknapp junior akhirnya direkrut Bournemouth pada 2014.
Maka bisa dibilang, talent scout dan tactical scout bisa dibedakan dengan cara mereka menyaksikan satu pertandingan. Talent scout hanya akan fokus pada permainan salah seorang pemain; menilai atribut dan potensi seorang pemain. Sementara tactical scout, hanya akan fokus pada permainan kesebelasan yang akan menjadi lawan kesebelasan yang mempekerjakannya.
Sedikit informasi, bekerja sebagai scout akan mendatangkan bonus berlebih bagi mereka, seperti yang diungkapkan Penney dan Jones. Selain mendapatkan gaji bulanan, mereka pun mendapatkan tambahan bonus dari hasil pantauan mereka.
Penney menyebutkan ia mendapatkan tambahan 25 paun (pada 2014 lalu) jika pemain muda yang disarankannya direkrut Bournemouth. Sementara Jones, empat paun menjadi harga atas laporan pertandingan lawan yang ia kerjakan.
Angkanya tentu akan lebih masif jika berbicara bayaran scout kesebelasan papan atas. Menurut data yang dilansir trophy4toon.co.uk, pada 2005 saja, Andre Villas-Boas yang saat itu menjadi tactical scout Chelsea mendapatkan bayaran sebesar 250 ribu paun per tahun. Sementara Rainer Bonhoff, chief (talent) scout Chelsea, mendapatkan bayaran 100 ribu paun. Jika dirupiahkan, jumlahnya mencapai miliaran.
Andre Villas-Boas (kanan) saat bekerja sebagai scout untuk Jose Mourinho di Chelsea (via: IB Times)
Karenanya, sebuah kesebelasan atau pelatih, biasanya akan memilih scout-nya sendiri untuk menjaga kualitas scout atau pengintai mereka. Kualitas seorang talent scout akan berbanding lurus dengan kualitas pemain yang ia tawarkan. Sementara kualitas tactical scout akan berdampak besar pada pilihan taktik pelatih dan hasil sebuah pertandingan. Itulah mengapa masa depan sebuah kesebelasan, bisa dibilang, berada di tangan scout-scout mereka.
Scout mengikuti perkembangan zaman
Semakin berkembangnya zaman, proses scouting pun pada akhirnya tersentuh oleh semakin berkembangnya teknologi. Jika sebelumnya scouting dilakukan dengan pengamatan langsung, sejak 2010 terdapat perangkat lunak yang menyediakan pusat data pemain-pemain muda berbakat hasil dari video scouting.
“Mereka memiliki data 160 ribu pemain muda berbakat. Mereka bisa menyediakan cuplikan-cuplikan aksi pemain yang mereka inginkan dengan mudah. Mereka melakukan video scouting,” ujar Calvin.
Yang dikatakan Calvin memang tak berlebihan. Wyscout dan Scout7 adalah dua perusahaan video scouting asal Inggris yang berkembang dengan cepat. Wyscout saat ini memiliki 273 ribu database pemain, sementara Scout7 135 ribu pemain.
Wyscout menjadi perusahaan terdepan dalam dunia video scouting ini. Mereka bisa memberikan 1000 pertandingan video baru setiap minggunya. Hal ini tak mengherankan mengingat mereka telah menyebar scout mereka sendiri ke 80 negara dan 150 kompetisi di seluruh dunia.
“Telah ada pergeseran kultur dari pemantauan dengan cara old-school -dengan hadir langsung dan menggunakan mata serta insting untuk menilai subjek, ke cara baru dengan menggunakan metode sains dan teknologi,” lanjut Calvin.
Sependapat dengan Calvin, memantau lewat video tak akan sama hasilnya dengan pantauan langsung dengan mata kepala sendiri. Belum lagi kita tak tahu siapa-siapa yang memberikan penilaian atas pemantauan tersebut, berbeda dengan scout-scout old school yang biasanya memang memiliki latar belakang kepelatihan, pemain sepakbola atau yang sudah berkecimpung di dunia scout selama puluhan tahun
“Lima tahun ke depan, akan muncul lagi metode scouting yang baru. Orang-orang yang pintar di bidang IT akan berlomba-lomba untuk mencari metode baru agar penilaian mereka sesuai kemampuan sang pemain meski mereka tak memiliki intuisi terhadap pemahaman tentang sepakbola. Itulah kenapa kita semua tetap membutuhkan cara yang old-school,” tutup Calvin.
Terlepas dari bagaimana cara melakukan scouting, entah itu modern atau klasik, pada akhirnya peran scout bagi sebuah kesebelasan memang tak bisa diremehkan. Bahkan tak berlebihan juga jika saya menyebut kinerja seorang scout akan berpengaruh besar pada nasib sebuah kesebelasan.
foto: irishtimes.ie
Artikel ini lebih dulu naik di About the Game kolom Detiksports dengan pengubahan seperlunya.
Komentar