Kompetisi domestik adalah bagian yang sangat penting dari pemain sepak bola profesional dimanapun berada. Dikutip Optus Sport pada musim 2018/2019, Son Heung Min bermain sebanyak 48 kali untuk klub dari total 78 pertandingan resmi yang dia jalani pada musim tersebut. Artinya, pemain asal Korea Selatan tersebut menghabiskan 61.5% menit bermain bersama klubnya pada musim 2018/2019.
Berkenaan dengan wabah virus corona yang menghantui dunia, sebagian besar federasi memutuskan untuk menghentikan kompetisi sepak bola. 13 Maret lalu, FA resmi mengeluarkan pernyataan bahwa seluruh kompetisi Liga Inggris akan dihentikan setidaknya hingga 4 April 2020 terkait pandemic virus corona. Tak hanya itu, perhelatan EURO 2020 juga akan ditunda dari rencana awal yang akan dilakukan pada bulan Juni 2020.
Indonesia juga terkena dampak dari pandemi yang sedang mewabah di dunia ini. Dari hari ke hari jumlah kasus positif di Indonesia semakin bertambah. Sebagai langkah nyata untuk menghambat penyebaran virus tersebut PSSI juga mengambil langkah dengan menghentikan kompetisi Liga 1 dan Liga 2 efektif sejak 14 Maret 2020 lalu.
VIDEO: #DiRumahAja
Keputusan dari berbagai pihak untuk menghentikan kompetisi memang adalah langkah yang sangat tepat mengingat virus corona adalah sejenis virus yang sangat mudah untuk menular. Menghentikan kompetisi artinya juga menurunkan risiko pemain untuk terjangkit virus tersebut yang mana adalah hal yang sangat kita harapkan.
Namun adakah dampak yang akan dirasakan pemain terkait dihentikannya kompetisi? Tentu. Secara statistik, sudah jelas jika pemain akan kehilangan menit bermain mereka. Kompetisi adalah sebuah fenomena unik dalam kehidupan manusia yang akan “memaksa” manusia untuk terus menjadi lebih baik. Dalam penelitian Brynne C. DiMenichi dan Elizabeth Tricomi pada 2015 lalu, ditemukan bahwa kecepatan reaksi manusia akan lebih baik jika mereka ada dalam kondisi kompetisi (bersaing dengan lawan).
Apa dampak fisiologis dari dihentikannya kompetisi? Detraining adalah salah satu hal yang mungkin dihadapi oleh banyak pemain dalam fase kompetisi dihentikan. Detraining adalah kondisi dimana atlet kehilangan manfaat dari latihan yang biasa mereka dapatkan. Dijelaskan oleh Sigit Nugroho yang merupakan seorang dosen dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta dalam artikel ilmiahnya, bahwa berhenti latihan satu minggu saja akan berdampak pada penurunan Vo2Max, kapasitas fisik, jumlah total hemoglobin, dan volume darah hingga 6-7%. Dalam penelitian Chang Hwa Joo (2018) dikatakan bahwa 2 minggu saja atlet detraining akan menurunkan kemampuan sprint dalam Yo-yo intermittent recovery test. Kondisi ini baru dapat dipulihkan setelah atlet kembali berlatih intensif selama 3 minggu.
Lalu apa yang bisa pemain-pemain profesional kerjakan dalam fase dihentikannya kompetisi seperti saat ini? Tentu yang bisa pemain lakukan di dalam masa jeda kompetisi ini adalah dengan terus menjaga kondisi fisiknya dengan latihan. Namun pertanyaannya, latihan seperti apa yang efektif untuk memastikan fisik mereka tidak jauh turun saat nanti kompetisi kembali bergulir?
Sebelum kita mengetahui aspek apa saja yang harus tetap dijaga pemain pada masa jeda kompetisi, kita terlebih dahulu harus memahami apa saja sih beban fisik yang harus dipikul pemain dalam 1 pertandingan sepak bola. Dijelaskan oleh Jens Bangsbo yang merupakan Professor of Human Physiology and Exercise Physiology dari University of Copenhagen, rata-rata pemain sepak bola bergerak sejauh 10-13 km dalam 1 pertandingan. Pemain level liga utama, menempuh sekitar 2.49 km dalam satu pertandingan dengan berlari intensitas tinggi dan 650 meter dengan sprint. Tak berhenti di situ, dalam kompetisi Liga Premier Inggris diperkirakan pemain harus melakukan gerakan mengubah arah setidaknya 700 kali dalam 1 pertandingan yang mana sekitar 600 di antaranya adalah mengubah arah dari 0-90 derajat.
Karena pemain harus menempuh setidaknya 10-13 km dalam 1 pertandingan, maka dalam jeda kompetisi ini sangat dianjurkan bagi pemain untuk menjaga kapasitas aerobik mereka. Dalam tesis Richard Akenhead yang merupakan Pelatih Fisik untuk FA, dijelaskan bahwa pemain dianjurkan untuk menjaga kapasitas aerobiknya (VO2Max) di angka 60 mL/kg.m untuk mampu berkompetisi di kompetisi elit Eropa. Latihan aerobik adalah latihan dengan intensitas rendah dan dalam durasi yang relatif lama. Aktivitas yang bisa dipilih adalah dengan berlari di treadmil, berenang, atau bersepeda menggunakan sepeda statis untuk tetap berlatih namun tetap menerapkan “social distancing”
Tak hanya berlari dengan intensitas rendah, seperti dijelaskan Jens Bangsbo di atas, pemain juga harus melakukan gerakan berlari dengan intensitas tinggi (2.49 km) dan sprint (650m). Untuk itu, penting bagi pemain tetap menjaga kekuatan otot agar mampu mengakomodir gerakan sprint dan lari dengan intensitas tinggi.
Dijelaskan oleh Paul Gamble dalam bukunya Strength and Conditioning for Team Sports: Sport-Specific Physical Preparation for High Performance, second edition, dijelaskan bahwa saat jumlah pertandingan kompetitif berkurang seperti saat ini adalah waktu yang tepat bagi atlet untuk melakukan latihan kekuatan. Latihan kekuatan di saat jeda kompetisi bermanfaat untuk menjaga kemampuan adaptasi tubuh terhadap latihan.
Latihan kekuatan untuk otot-otot hamstring (belakang paha), quadriceps (depan paha), gastrocnemius (betis), soleus (betis), hingga otot-otot batang tubuh juga disarankan tetap dilakukan agar menjaga otot dari detraining.
Pemain sepak bola juga akrab dengan gerakan berubah arah. Oleh sebab itu, pemain tetap harus menjaga kelincahan mereka selama masa jeda kompetisi. Dijelaskan Savelsbergh (2002) kelincahan merupakan kemampuan secara cepat dan efisien untuk merubah arah, menurunkan kecepatan, menambah kecepatan guna menghadapi tantangan fisik yang dihadapi. Oleh sebab itu, untuk mengelola kelincahan, kita harus mengelola komponen kecepatan, kekuatan, keseimbangan, dan juga koordinasi.
Aspek-aspek di atas yang mungkin dapat dijadikan acuan agar pemain mampu beradaptasi dengan kondisi kompetisi yang dihentikan. Namun, ditengah kondisi seperti ini, apalah artinya performa fisik di lapangan. Keselamatan pemain dan seluruh komponen sepak bola tentu jauh lebih penting dari semua.
Stay safe teman-teman.
Penulis juga merupakan admin dari akun instagram @tukangsaduk
Komentar