Dalam sebuah wawancara dengan Donald McRae, jurnalis The Guardian, Joshua Kimmich menuturkan bahwa dirinya sempat berada pada satu titik yang cukup menyebalkan sebagai pemain muda. Kala itu, Kimmich masih membela Stuttgart junior. Menginjak usia 18, pemain kelahiran 8 Februari 1995 tersebut berharap bisa tampil di tim kedua, tetapi ditampik dengan alasan belum cukup kuat.
Tak tahan dengan situasi yang menderanya, Kimmich muda pun menginginkan Stuttgart meminjamkannya ke klub lain. Gayung bersambut, RB Leipzig, tim yang kala itu masih tampil di 3. Liga (baca: Dritte Liga, divisi ketiga dalam piramida sepakbola Jerman), menebus Kimmich dengan biaya 500 ribu euro.
Bersama Die Roten Bullen, Kimmich muda mendapatkan kesempatan untuk unjuk gigi. Dari catatan Transfermarkt, pada musim pertamanya bersama RB Leipzig, ia bermain sebanyak 26 kali dan membawa klub tersebut promosi ke 2. Bundesliga (baca: Zweite Bundesliga, divisi kedua dalam piramida sepakbola Jerman). Pelatihnya kala itu, Alexander Zorniger, menempatkan Kimmich di posisi gelandang tengah (18 kali), gelandang bertahan (7 kali), dan bek kanan (1 kali).
“Sebagai pemain muda, hal terpenting selain memiliki pelatih yang bagus adalah banyaknya menit bermain karena Anda akan mengalami peningkatan dengan cara itu. Jadi [momen] itu adalah waktu yang sangat sulit bagi saya,” ucapnya.
“Semua orang ingin berbicara dengan Anda dan membantu Anda. Namun, Anda mesti menghadapinya sendiri. Saya tahu keluarga saya dan pacar saya ada untuk saya. Sangat penting bahwa saya membicarakan hal-hal lain. Akan tetapi, saya memikirkan sepakbola sepanjang waktu,” lanjutnya.
Peningkatan performa yang cukup signifikan membuat Timnas Jerman U-21 memakai jasanya pada Oktober 2014. Ia tampil perdana bersama Jerman muda kala bersua Ukraina U-21 dalam ajang Kualifikasi EURO U-21. Meski hanya bermain selama 26 menit, penampilannya di lini tengah membantu Jerman U-21 mengamankan keunggulan hingga pertandingan berakhir.
Dengan pencapaian dan perkembangan yang dibikin Kimmich, Stuttgart merasa menyesal. Die Schwaben pun kembali merekrut sang pemain.
Pada 2015 mereka berani mengambil risiko dengan kembali menebus sang Kimmich melalui mahar 1,5 juta Euro. Namun, hal ini menjadi keuntungan bagi Stuttgart lantaran sehari setelah resmi bergabung, Stuttgart justru kembali melepas Kimmich dengan harga hampir enam kali lipat kepada Bayern Munchen.
Link streaming pertandingan UEFA Nations League: Ukraina vs Jerman
Kimmich Makin Berkembang di Bawah Arahan Pep Guardiola
Ketertarikan Bayern Munchen tidak datang tiba-tiba. Pelatih Bayern saat itu, Pep Guardiola, menilai bahwa Kimmich layak masuk dalam rencana timnya. Rasa senang nan tak percaya berkumpul menjadi satu. Kimmich pun mengingat pertemuan pertamanya bersama Pep dengan jantung yang berdegup kencang.
“Agen saya memberi tahu bahwa sebuah klub ingin membeli saya. Kemudian saya bertanya kepadanya, ‘Siapa?’ Dia [agen saya] menjawab: FC Bayern Munchen. Saya berkata: ‘Jangan bercanda dengan saya.’ Saya tidak percaya karena ketika Anda berada di divisi kedua, Bayern tidak biasanya menginginkan Anda. Bayern dapat membeli hampir semua pemain di dunia. Lebih sulit untuk dipercaya lantaran Guardiola-lah yang menginginkan saya,” papar Kimmich.
Usut punya usut, Pep telah memantau permainan Kimmich sejak lama, tepatnya ketika ia masih membela Jerman di kejuaraan Eropa U-19. Pep mengatakan bahwa ia akan memberikan posisi lain untuknya di Bayern.
Di bawah asuhan Pep, Kimmich menjelma jadi pemain tangguh di posisi bek tengah. Selama musim 2015/16, ia bermain sebanyak 36 kali di semua ajang. Dari jumlah tersebut, Kimmich bermain sebagai bek tengah sebanyak 17 kali, bek kanan dua kali, gelandang bertahan 12 kali, dan gelandang tengah tiga kali.
Peran Lain Ancelotti dan Niko Kovac
Setelah berakhirnya era Pep Guardiola, kedatangan Ancelotti memberikan peran baru bagi Kimmich. Alih-alih bermain sebagai bek tengah, Kimmich lebih banyak ditempatkan sebagai bek kanan. Begitu pula ketika Bayern di bawah asuhan Niko Kovac. Sosok Kimmich menjelma menjadi pemain serba bisa.
Tanpa mengucilkan peran Pep, Kimmich berdalih jika tiap-tiap pelatih mempunyai caranya tersendiri. Kepada AZ, Kimmich sempat menuturkan bahwa ia tidak merindukan sosok Pep meskipun tentu saja ia menaruh hormat atas kepercayaan yang diberikannya sehingga menjadi pemain yang berkembang.
Kemampuannya itu membuat Kimmich digemari oleh tiap pelatih, tak terkecuali Joachim Low, nakhoda timnas Jerman. Atas apa yang telah diraihnya, sejumlah pengamat, termasuk legenda Bayern, Paul Breitner, mulai menyejajarkannya dengan Phillip Lahm.
Kendati demikian, Kimmich enggan disamakan dengan eks kapten Bayern tersebut. Perbandingan itu pun kian memudar tatkala Kimmich menjadi andalan Hansi Flick di posisi gelandang bertahan dalam formasi 4-2-3-1.
“Saya selalu ingin menjadi diri sendiri, bukan Phillip Lahm. Tentu saja Lahm adalah pemain hebat—bahkan ketika dia bermain buruk, dia masih lebih baik dari yang lain. Ada konsistensi yang tinggi dalam tiap penampilannya dan Anda ingin menyamainya."
“Namun, Anda ingin bermain sebagai diri sendiri. Orang-orang tidak lagi membandingkan saya dengan Lahm, dan itu lebih baik bagi saya,” tukasnya.
Di level klub, berbagai trofi telah diraih Kimmich mulai dari Bundesliga Jerman, DFB Pokal, Piala Super Jerman, UEFA Super Cup hingga Liga Champions. Baru-baru ini, di tingkat individu, Kimmich terpilih sebagai bek terbaik Liga Champions 2020/21.
Berbeda dengan sejumlah trofi yang didapatkan di klub, bersama timnas Jerman, Kimmich baru mengoleksi trofi Piala UEFA U-19 2014 dan Piala Konfederasi 2017. Namun, dengan usia yang baru menginjak 25 tahun, kariernya untuk Die Mannschaft masih panjang sehingga ia berpeluang untuk terus memperoleh trofi lainnya.
Di masa jeda internasional, Anda tidak akan kekurangan tontonan. Mola TV menayangkan pertandingan persahabatan, UEFA Nations League, dan Kualifikasi Piala Dunia 2022. Pertandingan Ukraina vs Jerman pada Minggu (11/10) pukul 01.45 WIB dapat Anda saksikan dengan mengeklik tautan ini.
Komentar