Satu mimpi itu akhirnya terwujud. Setelah menanti sekian lama, Eden Hazard resmi mencatatkan gol perdananya bagi Real Madrid ketika menghadapi Granada pada pekan ke-8 La Liga 2019/20.
Hazard memang baru bergabung dengan pada musim panas 2019. Namun, penantian akan gol tersebut terasa lebih panjang dari sekadar tiga bulan. Ia telah mengimpi-impikan jadi bagian dari kesebelasan sekaliber Madrid sejak beberapa musim sebelumnya.
Pemain berusia 28 tahun itu tak sungkan mengucapkan salam perpisahan secara terbuka setelah mengantarkan Chelsea menjuarai Liga Europa 2018/19. Dan, ketika kepindahannya resmi diumumkan, Ia tidak bisa lagi menyembunyikan kegembiraan karena dapat mewujudkan "mimpi untuk bermain bagi mereka (Madrid) sejak masih kecil".
Bagi publik Santiago Bernabeu sendiri, Hazard adalah pemain yang memenuhi kriteria sebagai seorang Galactico. Ia pesepakbola papan atas - total telah mencetak 263 gol dan 176 asis sepanjang kariernya di seluruh klub dan tim nasional Belgia. Ia juga populer - memiliki 25,6 juta followers di Instagram per 8 Oktober 2019.
Ditambah nilai transfer sebesar 100 juta Euro - pembelian termahal kedua Madrid setelah Gareth Bale (101 juta Euro) - serta gaji sekitar 445.000 Euro per pekan, maka pantaslah jika Hazard ditahbiskan sebagai wajah baru El Real (bahasa Spanyol; dalam bahasa Indonesia artinya kerajaan, mewah, atau megah).
Sebelum seluruh keglamoran ini, pernah ada sebuah masa ketika Hazard hanyalah seorang perantau belia berusia 14 tahun. Ia tinggal di sebuah kamar kecil asrama nomor 24; hanya berisi kasur tunggal, lemari dan meja.
Empat tahun kemudian, ketika sudah cukup dewasa untuk memiliki hunian sendiri, apartemen pertama yang dibelinya pun tidak menggambarkan tempat untuk ditinggali oleh salah satu prospek terpanas dunia. Hazard memilih tinggal di sebuah gedung putih sederhana, yang ada supermarket di bagian bawahnya, di kawasan Hellemmes, Lille.
Carilah Hazard di kota Lille, maka Anda akan menemukan. Tentu, tidak dalam arti Ia sering berjalan-jalan di pusat kota atau berpesta di klub ternama. Ia adalah sosok yang `rumahan` dan kekeluargaan - memiliki anak pertamanya (dari tiga) ketika baru berusia 19 tahun.
Seluruh suporter Lille OSC mengetahui hal tersebut. Namun, mereka juga tahu bahwa Hazard adalah sosok yang rendah hati.
"Anda tidak akan menemukan seorang suporter Lille yang tidak mencintai Hazard. Dalam pertandingan terakhirnya, kami semua membawa bendera Belgia dan mengibarkannya di stadion," ucap Guillaume Lefebvre, seorang anggota kelompok suporter Lille, Y`est D`dins, kepada The Athletic. "Ia sangat bersahabat, Ia tidak memandang rendah Anda."
Salah satu teman Lefebvre di Y`est D`dins, Geoffrey Hubert, bahkan sampai menamai anak perempuannya Edene sebagai bentuk penghormatan kepada Hazard.
Sosok yang pertama kali menemukan bakat Hazard kecil adalah mantan Direktur Olahraga Lille, Jean-Michel Vandamme. Ia berbicara langsung kepada orang tuanya agar mendapat izin untuk bergabung dengan klub. Bagi Vandamme, Hazard tak ubahnya seorang pangeran bagi Lille.
"Meski Ia merupakan pemain besar, Ia tetap seseorang yang selalu mempunyai waktu bagi semuanya (para fans). Semua orang mengenal dirinya. Sulit untuk `mengenal` Neymar, mengenal Kylian Mbappe, tetapi semua di Lille kenal Eden," ucap Vandamme. "Ia selalu ada untuk para fans, Ia bersedia keluar untuk bertemu mereka dan menjadi bagian dari mereka. Ia sopan, seorang gentleman, bahkan ketika masih berusia muda."
Bagi Lille, Hazard adalah sebuah berkah tak terkira. Ia membawa klub mengakhiri puasa titel juara Ligue 1 selama lebih dari setengah abad pada musim 2010/11, bahkan mengawinkannya dengan trofi Coupe de France. Pertama dan terakhir kali mereka melakukan hal tersebut adalah pada musim 1945/46!
Kini, setiap pemain muda di akademi Lille ingin menjadi (seperti) Hazard - wajahnya akan menyambut Anda jika berkunjung ke pusat latihan klub. Vandamme meyakini bahwa Hazard adalah sosok panutan terbaik jika ingin menjadi pemain kelas dunia.
Ini bukan hanya soal kemampuan mengolah si kulit bundar. Ini juga tentang etos kerja profesional, kegigihan, serta keteguhan mental sebagai pesepakbola yang dituntut untuk terus beradaptasi dan berkembang.
Vincent Vlieghe, yang telah bekerja sebagai agennya sejak Hazard berusia 16 tahun, mengamini hal tersebut. Ia mengaku cukup beruntung karena kliennya tidak terlalu banyak menuntut dan berani menghadapi tantangan.
"Ketika Ia pindah ke London, hal itu tidak membuatnya gentar. Ia langsung beradaptasi. Ia mampu menikmatinya, tidak merasakan tekanan," tutur Vlieghe. "Kami cukup sering bertemu dengannya di rumahnya di Cobham dan terkadang pergi ke restoran setelah pertandingan - di Pizza Express juga bisa."
Sejarah membuktikan, ada dua hal absolut yang dipersembahkan Hazard bagi setiap mantan klubnya: gol dan trofi. Ia mampu menyatukan para fans oleh sebab mereka mencintainya.
Tanyalah kepada fans Chelsea. Seburuk-buruknya situasi tim, misalnya seperti ketika ditangani manajer Maurizio Sarri musim lalu, selalu ada harapan Hazard akan mampu memberi kemenangan. Dan, itulah yang dilakukannya dengan penampilan spesial dalam final Liga Europa melawan Arsenal di Stadion Olimpiade Baku. Tidak seperti rekannya di Belgia, Thibaut Courtois, Hazard hijrah ke Madrid dengan cara yang relatif bisa diterima oleh suporter The Blues.
Hazard pergi untuk mewujudkan cita-cita menjuarai Liga Champions. Itulah misi utama yang diembannya bersama Madrid; menyempurnakan kariernya. Di saat bersamaan, Ia siap mencuri hati para suporter Los Blancos.
Komentar