Sebelum David Wagner membawa Huddersfield Town ke divisi teratas Liga Inggris pada 2017 lalu, pada awal tahun 20-an tim ini pernah digdaya. Nama besar Herbert Chapman-lah yang berhasil mengatrol tim asal Yorkshire Barat ini ke puncak teratas Liga Inggris.
Pada musim 1920/21 merupakan musim pertama bagi tim yang berdiri tahun 1908 masuk ke divisi teratas. Namun inkonsistensi menjadi kendala, sempat semusim berada di top performa dengan berhasil mencapai final piala FA, di musim kedua Huddersfield justru tampil antiklimaks.
Di musim itu Huddersfield berada di zona degradasi. Kemudian Herbert Chapman bergabung dan mengubah sejarah klub Huddersfield.
Singkat cerita, Chapman yang saat itu diduga melakukan penyimpangan keuangan saat melatih Leeds United terancam mendapatkan sanksi berupa larangan berkecimpung di sepakbola. Huddersfield datang membantu agar hukuman tersebut dibatalkan. Sanksi kepada Chapman pun akhirnya urung diberikan. Sejak Februari 1921, Chapman secara resmi ditunjuk sebagai asisten Ambrose Langley.
Chapman kemudian menggantikan Langley sebagai manajer utama tim pada bulan berikutnya. Memenangi empat laga dari tujuh laga tersisa, Huddersfield berhasil lolos dari jeratan degradasi setelah menempati posisi 17 atau empat tingkat di atas zona degradasi.
Selain menyelamatkan Huddersfield dari degradasi, empat tahun kebersamaan Chapman dan Huddersfield menjadi musim terbaik Huddersfield sebagai sebuah klub. Huddersfield menjadi tim pertama yang mampu menjadi juara Divisi Utama tiga tahun berturut-turut. Konon, saat membesut Huddersfield, walaupun tak sempurna, formasi legendaris WM polesan Chapman itu pertama kali diterapkan.
Selepas era Chapman, sebelum terakhir bermain di divisi utama pada musim 1972, cerita tentang tim yang berasal dari kota Huddersfield Town ini lebih banyak berkisah mengenai kiprah mereka di divisi bawah liga Inggris. Tapi setelah 43 tahun bertungkus lumus di divisi bawah liga Inggris, David Wagner hadir sebagai sebagai "Chapman" baru bagi tim yang saat ini bermarkas di John Smith Stadium.
Wagner yang berangkat dari tim reserve Dortmund membawa angin sejuk kepada pendukung Huddersfield. Mengalahkan Reading di laga playoff Championship musim 2016/17, The Terriers akhirnya berhasil menuju Liga Premier Inggris –kompetisi teratas yang pertama kali mereka ikuti sejak format liga ini berubah pada tahun 1990.
Selama musim 2017/18 David Wagner bersama timnya sekuat mati menyelamatkan Huddersfield dari pasir isap degradasi. Dan sayangnya hal yang sama terlalu sulit untuk mereka ulangi musim ini. Sampai pekan ke-23 Huddersfield berada di urutan paling bawah dengan hanya mengumpulkan 14 poin, selisih 10 angka dari Newcastle yang berada di zona aman degradasi.
Namun mengingat apa yang sudah ia torehkan pada tim "sekelas" Huddersfield, pemecatan sepihak tidaklah etis. Maka dari itu tak ada desakan untuk mundur dari manajemen Huddersfield. Namun memaksakan untuk terus menangani tim yang sudah sekarat di jurang klasemen juga bukan pilihan bijak bagi Wagner.
Untuk itu sebagai jalan tengah, berdasarkan kesepakatan dua belah pihak, David Wagner memutuskan menanggalkan jabatan pelatih Huddersfield.
"Kami membawa klub ini ke tempat tertinggi yang bertahan hampir 50 tahun dan menciptakan kenangan yang abadi," ujar chairman Huddersfield, Dean Hoyle, seperti dikutip dari BBC Sport.
"Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya tidak berniat untuk memecat David musim ini. David, yang merupakan orang hebat, datang kepada kami dan membuat semuanya jelas bahwa dia butuh istirahat dari sepakbola."
Sebagai pengganti David Wagner, Huddersfield langsung menunjuk Jan Siewert sebagai pengganti. Memiliki latar belakang yang sama dengan David Wagner –keduanya merupakan eks pelatih tim cadangan Dortmund–, tim yang berdiri pada 1908 ini berharap tuah serupa seperti apa yang sudah dicapai David Wagner sebelumnya.
Jan Siewert adalah nama baru di sepakbola. Karier kepelatihannya masih begitu hijau. Sebelum menggantikan Daniel Farke di tim cadangan Borussia Dortmund, pelatih yang masih berusia 36 tahun ini hanya pernah melatih tim divisi empat, Rot-Weiss Essen dan sempat menjadi asisten pelatih Bochum di divisi dua liga Jerman. Saking belum populernya seorang Siewert, Raphael Honingstein, seorang pandit Jerman bahkan berujar, "Siewert belum punya halaman Wikipedia sebelum hari kemarin."
Ada cerita menarik yang menunjukkan bahwa Jan Stewert masih belum begitu dikenal khalayak. Pada laga Huddersfield melawan Manchester City, seseorang reporter Sky Sport berniat melakukan wawancara pada manajer baru Huddersfield ini. Namun alih-alih menemui Jan Siewert yang asli, reporter itu justru menghampiri fans Manchester City bernama Martin yang memang memiliki perawakan yang mirip dengan Siewert.
Terlepas apapun itu, ada 15 pertandingan sisa Premier League yang dapat menjadi ajang pembuktian Jan Siewert. Semua kini tergantung padanya. Mengikuti rekam jejak hebat Herbert Chapman dan David Wagner sebagai pelatih Huddersfield yang akan selalu diingat atau menjadi bagian sejarah yang terlupakan.
foto: The National
Komentar