Pada 2014, untuk pertama kalinya dalam sejarah sepakbola mereka, Kolombia sukses lolos hingga ke babak perempatfinal Piala Dunia. Mereka tampil digdaya di fase grup dengan menyapu bersih semua pertandingan melawan Yunani, Pantai Gading, dan Jepang. Namun bukan penyerang masyhur mereka, Radamel Falcao, yang menjadi biang di balik kesuksesan Kolombia tersebut—melainkan seorang anak muda yang masih berusia 23 tahun, yang sebelumnya kurang begitu dikenal namanya. Ia adalah James Rodriguez.
James bukan seorang penyerang, namun ia berhasil menjadi pencetak gol terbanyak di ajang empat tahunan itu. Total enam gol ia persembahkan untuk Kolombia. “Aku dengan bangga memuji atas apa yang telah dilakukannya. Dan aku tak pernah ragu untuk menyebut bahwa ajang Piala Dunia ini adalah miliknya. Piala Dunia James Rodriguez,” ujar pelatih Kolombia saat itu, Jose Pekerman, kepada Independent.
Penampilan impresif James langsung membuat klub besar Spanyol, Real Madrid, tertarik untuk mendatangkannya ke Santiago Bernabeu. Presiden Real Madrid, Florentino Perez, tidak ragu untuk menyebutnya sebagai salah satu pemain terbaik walau James ketika itu masih sangat muda.
“Dia bermain sangat brilian. Dan catatan golnya [di Piala Dunia] menegaskan statusnya sebagai salah satu pemain terbaik,” puji Perez.
Gayung pun bersambut. James begitu antusias ketika tahu Real Madrid menginginkannya. Tanpa tedeng aling-aling ia mengungkapkan bahwa bisa bermain untuk Real Madrid adalah sebuah mimpi yang selama ini dikejarnya.
“Bermain untuk Real Madrid adalah sebuah mimpi dalam hidupku. Aku akan sangat menikmatinya bila itu terwujud. Aku tersanjung ketika tahu Real Madrid tertarik kepadaku. Sebelumnya aku pernah berkunjung ke Santiago Bernabeu, dan itu adalah pengalaman yang sangat mengesankan. Saat itu aku berkata dalam hati, `aku akan bermain di tempat ini suatu hari nanti,`” gumamnya.
Mimpi James terwujud. Real Madrid dengan mulus berhasil menerbangkan James dari AS Monaco pada 22 Juli 2014. James ditebus dengan mahar 71 juta euro dengan durasi kontrak selama enam tahun.
“Aku sangat bahagia. Ini adalah mimpi yang jadi kenyataan. Aku bertekad untuk membuat semua orang di sini senang, dan untuk memenangi banyak gelar di tempat ini,” beber James kepada BBC.
Musim 2014/15 menjadi musim pertamanya di Real Madrid. Apa yang ia idam-idamkan dalam mimpinya sejauh ini terwujud: James langsung jadi andalan Carlo Ancelotti untuk mengisi lini tengah Los Blancos. Sepanjang musim itu, di ajang La Liga, James tak pernah memulai laga dari bangku cadangan; ia selalu turun sebagai starter. Andai ia tidak dibekap cedera betis yang mengharuskannya absen sepanjang bulan Februari hingga Maret, mungkin James akan selalu dijadikan starter sepanjang musim.
Catatan golnya pun musim itu sangat impresif. Sebagai pemain tengah, James berhasil membukukan total 13 gol di La Liga. Kontribusi dalam hal asis sama baiknya—ia menyumbang total 13 asis sepanjang musim.
Akan tetapi, di musim selanjutnya, James mulai kehilangan tempatnya di lini tengah. Pergantian pelatih kepala dari Ancelotti ke Rafael Benitez (dan kemudian Zinedine Zidane) mempengaruhi kesempatan bermain James. Sepanjang musim, James hanya tampil sebanyak 26 kali dari total 38 pertandingan yang dijalani Real Madrid di La Liga.
Catatan golnya juga jauh menurun dibanding musim sebelumnya. Kali ini, James hanya mampu membukukan tujuh gol dan delapan asis di La Liga. James bahkan tidak diturunkan sama sekali saat Real Madrid menjalani laga final Liga Champions 2016 melawan Atletico Madrid.
Segalanya menjadi lebih buruk di musim 2016/17. Kebahagiaan dan kebanggaan yang ia rasakan saat pertama kali bergabung bersama Real Madrid, agaknya menguap begitu saja di musim ini seiring dengan semakin jarangnya ia diberi kesempatan oleh Zidane.
James semakin sering menghangatkan bangku cadangan Madrid. Dari total 38 penampilan Madrid di La Liga, James hanya tampil 22 kali. James jelas tidak nyaman dengan semua itu. Pada satu waktu, ketika Real Madrid berhadapan dengan Leganes, James sempat menunjukkan kekesalannya karena ditarik keluar oleh Zidane di menit ke-71.
Air muka James langsung berubah kesal. Ia berjalan menuju bangku cadangan tanpa terlebih dulu menyalami Zidane di sisi lapangan. Marcelo coba menghiburnya, namun tak berhasil. Sebelum duduk, James memukul bangku cadangan untuk menumpahkan amarahnya.
Di ajang Liga Champions juga sama halnya. Zidane lebih memilih Toni Kross atau Isco untuk mengisi pos lini tengah Madrid. Jika di final Liga Champions tahun sebelumnya James masih duduk di bangku cadangan, di musim ini ia sama sekali tidak diikutsertakan ke dalam tim ketika Madrid menjalani laga final melawan Juventus.
Di akhir musim nampaknya sudah tidak ada lagi kebanggaan dan harapan dalam diri James kepada Real Madrid—klub yang dulu begitu dibanggakan dan diimpikan olehnya. Keadaan James saat itu persis seperti yang pernah tergambar dalam pertanyaan retoris mistikus asal India, Hazrat Inayat Khan, “Berapa banyak waktu yang terbuang sia-sia hanya karena kita menginginkan sesuatu, untuk kemudian tidak menginginkannya lagi?”
Dan James memang sudah tidak ada lagi sedikit pun keinginan untuk bertahan di Bernabeu. Pada Juli 2017, ia menyepakati kepindahannya ke Bayern Munchen dengan status pinjaman selama dua tahun.
Pindah ke Jerman ternyata merupakan keputusan tepat yang diambil James. Ia langsung menjadi andalan di lini tengah Bayern Munchen. James menemukan dirinya kembali di Munchen, klub yang dilatih oleh Ancelotti (dari Juli 2016 hingga September 2017).
Gol perdanya untuk The Bavarians di ajang Bundesliga tercipta saat Munchen menghadapi Schalke 04. Tidak hanya gol, James juga menyumbangkan satu asis di pertandingan tersebut. Dari 29 laga yang dimainkan Munchen di Bundesliga sejauh ini, James sudah tampil sebanyak 21 kali. Ada pun sisa pertandingan yang membuat ia absen, adalah dikarenakan cedera yang membekapnya.
Di musim pertamanya bersama Munchen, James juga langsung mampu menunjukkan kepiawaiannya sebagai gelandang yang mampu memproduksi gol. Sejauh ini, James sudah menjaringkan total enam gol untuk Munchen di Bundesliga.
“Aku sangat bahagia dengan enam bulan pertamaku [di Bayern Munchen]. Kita bisa pergi liburan dengan perasaan yang baik. Dan kita berharap kita bisa meraih kesuksesan di akhir musim,” ungkap James saat Bayern menutup putaran pertama Bundesliga musim ini.
Bukan hanya James yang bahagia bersama Bayern Munchen. Pelatih yang menggantikan Ancelotti, Jupp Heynckes, juga mengaku sangat senang dengan penampilan James. Bahkan pelatih berusia 72 tahun tersebut tak ragu untuk menyebut James sebagai rahmat yang telah diberikan oleh Tuhan.
“James berkembang dengan sangat brilian musim ini. Dia memiliki sangat banyak kreativitas. Dan aku sangat senang ia merasa seperti di rumah di tim Bayern Munchen ini. Dia adalah pemain top. Tapi di Madrid, ia tidak dapat menit bermain yang sebenarnya layak ia dapatkan,” tutur Heynckes seperti dilansir dari laman web Bundesliga.
Presiden klub Bayern Munchen, Karl-Heinz Rumenigge, juga berencana akan membuat status James di Bayern menjadi permanen. “Kita sudah punya kejelasan dalam kontrak. Kita punya kesepakatan dalam dua tahun peminjaman dengan opsi pembelian seharga 42 juta euro yang mana itu akan kita lakukan.”
Kamis (26/4) dini hari WIB nanti, James akan bertemu dengan bekas klubnya, Real Madrid, di semifinal leg pertama Liga Champions 2017/18. Tentunya ini akan menjadi pertandingan yang sangat emosional bagi James.
Sebelum pertandingan, dengan penuh rasa sesal Zidane sempat mengatakan bahwa ia sebenarnya tidak ingin James pergi dari Madrid. “Aku sebenarnya tidak ingin James pergi. Tapi dia memutuskan untuk pergi. Dia ingin bermain reguler dan aku mengerti akan hal itu,” ungkap Zidane kepada Bundesliga.
James mungkin masih ingat momen ketika dirinya memukul bangku cadangan Real Madrid karena dirinya ditarik keluar oleh Zidane di pertandingan melawan Leganes. Malam nanti adalah kesempatan bagi James untuk memberi sekali lagi pukulan kepada Real Madrid. Tentu dalam bentuknya yang lain, yaitu pukulan kekalahan.
Komentar