Oxford, ketika mengetik nama kota ini dalam mesin pencarian di internet, tak ada hal terkait sepakbola yang muncul pada halaman pertama. Dikenal sebagai ‘Kota Universitas’, sepakbola bukan wajah utama Oxford. Kota ini bisa disebut menyerupai DI Yogyakarta, kota yang dikenal sebagai kota pelajar di Indonesia.
Oxford selaku Kota Universitas lebih dikenal lewat institusi pendidikan mereka dibandingkan sepakbola. Oxford University memang pernah menjadi juara Piala FA 1874 saat masih dibela kapten pertama Tim Nasional Inggris, Cuthbert Ottaway, namun mereka tidak lagi terlibat dalam sepakbola profesional di Inggris setelahnya. Edukasi kemudian jadi nilai jual utama Oxford University. Apalagi menurut The Higher Education (THE), mereka adalah universitas terbaik di dunia saat ini.
Akan tetapi, sepakbola tetap kental dalam kehidupan warga Kota Oxford. Saluran Youtube universitas tersebut sempat membuat sebuah serial pendek tentang olahraga paling populer di kampus mereka. Ada dua episode di tengah-tengah berbagai rekaman terkait opini dan penelitian, keduanya adalah sepakbola. Episode pertama meliput sepakbola pria. Sementara episode kedua membahas sepakbola perempuan.
Salah satu pemain jebolan mereka yang berhasil menjadi seorang pesepakbola profesional adalah punggawa Tim Nasional Skotlandia, Ikechi Anya. Gelandang ini pernah tampil di Liga Primer Inggris bersama Watford (2015-2017). “Keluarga tidak terlalu senang saat tahu saya memilih sepakbola sebagai karier. Siapapun yang mengenal keluarga berdarah Nigeria, pasti tahu bahwa kami hidup dalam aturan ketat. Mereka selalu ingin saya untuk memiliki ‘pekerjaan yang benar’,” aku Anya kepada Express.
Ayah Anya adalah seorang ilmuwan dan ibu-nya merupakan ahli ekonomi. Wajar waktu dirinya memilih sepakbola sebagai sesuatu yang dianggap serius sebagai karier, mereka tidak mendukung. Itu bukanlah sesuatu yang ada dalam norma keluarga Anya. Tapi, mantan pemain Granada tersebut tetap mengejar mimpinya. Mulai belajar sepakbola di Oxford United pada 2002/2003 sebelum dilepas dan melanjutkan kariernya bersama Wycombe Wanderers.
Dalam beberapa bulan terakhir, Oxford United bukanlah kesebelasan yang terlalu asing di telinga penikmat sepakbola Indonesia. Erick Thohir sempat menjadi direksi kesebelasan berjuluk the U’s itu sebelum mengundurkan diri karena ditunjuk sebagai Menteri BUMN oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Oxford United juga terpilih salah satu lawan uji coba Garuda Select II (19/11).
Live Streaming Garuda Select vs Oxford United
Pada pertandingan yang disiarkan secara langsung oleh Mola TV tersebut, Muhammad Rafli dan kawan-kawan berpeluang untuk menghadapi Nico Jones, bek Oxford United U17 yang telah diberikan kontrak profesional oleh the U’s.
“Saya berhutang budi kepada semua orang yang ada di Oxford. Mereka memberikan saya kesempatan saat sedang terpuruk. Memberikan saya waktu untuk membuktikan diri dalam setahun. Membantu saya untuk berkembang sebagai pemain,” aku Jones kepada Oxford Mail.
Manajer Oxford United Karl Robinson juga mengakui kemampuan Jones. Sosok yang membantu MK Dons memoles kemampuan gelandang Tim Nasional Inggris, Dele Alli, tersebut percaya bahwa Jones dapat memiliki karier di dunia sepakbola. “Saya ikut kegirangan ketika memberikan kontrak profesional kepada Jones. Dia adalah anak yang baik. Dirinya punya awal karier yang sulit, namun ia berhasil bangkit dan memperlihatkan kemampuannya. Saya sangat senang Jones memilih kami,” kata Robinson.
Dalam beberapa tahun terakhir, Oxford United menjadi kesebelasan paling berprestasi di kota mereka. Ini adalah sebuah pencapaian yang sulit untuk dicapai mengingat dua kesebelasan (Oxford University dan Oxford City) lebih memiliki tradisi yang kuat dibandingkan the U’s.
Seperti sudah ditulis di atas, Oxford University merupakan salah satu tim yang pernah menjuarai Piala FA. Mereka juga mengirim beberapa pemain ke tim nasional. Baik itu Inggris, Skotlandia, ataupun Wales. Sementara Oxford City merupakan tim pertama yang diasuh kapten Tim Nasional Inggris yang menjuarai Piala Dunia 1966, Bobby Moore. Moore datang ke Oxford City pada 1980 ditemani oleh Harry Redknapp sebagai tangan kanannya. Karier manajerial Redknapp setelah itu tidak perlu dijelaskan lagi.
Sekalipun Oxford United pernah menjuarai Piala Liga pada 1986, popularitas mereka masih lebih rendah dibandingkan Oxford City yang main di divisi semi-profesional Inggris. Padahal, the U’s merupakan klub yang paling lama tampil di divisi profesional Inggris (1962-2006). Pada 2006, mereka turun ke divisi semi-profesional Inggris, bertahan selama empat musim di sana sebelum kembali ke League Two, divisi empat Inggris.
Mempercayakan kendali tim senior kepada Mark Robinson sejak Maret 2018, the U’s mulai membangun kembali akademi mereka. Kesebelasan yang sebelumnya pernah memperkenalkan nama-nama seperti Sam Ricketts, Dexter Blackstock, Dean Whitehead, Garath McCleary, Callum O`Dowda, dan Anya, dikenal sangat jarang menjaga talenta muda mereka.
Anya dilepas setelah hanya setahun bermain untuk U18. Ricketts yang namanya melejit bersama Bolton Wanderers juga dilepas tanpa diberi banyak kesempatan di tim senior. “Saya membela Oxford United sejak 12 tahun hingga berumur 22. Saya saat itu masuk sebagai salah satu pemain muda terbaik. Tapi hanya tampil sekitar 50 kali untuk tim senior. Sekitar satu tahun sebelum kontrak berakhir, pihak klub setuju untuk melepas saya,” kata Ricketts.
“Ketika saya kembali membela kesebelasan non-liga (semi-profesional), banyak orang mengatakan itu adalah akhir dari karier seorang Sam Ricketts. Belajar dari pengalaman di Oxford, saya tidak berpikir seperti itu,” lanjut pria yang kini berposisi sebagai manajer Shrewsbury Town tersebut.
Seakan tidak mau kehilangan pemain bertalenta lagi, the U’s mempercayakan Robinson yang pernah mengasuh pemain-pemain sekelas Alli dan George Baldock untuk menangani tim senior. Pemain seperti Nico Jones diberikan kepercayaan untuk terlibat di tim senior. Kompleks dan fasilitas latihan baru tengah dipersiapkan untuk tim. Hingga ada 117 pemain mereka didik dari U9 hingga tim senior.
Semua pemain tersebut menggunakan nomor punggung 1-117. Tidak ada nomor yang digunakan dua kali, sekalipun mereka berbeda level. “Ini adalah bagian dari kami membuat mentalitas Oxford United. Menanamkan kepada mereka bahwa kita semua ada satu. Saya bekerja sangat dekat dengan tim pelatih akademi. Ini adalah konsep yang sangat bagus, karena tidak peduli berapa umur mereka, semua adalah bagian dari Oxford United,” kata Robinson.
Garuda Select II arahan Des Walker dan Dennis Wise akan berlaga melawan pemain-pemain Oxford United (19/11). Meskipun mereka bukanlah kesebelasan yang memiliki popularitas, jika bicara soal pembelajaran dan akademi, the U’s merupakan salah satu tempat terbaik untuk Garuda Select II.
Sebagai satu-satunya tim profesional di Kota Oxford, the U`s merupakan tumpuan utama untuk mengangkat kembali pamor sepakbola di daerah mereka. Beban yang mungkin juga dimiliki oleh anak-anak Garuda Select II mengingat mereka dikirim ke luar negeri agar dapat mengangkat derajat sepakbola Indonesia di masa depan.
Komentar