Sebelum Syeikh Mansour datang sebagai “penyelamat” bagi Manchester City pada tahun 2008. Liga Inggris didominasi Manchester United, Arsenal, warna biru London Barat, dan.... okelah Liverpool yang hidup karena masa lalunya. Sementara Manchester City, boleh dikata hanya medioker yang cuma sanggup wara-wiri di papan tengah Liga Inggris.
Lalu taipan asal Uni Emirat Arab datang mengakuisisi Manchester City dan mengubah peta persaingan Liga Inggris. Bagi Man City, Syeikh Mansour adalah Messias. Dia adalah dewa penyelamat. Dia adalah altar bagi pemuja Manchester city yang haus trofi dan gelar juara. Liam Gallagher, pentolan Oasis, tidak malu-malu lagi menunjukkan dirinya sebagai penggemar Man City. Di berbagai tempat, para glory hunter, membaiat diri mereka sebagai penggemar The Citizens.
Atas fenomena ini, sebagai penggemar Man City, berterima kasihlah pada kesebelasan merah dari London Utara. Sebab sedikit banyak ada campur tangan Arsenal dalam revolusi The Citizens.
Syeikh Mansour langsung memermak wajah usang Man City. Jika menurut teori keberhasilan bahwa hasil berbanding lurus dengan proses dan kesabaran. Namun sepenuhnya tidak keliru jika taipan dengan kekayaan luar biasa seperti Syeikh Mansour dan Roman Abramovich menepikan teori tersebut dan memilih jalan pintas dan instan untuk mencapai kejayaan bagi kesebelasan mereka.
Untuk itu, satu-persatu nama-nama beken seperti Robinho, Yaya Touré, Edin Dzeko, Carlos Tevez, Sergio Agüero, dan David Silva mereka boyong untuk memperkuat Man City. Roberto Mancini yang membawa Internazionale Milan mendominasi Italia juga mereka angkut berikut dengan bocah bengal bernama Mario Balotelli.
Namun sepertinya Man City tahu betul, salah satu teori kemenangan tidak hanya melakukan pembenahan dalam tim namun juga melakukan penggembosan kekuatan rival yang berpotensi mengganjal dan mengganggu. Itu yang mereka lakukan pada Arsenal, kesebelasan yang saat itu sedang mengalami krisis identitas, setelah terakhir kali meraih trofi pada tahun 2004.
Arsenal saat itu hanya dikenal sebagai Arsenal yang hebat dalam mencetak pemain alih-alih membeli pemain secara instan. Mereka biasa membeli pemain muda dengan harga murah, memupuknya, diorbitkan ke tim utama, sebelum dibeli atau dijual oleh/ke kesebelasan lain. Sementara di lapangan, sebagai tim mereka seperti hanya bertarung untuk posisi empat besar klasemen Liga Inggris.
Mengetahui kualitas potensi-potensi pemain Arsenal, Manchester City dengan kekuatan finansialnya membeli beberapa pemain The Gunners.
Sejak Abu Dhabi United Group mengakuisisi Manchester City setidaknya ada lima pemain Arsenal yang bergabung dengan Manchester City. Pada 2009 Emmanuel Adebayor dan Kolo Touré mengawali eksodus pemain Arsenal ke Etihad Stadium. Kolo yang menjadi bagian skuad The Invincibles pindah ke Manchester dengan harga 15 juta euro. Namun Kepindahan Adebayor ke Man City menjadi cerita yang menarik sebab konfrontasinya dengan Arsène Wenger.
"Saat itu saya bertemu Wenger di kantornya, ketika dia meminta saya pergi (dari Arsenal) karena menurutnya saya tak punya masa depan lagi di Arsenal. Dan keesokan harinya ketika saya bergabung dengan Man City dalam konferensi pers di London, saya melihatnya bilang bahwa saya ingin pergi karena uang dan semacamnya, dan sejak hari itulah benci saya untuk Arsenal timbul," ujarnya seperti dilansir Sky Sports.
Emmanuel Adebayor meluapkan kekecewaan pada Wenger dan Arsenal dengan melakukan selebrasi saat Manchester City bertemu Arsenal pada September 2009.
Pada 2011 Gaël Clichy dan Samir Nasri mengikuti dua mantan rekan setimnya bergabung sebelum Bacary Sagna menyusul tiga musim berikutnya. Hampir semua pemain itu menjadi pemain kunci Manchester City dan menjadi bagian skuat Man City saat keluar sebagai juara Liga Inggris pada 2011/12 dan 2012/13.
Sebetulnya, sejarah perpindahan pemain Arsenal ke Manchester City bukan pertama kali itu terjadi. Nama-nama seperti David Seaman, Paul Dickov, dan Niall Quinn juga pernah pindah dari London Utara ke Kota Manchester. Namun bedanya, dahulu perpindahan pemain Arsenal lebih karena si pemain sudah tidak dapat tempat lagi di skuat Arsenal atau performa yang tergerus karena faktor umur. Sebaliknya, di era Syeikh Mansour, Manchester City datang menawarkan kemegahan dan kemenangan pada pemain Arsenal, suatu hal yang sejak lama tidak bisa Arsenal gapai.
Komentar