Takdir tidak bisa diubah, tapi tidak dengan nasib. Jika menurut Paulo Coelho takdir adalah satu jalan lurus, nasib adalah jalan bercabang. Pilihan pada jalan bercabang tersebut nantinya akan menuntun seseorang pada nasib yang baik atau buruk, pada kehidupan yang baik atau buruk.
Brwa Nouri lahir di kota Urmia, Irak. Ketika masih kanak-kanak, ia terpaksa meninggalkan negara kelahirannya karena situasi yang tidak aman. Irak terus "digoyang" oleh Amerika Serikat. Pria yang lahir pada 23 Januari 1987 itu pun lantas mencari suaka hingga ke Swedia. Di sana ia sebagai imigran bersama sang ibu.
Di banyak negara, perlakuan terhadap imigran kerap berbeda. Nouri juga mengalami hal itu. Tapi tentu ia tak bisa menolak takdir bahwa dirinya seorang yang berasal dari Irak, bukan dari Swedia, tempat tinggalnya. "Di Swedia, saya dikenal sebagai salah satu imigran terbesar. Anda tidak bisa menemukan siapa-siapa di tanah orang lain."
Manusia memang tidak bisa memilih terlahir dari keluarga yang seperti apa. Tapi manusia bisa memilih akan mati dengan menjadi orang yang seperti apa. Nouri pun terus memilih hal-hal yang setidaknya bisa membuat hidupnya lebih baik meski berstatus imigran di Swedia. Keputusan terpentingnya adalah memilih berkarier di sepakbola.
"Seperti yang kalian ketahui, Irak seperti sedang dalam kehancuran. Ada bom, bom bunuh diri, perang. Tapi yang menyatukan kami adalah sepakbola. Histeria, rasa cinta untuk sepakbola dan kenikmatan sepakbola, selalu memberikan orang-orang rasa sukacita yang jujur," ujar Nouri.
Di sepakbola Nouri bisa memaksimalkan bakatnya. Setelah memulai karier di Vasalund, ia bergabung dengan akademi salah satu kesebelasan legendaris Swedia, AIK, pada usia 13 tahun. Ia sempat promosi ke tim utama dan menjalani debut pada usia 18 tahun. Sebelum itu ia sudah dipanggil Timnas Swedia U17 sampai akhirnya menjalani pertandingan babak kualifikasi Piala Eropa U19 pada 2005.
Tapi saat itu juga Nouri "tersesat". Menurut Max Richnau, kolumnis fotbollskanalen, pemandu bakat AIK mengatakan bahwa di awal kariernya Nouri sangat bermasalah. Ia pernah diamankan kepolisian karena keterlibatannya dengan penggunaan obat terlarang dan kelompok kriminal. Namun karena masih di bawah umur, akhirnya Nouri dibebaskan dengan pengawasan.
Di AIK kariernya mulai tak mulus. Ia dipinjamkan ke kesebelasan lain. Total hanya tiga kali ia membela AIK. Menurut Afton Bladet, masalah itu membuat Nouri dipecat AIK.
Karier Nouri kembali ke jalan yang benar setelah ia hijrah ke kesebelasan asal kota Uppsala yang berlaga di divisi empat, yakni Dalkurd. Dalkurd memperlakukan Nouri dengan sangat baik.
Perlu diketahui, sejak 2004, Dalkurd dimiliki oleh seorang yang berasal dari Suku Kurdi, di mana Nouri pun punya darah Kurdi dari kedua orang tuanya. Di Dalkurd, Nouri diperlakukan sama seperti pemain lain karena tidak adanya sentimen terhadap imigran.
"Menjadi imigran bukan berarti mereka tidak mengakui kehadiran kita," kata pemilik Dalkurd, Ramazan Kizil. "Mereka bukan berarti tidak mengakui hak kemanusiaan kita. Kita tetap warga dari sebuah daerah otonom milik mereka. Di sini (Uppsala) bukan Turki di mana kita tidak bisa berbicara bahasa asli kita, di mana kita tidak bisa menjadi Kurdi dan kita tidak bisa membaptis anak kita dengan nama Kurdi. Di sini bebas, mereka tidak mengabaikan Kurdi."
Di musim pertamanya, Nouri mengantarkan Dalkurd promosi ke divisi tiga Swedia. Setelah lima musim, Nouri hijrah ke kesebelasan Swedia lain; Ostersunds FK. Ostersunds saat itu berlaga di divisi dua. Catatan 130 penampilan bersama Dalkurd membuat Nouri mulai dipandang sebagai pesepakbola bertalenta. Ia langsung dinobatkan sebagai wakil kapten.
Nouri sendiri sangat mengagumi sosok pemilik Ostersunds, Daniel Kindberg. Kindberg meyakini bahwa bersama Nouri, Ostersunds bisa promosi bahkan bisa menjadi kesebelasan berprestasi. Karena impiannya untuk berkarier di level top semakin dekat itulah Nouri rela meninggalkan Dalkurd yang sebenarnya telah menjadi "rumah"-nya.
Ternyata pilihan Nouri benar. Setelah dua musim di divisi dua, Ostersunds promosi ke divisi teratas Swedia pada 2016. Hebatnya lagi, setelah Nouri naik jabatan menjadi kapten setelah promosi, Ostersunds berhasil juara Piala Swedia. Lewat jalur itulah Ostersunds mendapatkan jatah tiket Europa League 2017/18.
Baca juga: Ostersunds, Klub Kesenian di Europa League
Di Liga Europa langkah Ostersunds cukup mulus untuk bisa melaju ke babak berikutnya. Setelah mengalahkan Galatasaray, Fola Esch dan PAOK, Ostersunds melangkah ke fase gugur setelah menempati posisi runner-up Grup J. Ostersunds hanya kalah selisih gol dari Athletic Bilbao. Mereka berhasil menyisihkan Zorya Luhansk dan Hertha BSC. Namun langkah Ostersunds terhenti di fase gugur oleh Arsenal.
Di usia yang telah mencapai kepala tiga, Nouri memasuki masa emas dalam kariernya saat itu. Apalagi Arsenal juga sempat kerepotan menghadapi Ostersunds pada leg kedua. Tapi secara mengejutkan, di akhir musim, sang kapten memilih untuk mengakhiri kontraknya enam bulan lebih cepat.
Ternyata Nouri tergoda tawaran dari kesebelasan Indonesia, Bali United. Ia ingin mengakhiri kariernya di Asia Tenggara. Ia berkali-kali terkesima oleh negara-negara Asia Tenggara yang ia rasakan langsung ketika ia berlibur. Indonesia salah satunya.
"Mereka yang mengenal saya tahu bahwa negara favorit saya ada di Asia Tenggara. Ketika saya pergi berlibur, ke sanalah saya ingin pergi," ucap Nouri kepada Osdsport. "Saya suka cara mereka berpikir dan bagaimana mereka hidup. Saya biasanya berkata, `Di sini saya ingin hidup dan bermain sepakbola`. Secara geografis, sosial dan ekonomi, ada sesuatu yang tidak bisa dikatakan."
Di Bali United, Nouri akan mengisi slot pemain asing asal Asia yang kosong karena bek asal Korea Selatan milik Bali United sebelumnya, Ahn Byung-keon, mengalami cedera yang membuatnya harus menepi sepanjang putaran kedua Liga 1 2018. Ia dikontrak hingga 2,5 tahun ke depan.
Pilihan demi pilihan mengantarkan Nouri ke Indonesia. Bahkan sebenarnya ia bisa saja tidak akan bergabung Bali United sekarang jika ia memilih pilihan berbeda pada dua tahun lalu.
Nouri pernah dihadapkan pada pilihan membela Timnas Swedia atau Irak tahun 2016 lalu. Teman-temannya mendukung pemain yang kini berusia 31 tahun itu untuk membela Swedia karena mereka merasa kemampuannya akan dilirik pelatih Swedia, Janne Anderson. Apalagi Nouri terus menantikan panggilan dari Timnas Swedia sampai akhirnya ia menyerah.
"Saya ingin membela Timnas Swedia. Teman saya juga berkata, `kamu akan bermain di Timnas Swedia.` Tapi akhirnya saya berkata, `kawan, saya sebentar lagi berusia 30 tahun, kamu sendiri tahu kan bagaimana sistem pemanggilan pemain di Timnas Swedia?` Saat itulah tawaran dari Irak datang," ujar Nouri.
Nouri baru menjalani debutnya bersama Timnas Irak pada usia 29 tahun. Kini sudah tujuh kali ia membela timnas Irak. Maka bukan kebetulan Nouri melanjutkan kariernya di Indonesia dengan paspor Iraknya. Bukan kebetulan juga tawaran Bali United disambut baik oleh Nouri. Nasib Nouri, nasib semua manusia, tanpa disadari, ditentukan oleh pilihan-pilihannya di masa lalu.
[ar]
foto: thelocal.se
Komentar