Peran Koen Casteels di bawah mistar gawang VfL Wolfsburg hingga Spieltag 10 musim ini sangat besar. Sebagai wakil kapten, komando penggawa Belgia tersebut sangat dibutuhkan tim. Sementara secara kemampuan, ia membantu Wolfsburg hanya kebobolan sembilan gol dengan catatan tiga kali nirbobol. Kontribusi Casteels membuat die Wolfe menjadi salah satu tim dengan pertahanan terbaik.
Hanya satu kali absen (vs Freiburg pada Spieltag 2) memperlihatkan bahwa pelatih kepala Wolfsburg, Oliver Glasner, mengandalkan Casteels untuk menggalang pertahanan bersama John Brooks dan kawan-kawan. Lain itu, dari catatan FBRef, Casteels merupakan salah satu kiper yang cukup lihai dalam memberikan operan kepada rekan-rekannya.
Dengan jumlah 242 operan tepat sasaran dari 330 usaha operan, persentase kesuksesannya menyentuh 73,3%. Jumlah penyelamatannya pun mencapai 21 kali dari 28 tembakan yang mengarah tepat ke gawangnya.
Link streaming pertandingan Bundesliga: VfL Wolfsburg vs Eintracht Frankfurt
Usut punya usut, kemampuan tersebut dibina sejak ia masih berusia muda. Casteels paham bahwa operan sukses bukan semata-mata ketika bola yang dikirimkan sampai di kaki rekannya, melainkan juga membuat rekannya dapat dengan mudah mengontrol untuk kemudian membangun serangan.
“Di klub saya dahulu, saya selalu bertukar posisi dengan rekan-rekan lainnya. Saat itulah saya mulai berlatih sebagai penjaga gawang dan saya menikmatinya, tapi saya tidak mau berhenti sepenuhnya bermain di luar [posisi kiper],” kata Casteels.
“Jadi, memainkan satu babak sebagai penjaga gawang dan di babak berikutnya sebagai bek kiri adalah solusi yang bagus. Hal ini sangat membantu saya terus mengasah kemampuan dalam menguasai bola karena terus saya lakukan hingga usia 12 atau 13 tahun. Cara ini juga membantu saya memahami posisi seorang bek dan kapan harus mengoper bola kepada bek agar ia bisa menguasai bolanya. Cara ini sangat menguntungkan,” tambahnya.
Pernah Bersaing dengan Thibaut Courtois
KRC Genk adalah klub pertama Koen Casteels. Kala itu, ia bersama Thibaut Courtois (kini kiper Real Madrid) menempuh persaingan untuk menjadi kiper utama. Pelan-pelan, keinginan menjadi yang terbaik mulai terpatri dan mentalnya pun kian terasah.
Kemampuan Casteels dan Courtois sebagai kiper nyaris berada dalam level yang sama meski kemudian, dalam beberapa momen, Casteels dianggap lebih siap. Hal ini diutarakan pelatih kiper Genk kala itu, Gilbert Roex.
“Ketika [Courtois] berusia 13 atau 14 tahun, ada beberapa keraguan dia akan berhasil. Beberapa pelatih mengungkapkan keraguan mereka, dan pada titik tertentu direktur pemain muda Genk bahkan berpikir untuk melepasnya,” ucap Roex kepada The Telegraph.
“Courtois tidak mengalami lonjakan perkembangan sedangkan Casteels, pada usia yang sama, berkembang dengan baik,” kata Roex, kali ini kepada Daily Mail.
Ungkapan senada diutarakan ibu Courtois yang juga memiliki kekhawatiran jika perkembangan buah hatinya tak akan pesat, terutama secara mental. Tetapi, dorongan dari sang ayah tak henti-hentinya dilontarkan, terutama terkait kerja keras.
Seiring waktu, persaingan kedua kiper muda Belgia ini semakin membuncah. Kemampuan Casteels dan Courtois kian berimbang. Bahkan, pada satu masa, manajer Genk saat itu, Franky Vercauteren justru lebih memilih Courtois dibandingkan Casteels.
Namun, pada akhirnya, kedua kiper ini pun memiliki jalannya masing-masing. Courtois pindah ke Chelsea sedangkan Casteels berlabuh di TSG Hoffenheim. Di sisi lain, dalam perkembangan yang dilalui Courtois, ia secara tidak langsung berterima kasih dan menyebut jika Casteels layaknya Leroy Smith bagi Michael Jordan, katalisator untuk kariernya.
Satu Gelar Bersama Wolfsburg
Bermain dalam 43 penampilan bersama Hoffenheim di lintas kompetisi, Koen Casteels kemudian bergabung dengan Wolfsburg pada Januari 2015. Alih-alih menjadi andalan, pemain yang kini berusia 28 tahun tersebut justru dipinjamkan ke Werder Bremen selama setengah musim.
Debutnya baru dijalani pada Agustus 2015, ketika Wolfsburg bersua Bayern Muenchen di Stadion Volkswagen Arena dalam partai final DFL Super Cup. Bersama Kevin De Bruyne dan kawan-kawan, Casteels membantu skuad yang saat itu dilatih Dieter Hecking meraih trofi berkat kemenangan lewat adu penalti (5-4) setelah bermain imbang 1-1 di waktu normal. Dengan cara yang cukup heroik, Casteels mampu menggagalkan sepakan Xabi Alonso menggunakan kaki kiri.
Kemudian, tempat utama di posisi penjaga gawang pun kian akrab dengannya. Mulai dari pertandingan ronde pertama DFB-Pokal 2015/16 melawan Stuttgarter Kickers hingga tiga laga awal Bundesliga 2015/16 dilewati sebagai starter kendati sempat menepi karena cedera. Total pada musim itu, ia bermain 13 kali dengan catatan 10 kali kebobolan dan empat kali nirbobol.
Selanjutnya tinggal masalah konsistensi. Dan untuk hal ini, Casteels mampu menjawabnya dengan baik. Dari musim ke musim jumlah pertandingan yang dimainkannya relatif stabil. Atas dedikasi yang diberikan, ia pun mendapatkan kontrak baru yang akan berakhir pada 2024.
“Saya senang bisa melanjutkan perjalanan bersama Wolfsburg dan memainkan peran saya dalam menunjukkan perkembangan positif pada tahun-tahun mendatang. Saya dan keluarga merasa betah di Wolfsburg, jadi memperpanjang kontrak adalah keputusan paling logis untuk saya,” ucapnya.
Kini, di bawah arahan Glasner, Casteels semakin memiliki peran penting di Wolfsburg. Dari 10 pertandingan yang telah dijalani, die Wolfe (bersama Bayer Leverkusen) merupakan tim yang belum pernah kalah. Tak hanya itu, lini pertahanan mereka pun menjadi salah satu yang terbaik.
Menghadapi Eintracht Frankfurt pada Spieltag 11, Sabtu (12/12) 02.30 WIB, Wolfsburg memiliki kesempatan besar untuk mempertahankan rekor tak terkalahkan musim ini. Dan, Koen Casteels adalah orang pertama yang bakal bertindak sebagai komando agar gawangnya tidak kebobolan.
VfL Wolfsburg akan menjamu Eintracht Frankfurt pada Sabtu (12/12) pukul 02.30 WIB. Pertandingan tersebut, seluruh pertandingan Bundesliga 2020/21, serta tayangan ulang dan highlights pertandingannya, dapat Anda saksikan di Mola TV (klik di sini).
Komentar