Dalam keberhasilan Juventus meraih rentetan trofi Serie A 2011 hingga 2017, peran trio BBC yang diisi oleh Andrea Barzagli, Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini cukup vital. Berkat trio BBC ini, Antonio Conte yang kemudian dilanjutkan Massimilliano Allegri punya tembok kokoh yang sulit ditembus karena kelebihan dan kekurangan ketiganya saling melengkapi dalam formasi 3-5-2.
Melihat trio BBC yang benar-benar total dalam mengembalikan harkat dan martabat Juventus pasca calciopoli, Juventus percaya diri bisa meraih banyak trofi karena punya lini belakang yang solid untuk jangka waktu yang lama. Tetapi skenario Juventus bersama trio BBC tak seindah itu. Per musim 2017/18, Bonucci meninggalkan Si Nyonya Tua untuk bergabung ke kesebelasan rival, AC Milan.
"Dia memutuskan untuk bergabung dengan Milan. Saya tidak menyangka dia akan menjadi lawan kami," kata pelatih Juventus, Massimilliano Allegri, sebelum laga Juventus vs Milan, Minggu (1/4) dini hari WIB. "Ia sudah berkontribusi besar untuk Juventus dan sebaliknya. Ketika ia pergi, Juventus dikatakan melemah tapi kemudian (Mehdi) Benatia dan (Daniele) Rugani berkembang pesat."
"Itu akan menjadi malam yang istimewa baginya. Ia akan selalu ada di hati fans Juventus. Ia masih berhubungan erat dengan Buffon, Barzagli, dan Chiellini. Mereka menciptakan sejarah bersama selama ini," masih kata Allegri seperti yang dikutip dari Football-Italia.
Pada pertandingan pekan 30 Serie A tersebut, apa yang dikatakan Allegri tidak sepenuhnya benar. Soal hubungan Bonucci dan para penggawa pertahanan Juventus, yang dikatakan Allegri betul; di lorong stadion sebelum kedua kesebelasan masuk ke lapangan mereka terlihat akrab. Tapi soal Bonucci yang ada di hati fans Juventus, Allegri keliru.
Sepanjang pertandingan Bonucci disiuli oleh para pendukung Juventus yang memadati markas mereka, Allianz Stadium. Menurut laporan pandit asal Italia bernama Adam Digby, tak sedikit Juventini yang mengacungkan jari tengah pada Bonucci sambil meneriakkan "Shitty man!" dan "Leo, Leo fu** off!".
(via: @khaledalnouss1)
Kepindahan Bonucci ke Milan sendiri disebut-sebut terjadi karena adanya friksi antara bek timnas Italia tersebut dengan Allegri. Tapi hal itu disanggah olehnya. Walaupun begitu mantan bek Inter Milan itu merasa ada yang salah dengan Juventus sehingga ia merasa harus pindah. Itulah yang mungkin membuat fans Juventus mulai tidak respek pada Bonucci.
"Begitulah hidup. Saya merasakan ada yang salah di Juve. Itu membuat hubungan saya dengan mereka semakin melemah," tutur Bonuc dikutip Calcio Mercato pada Juli 2017 silam. "Berganti klub adalah konsekuensi alami. Saya harus merasa menjadi pemain penting jika ingin memberikan yang terbaik. Saya sudah memberikan banyak untuk Juve dan saya juga menerima banyak dari mereka. Bahkan, pernikahan terbaik kadang berakhir cerai."
***
Juventus memulai laga ini dengan skema dasar 3-5-2. Allegri mereplikasi trio BBC dengan menurunkan Benatia bersama Barzagli dan Chielllini. Benatia sendiri benar-benar diplot sebagai pengganti Bonucci di mana ia menjadi bek kedua Juventus (setelah Chiellini) yang paling sering bermain pada musim ini dan ditempatkan sebagai bek paling tengah (bukan bek tengah kanan atau kiri) pada skema tiga bek.
Permainan Benatia memang tidak seperti Bonucci yang bisa menginisiasi serangan dan mengirimkan umpan-umpan jarak jauh yang terukur. Peran itu lebih diemban oleh Chiellini. Tapi bagi Benatia, ia terbilang sukses menggantikan peran Bonucci karena, toh, Juventus saat ini menjadi kesebelasan paling sedikit kebobolan (16 kali dari 30 laga) di Serie A. Di Serie A juga, 17 kali bermain, 13 cleansheet dicatatkan Juventus dengan Benatia bermain sebagai starter. Dari total 27 kali bermain di seluruh ajang, Juventus hanya kebobolan 13 kali bersama Benatia. Total 27 laga bersama Benatia, Juventus hanya kalah 2 kali dan 4 imbang, sisanya menang.
Di depan mata kepala Bonucci pun trio BBC dengan Benatia sebagai anggota barunya lini pertahanan Juventus terbilang kokoh. Dari 10 tembakan, hanya satu gol yang bersarang ke gawang Gianluigi Buffon. Uniknya, satu-satunya gol Milan pada laga tersebut diciptakan oleh Bonucci.
Bonucci menyambut umpan sepak pojok yang dilepaskan oleh Hakan Calhanoglu. Tandukannya menghujam keras ke gawang Buffon. Menariknya, Bonucci menaklukkan Buffon setelah memenangi duel udara dengan Chiellini dan Barzagli—rekan trio BBC-nya dulu.
Scene di atas tampaknya tak pernah dibayangkan oleh para pendukung Juventus sebelumnya. Lebih tak dibayangkan lagi ketika setelah mencetak gol penyama kedudukan itu (Juve unggul lebih dulu lewat gol Paulo Dybala) Bonucci merayakan golnya dengan antusias. Ya, jika kebanyakan pemain yang pernah berjasa bagi sebuah klub lalu mencetak gol melawan klubnya itu tidak merayakan golnya, Bonucci tidak demikian. Ia tetap memperlihatkan perayaan golnya yang khas dengan menunjuk mukanya sendiri sambil berlari; perayaan gol yang ia buat setelah ia bergabung dengan Juventus dan berdasarkan taruhan dengan pemain Juve lainnya.
Bonucci sendiri awalnya tidak berencana merayakan gol melawan mantan timnya yang telah membesarkan namanya tersebut. Akan tetapi, menurutnya, perlakuan fans Juventus terhadapnya lah yang membuatnya spontan melakukan selebrasi.
"Ini adalah momen emosional. Awalnya saya mengira suporter akan terbagi menjadi dua, namun pada akhirnya mereka memilih untuk bersiul kepada saya," kata Bonucci pada Mediaset Premium. Saya tidak memiliki masalah dengan suporter dan mereka punya hak untuk melakukan apapun yang mereka mau. Ini adalah pertandingan yang intens dan emosional. Saya tidak berniat untuk merayakan gol, namun siulan mengubah pemikiran saya."
Sebenarnya Bonucci tidaklah keliru merayakan golnya. Sebagai kapten, ia punya tugas terbesar untuk membakar semangat rekan-rekannya, terlebih saat itu Milan tertinggal lebih dulu 1-0. Sepanjang pertandingan pun ia menunjukkan profesionalisme-nya sebagai pemain dengan tetap tidak setengah hati melawan mantan timnya.
Berkat kepemimpinan Bonucci, Milan memang memberikan perlawanan yang sengit. Bonucci juga menjadi salah satu figur penting di lini pertahanan Milan yang berhasil membuat tekanan Juventus di lini pertahanan Milan sia-sia. Umpan-umpan terukurnya menjadi awal dari counter attack Milan yang berkali-kali mengancam lini pertahanan Juventus.
Perlu diketahui juga, 10 tembakan yang dicatatkan Milan pada laga tersebut lebih banyak dari yang ditorehkan Juventus (hanya 7 kali). Selain itu Milan beberapa kali kehilangan momen menyerang saat bola mencapai kaki Andre Silva, penyerang tengah mereka. Bisa dikatakan Milan tampil luar biasa pada laga ini hanya saja tidak punya penyerang yang bisa memaksimalkan setiap serangan yang ada.
Dengan lini depan yang tumpul itu pula pada akhirnya Milan gagal meraih tiga poin. Allegri memanfaatkan itu dengan pergantian-pergantian yang efektif. Douglas Costa yang masuk usai turun minum menggantikan Stephan Lichtsteiner (membuat Juve bermain dengan skema dasar 4-2-3-1), mencetak asis untuk gol Sami Khedira. Sedangkan Juan Cuadrado yang masuk pada menit ke-60 menggantikan Blaise Matuidi mencetak gol kedua Juve setelah memanfaatkan umpan silang Khedira. Rodrigo Bentancur juga membuat lini tengah Juve kembali stabil setelah Miralem Pjanic tak tampil maksimal pada laga ini.
Sekarang bandingkan dengan pelatih Milan, Gennaro Gattuso, yang melakukan pergantian pemain tanpa merespons perubahan taktikal yang dilakukan Allegri. Silva digantikan Kalinic untuk penyegaran di lini depan. Begitu juga Lucas Biglia (sudah mengoleksi kartu kuning) yang digantikan Riccardo Montolivo. Patrick Cutrone baru dimasukkan setelah Juve mencetak gol kedua mereka yakni 10 menit terakhir waktu normal.
Pada akhirnya pengalaman Allegri berbicara. Juventus bisa menang 3-1 berkat tak mampunya Gattuso menghadapi perubahan taktik Allegri di babak kedua.
Kemenangan ini disambut sukacita oleh Juventus karena memperbesar kans mereka menjuarai Serie A ketujuh secara beruntun. Para penggawa Juventus pun seperti biasa langsung melakukan victory jump usai laga yang sudah dilakukan sejak Bonucci masih berseragam Bianconeri. Di waktu yang bersamaan, Bonucci, sementara itu, sudah harus melangkah ke ruang ganti Milan; bersama rekan-rekan barunya yang kali ini harus mengakui ketangguhan mantan timnya.
Komentar