Bertandang ke Stadion Johan Cruyff Arena di kota Amsterdam pada leg I babak 16 besar Liga Champions, Kamis (14/2) dini hari WIB, Real Madrid sukses mencuri kemenangan dari tangan sang empunya rumah, Ajax Amsterdam. Sepasang gol dari kaki Karim Benzema dan Marco Asensio, masing-masing di menit ke-60 dan 87, cuma sanggup dibalas sekali oleh Hakim Ziyech pada menit ke-75.
Meski demikian, tercium bau anyir dari pertandingan kali ini. Wasit pertandingan, Damir Skomina, menganulir gol bek Ajax, Nicolas Tagliafico, pada menit ke-39. Lewat bantuan Video Assistance Referee (VAR), lelaki berpaspor Slovenia itu bersikukuh jika rekan setim Tagliafico yakni Dusan Tadic sudah terlebih dahulu berdiri pada posisi offside plus mengganggu pergerakan kiper Madrid, Thibaut Courtois, yang berusaha menangkap bola sebelum Tagliafico menyundulnya ke arah gawang.
https://twitter.com/panditfootball/status/1095791679163039744
Seperti hal-hal berbau kontroversi lain yang senantiasa berkelindan dari sepakbola, peristiwa itu pun memunculkan perdebatan. Mereka yang pro tentu menganggap keputusan Skomina sudah benar sebab tayangan ulang menunjukkan bahwa posisi Tadic sudah offside dan pergerakannya menghalangi kiper. Namun mereka yang kontra lantas menuding bahwa keputusan sang wasit punya kecenderungan buat menguntungkan tim paling sukses dalam sejarah Liga Champions tersebut. Seakan-akan, haram hukumnya mencungkil Madrid lebih cepat dari kejuaraan ini.
Apalagi babak 16 besar Liga Champions musim 2018/19 jadi momen perdana penerapan VAR, yang dikembangkan pertama kali oleh federasi sepakbola Belanda (KNVB) pada awal 2010-an lalu, dalam kompetisi antarklub nomor wahid di benua Eropa itu. Kecurigaan bahwa VAR nantinya akan menguntungkan kesebelasan-kesebelasan besar layaknya Madrid pun semakin mengemuka.
Bak dua sisi mata uang, kontroversi dari laga sepakbola, misalnya saja dari penggunaan VAR, tentu mendatangkan bermacam kisah dan sudut pandang. Mereka yang pro, umumnya pihak yang beroleh keuntungan dari hal tersebut, pasti tak ragu buat mendukung keputusan wasit. Sementara yang kontra, biasanya kubu yang mendapat kerugian dari VAR. Di titik inilah, sifat naif dan munafik para fans terlihat jelas. Kegaduhan di media sosial adalah keniscayaan tak terperi.
Mengapa begitu? Sederhana saja karena pandangan objektif terhadap sesuatu ikut menguap, terganti oleh argumen-argumen subjektif yang penuh keberpihakan. Bagi pihak yang diuntungkan, keputusan kontroversial dari VAR akan tetap dibela. Sebaliknya, mereka yang dirugikan bakal terlihat kritis dengan menentang keputusan itu.
"Di hadapan saya, tak ada monitor yang dapat digunakan untuk meninjau sebuah kejadian di lapangan. Saya hanya bisa bersepakat dengan keputusan wasit," papar pelatih Madrid, Santiago Solari, seperti dilansir AS perihal dianulirnya gol Ajax.
Terlepas dari keputusan wasit yang menggunakan VAR itu benar atau salah, kalimat yang meluncur dari Solari adalah contoh riil bagaimana sikap mereka yang diuntungkan dari hal tersebut. Ucapan dengan aroma berbeda sudah pasti lahir dari mereka yang merasa dirugikan.
"VAR bisa jadi sesuatu yang krusial pada momen seperti ini di Liga Champions. Keputusan menganulir gol Tagliafico sungguh tak elok", jelas Erik ten Hag, pelatih Ajax, seperti yang diutarakannya kepada Football-Oranje.
Menariknya, dua faksi berseberangan ini akan mencari berbagai bukti dan argumentasi guna memperkuat keyakinan mereka yang sesungguhnya, bisa saja salah. Sebuah realita bahwa identitas dukungan berhasil mengubah cara berpikir seseorang serta bersikap defensif tentang sesuatu yang dicintai dan didukung. Di titik ini, kelihatan persis dengan mereka yang gemar berisik tentang politik, bukan?
Terasa lebih lucu sebab dua kubu ini dapat bertukar posisi kapan saja. Mereka yang pro bisa menjadi kontra dan mereka yang kontra siap berganti kostum menjadi pro di waktu lainnya alias situasional. Semuanya bergantung pada keputusan wasit melalui VAR, menguntungkan atau justru merugikan.
Meminjam kalimat dari salah satu akun anonim populer di kalangan pencinta sepakbola di Indonesia, @MafiaWasit, masalah yang kerap muncul di kalangan suporter adalah mereka paham bagaimana sebuah pertandingan dapat berjalan tetapi mereka tidak paham dengan aturan-aturan yang melingkupi pertandingan tersebut. Alhasil, keadaan ini mudah memantik perseteruan, baik di media sosial maupun kehidupan nyata.
Kendati demikian, berbagai argumen, utamanya yang kontra terhadap keputusan menganulir gol Tagliafico, boleh ditendang jauh-jauh. Pasalnya, berdasarkan FIFA Laws of The Game no. 11, apa yang diputuskan Skomina sungguh tepat sekali. Oleh karenanya, perdebatan tentang keputusan yang dianggap kontroversial dari wasit berumur 42 tahun tersebut wajib dihentikan karena takkan mendatangkan signifikansi apapun sebab itu benar dan pemenang dari laga Ajax versus Madrid tetaplah tim yang disebut belakangan.
Maka dari itu, pantas rasanya bila penggemar bal-balan di manapun berada mau belajar lebih banyak dan mencari tahu tentang aturan-aturan yang berlaku dalam pertandingan sepakbola. Hilangkan rasa malas untuk membaca supaya dukungan yang ditujukan kepada kesebelasan atau pemain idola, tak semu dan hanya berdasar fanatisme buta.
Komentar