Derbi Katalunya pertama di musim 2019/20 seharusnya tidak menarik banyak perhatian. Berbeda dengan musim sebelumnya ketika Espanyol bersaing memperebutkan tiket Liga Europa, Periquitos duduk di dasar klasemen La Liga musim ini sebelum menjamu FC Barcelona (5/1).
Mereka tercatat sebagai kesebelasan dengan rekor menyerang dan bertahan terburuk di divisi sepakbola tertinggi Spanyol. Hanya mencetak 12 gol dan kebobolan 34 kali dari 18 pertandingan. Sementara Barcelona duduk di puncak klasemen, memperebutkan gelar dengan Real Madrid, dan tecatat sebagai kesebelasan paling produktif liga dengan 47 gol.
Namun ada yang berbeda dengan Derbi Katalunya kali ini. Saat memasuki menit ke-74 papan skor menunjukkan angka 2-1 untuk keunggulan Barcelona, Abelardo Fernandez, kepala pelatih Espanyol sekaligus mantan pemain Blaugrana menarik Oscar Melendo untuk memasukkan Wu Lei. Kurang dari 15 menit kemudian, Wu berhasil menyamakan kedudukan, memaksa laga berakhir dengan skor imbang, 2-2. Derbi Katalunya tiba-tiba meledak.
Media asal Spanyol, AS, menyebut gol Wu Lei disaksikan oleh satu miliar pasang mata di dunia. Agensi berita Tiongkok menyebut gol tersebut berhasil membuat gelombang optimisme baru pada sepakbola Negeri Tirai Bambu. Baik dari segi pemberitaan ataupun harapan penikmat sepakbola di sana. Hanya dengan sebuah gol, Wu berhasil mengangkat derajat sepakbola Tiongkok.
Menurut South China Morning Post, “gol Wu Lei” adalah kata kunci paling banyak dicari di sosial media Tiongkok, Weibo. Hal yang wajar apabila mengingat Wu adalah pemain Tiongkok pertama yang berhasil membobol gawang Barcelona di semua kompetisi. Meskipun sebenarnya sangat sedikit talenta Tiongkok yang pernah berhadapan dengan Barcelona. Setidaknya dari La Liga saja, Wu baru menjadi talenta kedua asal Tiongkok di divisi sepakbola tertinggi Spanyol setelah Zhang Chendong (2015-2016).
Sebelum melihat lebih jauh pengaruh gol Wu Lei ke gawang Barcelona (5/1), perlu diketahui bahwa Wu bukanlah pemain utama di Espanyol. Wu juga tercatat sebagai pemain Tiongkok pertama yang berhasil mencetak gol di Liga Europa ataupun La Liga. Tapi lagi-lagi, sejarah itu tercipta karena tak banyak nama lain dari Tiongkok yang pernah merasakan kompetisi tersebut.
Mendarat di Espanyol pada Januari 2019, Wu baru tampil 32 kali dari menit pertama untuk Periquitos. Itu pun hanya 16 kali bermain penuh selama 90 menit. Dengan kesempatan terbatas itu, dirinya berhasil terlibat dalam 12 gol. Catatan ini tentu sudah cukup positif untuk Wu. Transfermarkt mencatat, pemain kelahiran 19 November 1991 itu berhasil melibatkan diri dalam satu gol per 214,6 menit alias 2,3 laga sekali.
Namun itu belum cukup untuk mereka yang percaya bahwa Wu adalah harapan utama dari sepakbola Tiongkok. Salah satu orang tersebut adalah komentator sepakbola, Shen Fangjian. Shen dikenal selalu melihat Wu sebagai talenta langka yang dimiliki negaranya. Melihat Wu hanya mendapat jam terbang terbatas, ia pun melempar kritik kepada Espanyol. Kepada GOAL, Shen mengatakan bahwa Wu tidak mendapatkan rasa hormat yang layak dari pihak klub. Menyarankan pemain berjuluk ‘Maradona dari Tiongkok’ itu untuk berganti posisi atau pergi meninggalkan Espanyol.
Anggapan Shen tersebut tidaklah sepenuhnya salah. Wu memang merupakan talenta langka di dunia sepakbola Tiongkok. Saat dirinya masih bermain di Tiongkok, ia membantu Shanghai SIPG mengangkat gelar divisi tiga (2007), dua (2012), bahkan menjuarai Liga Super Tiongkok di 2018. Dirinya enam tahun berturut-turut menjadi pemain lokal paling produktif (2013-2018), hingga mengalahkan pemain-pemain tenar seperti Graziano Pellè, Hulk, dan Alexandre Pato saat dianugerahi penghargaan sepatu emas Liga Super Tiongkok 2018.
Mencetak 102 gol dari 172 penampilan di Liga Super Tiongkok, Wu adalah pemain lokal paling produktif yang pernah dilihat pecinta sepakbola di sana. Setidaknya sebelum penyerang Brasil, Elkeson, menukar paspornya dan menjadi pemain naturalisasi Tiongkok.
Fenomena Wu memberikan harapan pada insan sepakbola Tiongkok. Xie Hui, mantan pemain tim nasional yang pernah dijuluki sebagai ‘Beckham dari Tiongkok’ melihat hanya ada satu sampai dua pemain lain dapat mencapai level seperti Wu. Bahkan Ole Gunnar Solskjaer yang pernah menyaksikan langsung talenta Wu saat masih mengasuh Molde mengatakan pemain asal Kota Nanjing itu adalah salah satu pemain impiannya. Percaya Wu bisa menjadi penyerang berkelas bahkan di level Liga Primer Inggris sekalipun.
Akan tetapi, perkembangan Wu sebagai salah satu pemain terbaik dalam sejarah sepakbola Tiongkok bukan tanpa tantangan. Ia sudah memiliki mimpi menjadi pesepakbola sejak usia dini. Saat ia berusaha masuk ke akademi Jiangsu Santy –kini dikenal sebagai Suning-, dirinya ditolak karena dianggap memiliki fisik yang kurang mendukung. Bapak Sepakbola Shanghai Xu Genbao kemudian menarik Wu ke akademi bentukannya. “Dari Piala Asia 1999, saya melihat negara lain seperti Jepang berhasil membentuk talenta mereka sendiri. Tiongkok juga membutuhkan hal itu, akhirnya saya memutuskan membangun Akademi Genbao,” kata Xu kepada China Daily.
Talenta-talenta dari akademi tersebut kemudian menjadi bibit utama Shanghai SIPG, termasuk Wu Lei. Ketika Wu diboyong Espanyol, harapan besar diberikan oleh penikmat sepakbola Tiongkok. Mereka tahu kisah Wu sejak masih belia. Bagaimana ia lahir dari keluarga yang tak cukup mapan, bahkan masih harus membayar kontrakan rumah sekalipun sudah jadi bintang sepakbola di tim nasional U22.
Bagaimana ia ditolak Jiangsu Santy, lalu diselamatkan Xu Genbao, hingga akhirnya berangkat ke Jerman untuk jadi pembawa bendera di Piala Dunia 2006, walau Tiongkok tidak lolos ke ajang tersebut). Mereka yakin, apabila ada yang dapat mengangkat derajat sepakbola Tiongkok, Wu Lei adalah orangnya.
Wajar jika saat Wu ‘disia-siakan’ oleh Espanyol, banyak melempar kritik kepada Periquitos. Namun Wu mendarat di Spanyol dengan tantangan baru. Kehadirannya bertepatan dengan masa transisi klub yang baru kedatangan investor asal Tiongkok, Rastar Group. Banyak yang melihat pembelian Wu tidak lebih dari strategi pemasaran. Bagaimana Rastar ingin Espanyol menarik pasar Tiongkok untuk menambah kekayaan mereka.
https://twitter.com/RCDEspanyol/status/1093451064785989632?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1093451064785989632&ref_url=https%3A%2F%2Fligalaga.id%2Fkolom%2Fsoal-pemasaran-pemain-bergurulah-pada-negeri-cina%2F">
https://twitter.com/RCDEspanyol/status/1093451064785989632?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1093451064785989632&ref_url=https%3A%2F%2Fligalaga.id%2Fkolom%2Fsoal-pemasaran-pemain-bergurulah-pada-negeri-cina%2F
Hanya saja dengan melihat statistik, dapat dikatakan bahwa keraguan tersebut sudah berhasil dijawab Wu. Tanpa kehadiran Wu di 2018/19, Espanyol tidak akan mendapatkan tiket Europa League. Mereka akan kehilangan lima poin dan turun ke peringkat 12 klasemen akhir musim tersebut. Bahkan efektivitas Wu membuat Espanyol ketagihan. Mereka menjalin kerja sama dengan sekolah sepakbola San Gao FC dan mengincar mantan rekan satu tim Wu, sekaligus penjaga gawang terbaik Liga Super Tiongkok 2017 dan 2018, Yan Junling.
Hanya dalam setengah tahun Wu sudah mengangkat derajat sepakbola Tiongkok di mata kesebelasan Eropa. Mereka bukan lagi datang sebagai pemain titipan pemilik. Tidak seperti saat Ledman menjalin kerja sama dengan divisi dua Portugal dan mewajibkan setiap peserta liga untuk memiliki pemain atau pelatih dari Tiongkok. Tidak juga seperti pendahulu Wu di La Liga, Zhang Chendong, yang dikritik Kepala Pelatih Rayo Vallecano (saat itu) Paco Jimenez sebagai keputusan terburuk klub selama ia melatih.
Dengan atau tanpa gol ke gawang Barcelona, Wu sudah berhasil menjalankan tugasnya sebagai duta sepakbola Tiongkok di Benua Biru. Tapi gol yang ia cetak di Derbi Katalunya seakan menyelamatkan sepakbola Tiongkok secara keseluruhan. Gol tersebut adalah bukti bahwa talenta asli Tiongkok bisa bersaing dengan pemain-pemain terbaik dunia.
Sangat relevan untuk membantu sepakbola mereka yang kini seakan mencari jalan pintas dengan melakukan naturalisasi. Presiden Tiongkok Xi Jinping memiliki ambisi untuk menjadikan negaranya sebagai raksasa sepakbola dunia. Ia menjadikan sepakbola bagian dari kurikulum sekolah, membangun lapangan di setiap daerah, bahkan mendorong perusahaan untuk melakukan investasi di klub sepakbola.
Masalahnya, para peserta Liga Super Tiongkok yang awalnya mendapat kebebasan untuk mendatangkan pemain ternama memanfaatkan celah tersebut untuk mengangkat derajat mereka sendiri. Bukan demi sepakbola Tiongkok. Badan Liga sampai harus membatasi jumlah pemain asing, memberikan bonus untuk setiap kesebelasan yang berhasil menguasai aliran bola dalam pertandingan, dan meminta penghapusan nama perusahaan dari identitas klub agar semua sejalan dengan impian Xi Jinping.
Wu adalah pemain yang dibentuk murni karena kepedulian Xu Genbao terhadap sepakbola Tiongkok. Ia membuktikan diri sebelum sepakbola Tiongkok dipenuhi pemain asing dan dapat bersaing ketika nama-nama tenar tersebut memenuhi lapangan. Kemudian dirinya pindah ke Spanyol, membuktikan bahwa ia bukan sekedar startegi pemasaran dan berhasil membobol gawang kesebelasan sekelas Barcelona saat di atas kertas, peluang untuk hal itu terjadi sangatlah kecil.
Gol tersebut seakan kembali mengingatkan mereka bahwa Tiongkok tak perlu bergantung pada pemain naturalisasi ataupun nama besar di liga. Mereka hanya perlu kembali ke filosofi sepakbola Xu Genbao, “Dengan mengembangkan talenta akademi dan meningkatkan kualitas sepakbola di Tiongkok, kita bisa bersaing dengan negara lain. Setidaknya di Asia,” jelas Xu.
Komentar