Massimiliano Allegri kian bersinar bersama Juventus. Prestasi demi prestasi terus diukir pelatih berusia 50 tahun itu sejak tiba di Allianz Stadium pada 2014 lalu. Terbaru, Allegri berhasil membawa Bianconeri memastikan gelar Coppa Italia setelah mengalahkan AC Milan 4-0 di Stadio Olimpico, Kamis (10/5) dini hari WIB.
Bagi Juve, keberhasilan tersebut membuat dominasi mereka di Coppa Italia kian kentara. Selain menegaskan status sebagai kesebelasan dengan koleksi gelar terbanyak dengan 13 trofi, Bianconeri juga mencatatkan rekor sebagai satu-satunya tim yang mampu menjuarai Coppa Italia dalam empat musim beruntun.
“Kami mendapat trofi, para pemain memiliki permainan yang luar biasa dan layak menerima kemenangan ini. Kami berbicara tentang grup yang telah menulis sejarah bagi Juventus,” kata Allegri dilansir dari laman resmi klub.
https://twitter.com/juventusfcen/status/994366409273724928
Khususnya bagi Allegri, gelar di Coppa Italia menjadi trofi kedelapan yang diraihnya selama empat musim membesut Juve. Catatan prestasi yang menyiratkan pembuktian dirinya kepada para suporter yang sempat meragukan kemampuannya dulu.
Sudah jadi rahasia umum bila penunjukan Allegri sebagai pengganti Antonio Conte pada 2014 lalu mendapat banyak kecaman dari para suporter Juve. Di media sosial, ramai-ramai para pendukung bersuara ketidaksepakatan mereka dengan keputusan para petinggi klub menunjuk Allegri. Bahkan, sesaat setelah Allegri diresmikan sebagai pelatih baru Juve, para pendukung menyambutnya dengan aksi protes di pusat latihan Juve di Vinovo.
Tapi Allegri berhasil melewati tekanan suporter, dan menjawab keraguan atas dirinya melalui prestasi. Selain membawa Juve meraih delapan gelar juara di tiga ajang berbeda (Serie A, Coppa Italia, dan Super Coppa Italia), Allegri juga mampu membawa Juve dua kali menapak final Liga Champions di musim 2014/15 dan 2016/17.
Faktanya, Juve memang gagal meraih gelar juara Liga Champions setelah takluk dari Barcelona dan Real Madrid dalam dua laga final yang dilakoni. Namun setidaknya, itu adalah pencapaian yang cukup membanggakan bagi Juve dan Allegri. Kali terakhir Juve tampil di partai final Liga Champions adalah musim 2002/03.
***
Tak sampai di sana, bersama Juve, Allegri masih berpeluang menambah koleksi trofinya di akhir musim 2017/18. Satu gelar lainnya yang bisa dimenangkan adalah trofi Serie A, kans terbuka lebar, karena Juve saat ini berada di jalur yang tepat untuk menyegel gelar ketujuh mereka secara beruntun di Serie A.
Juve, saat ini bercokol di peringkat pertama klasemen sementara Serie A dengan 91 poin, unggul enam angka dari Napoli yang menguntit di peringkat kedua. Dengan dua pertandingan tersisa, Juve hanya membutuhkan satu poin lagi untuk memastikan gelar Serie A musim ini. Bahkan, andai Juve takluk dari AS Roma dan Hellas Verona di dua laga pamungkasnya, Bianconeri tetap berpeluang besar mengamankan Scudetto musim ini.
Selain unggul poin, Juve juga unggul selisih gol atas Napoli. Partenopei, memang masih berpeluang menyalip Juve di klasemen akhir Serie A, namun dengan catatan Si Nyonya Tua kalah dari Roma dan Verona, sementara Napoli menyapu bersih kemenangan di dua laga pamungkasnya dengan skor telak untuk mengejar selisih 16 gol dari Juve.
Artinya, bila ingin meraih gelar Serie A musim ini, Napoli harus menang dengan skor lebih dari selisih tujuh gol saat berhadapan dengan Sampdoria dan Crotone dalam dua laga terakhirnya di kompetisi domestik.
Melihat kewajiban yang harus dipenuhi Napoli, di atas kertas, peluang Juve mengamankan Scudetto musim ini jauh lebih besar ketimbang pesaing terdekatnya itu. Bila pada akhirnya Juve mampu meraih gelar Serie A musim ini, mereka akan mencatatkan rekor sebagai tim Italia pertama yang berhasil mempertahankan gelar Serie A dan Coppa Italia dalam empat musim beruntun.
Sementara Allegri, malah akan mencatat rekor sebagai pelatih pertama di Eropa yang mampu membawa tim asuhannya meraih gelar ganda di ajang domestik dalam empat musim beruntun.
***
Di beberapa kompetisi Eropa, sebuah kesebelasan mampu mempertahankan gelar ganda di ajang domestik dalam empat musim beruntun atau lebih, bukanlah hal yang baru. Tapi, tidak ada satu pun dari mereka yang mampu mencapai prestasi tersebut dengan satu pelatih.
Dinamo Tblisi misalnya, tim asal Georgia itu berhasil memenangkan gelar ganda di ajang domestik selama enam musim beruntun dari 1991/92 hingga 1996/97. Namun enam gelar ganda tersebut diraih bersama beberapa pelatih berbeda termasuk David Kipiani, Revaz Dzodzuashvili, dan Vaja Jvania.
Kemudian, RB Salzburg yang dalam empat musim terakhir berhasil mempertahankan gelar di Bundesliga Austria dan Piala Austria. Bahkan, mereka berpeluang meraih gelar ganda kelima secara beruntun andai mampu mengalahkan Strum Graz di final Piala Austria. Walau begitu, keberhasilan Salzburg meraih gelar ganda di pentas domestik dalam empat musim terakhir, dilalui bersama empat pelatih berbeda; Roger Schmidt, Adi Hutter, Oscar, dan Marco Rose.
Melihat rekor yang bisa dicapai Allegri, tentu ini adalah momen besar bagi pelatih berkebangsaan Italia itu. Pamornya akan semakin menanjak sebagai salah satu pelatih terbaik dunia. Lebih dari pada itu, melalui kesuksesan yang dicapainya dalam beberapa tahun terakhir bersama Juve, membuat Allegri bisa menjadi properti panas di jendela transfer musim panas 2018 nanti. Apalagi, saat ini isu merebak bahwa dirinya menjadi incaran Paris Saint Germain (PSG) dan Arsenal.
Komentar