Menjelang Natal dan Tahun Baru, mayoritas liga-liga sepakbola Eropa menetapkan masa istirahat hingga setidaknya Januari. Lima liga top Eropa, kecuali Inggris yang baru menetapkannya pada 2019/20, memiliki tradisi ini. Di antara lima liga top itu, Jerman memiliki jeda musim dingin terpanjang — hingga lebih dari empat pekan.
Di Jerman, jeda musim dingin dikenal sebagai Winterpause. Sebelum 2009, masa istirahat ini bahkan mencapai setidaknya enam pekan. Namun, semua berubah ketika Asosiasi Sepakbola Jerman (DFB) memutuskan bahwa Winterpause akan berjalan sekitar empat pekan.
Istirahat musim dingin adalah kebijakan logis yang melegakan segenap anasir tim sepakbola, baik pemain maupun pelatih. Para pemain, dari segi fisik dan psikis, membutuhkan jeda berkelanjutan setelah bertanding di laga ketat tiap pekannya. Winterpause juga menjadi ajang rekreasi, memberi kesempatan pemain untuk menghabiskan waktu Natal dan Tahun Baru bersama keluarga atau orang-orang terdekat.
Fase ini mengurangi risiko cedera pemain. Libur panjang juga memberi kesempatan pemain yang didera cedera untuk memulihkan diri dan bersiap menghadapi Rueckrunde (paruh kedua musim Bundesliga).
Sementara bagi pelatih, Winterpause menjadi kesempatan untuk mengevaluasi performa tim selama Hinrunde (paruh pertama musim Bundesliga). Pelatih dapat meninjau metode latihan atau mencari celah taktikal guna mendongkrak performa. Semua persiapan ini akan menjadi bahan bakar untuk menentukan nasib di Rueckrunde.
Jelang jeda musim dingin berakhir, klub-klub Jerman biasanya mempersiapkan kompetisi dengan menggelar kamp latihan. Spanyol yang memiliki iklim lebih hangat biasa menjadi tujuan favorit. Menggelar konsentrasi latihan di kota sendiri pun salah satu opsi. Atau, bagi klub besar seperti Bayern Muenchen, tur ke negara seperti Qatar menyajikan solusi sama-sama menang: kamp latihan di cuaca hangat sekaligus mengembangkan ceruk pasar.
Selain faktor kesejahteraan pemain, kondisi cuaca juga menjadi alasan mengapa Winterpause dibutuhkan. Jerman memiliki musim dingin yang amat keras. Suhu udara sering jatuh di bawah titik beku dan salju turun berkepanjangan. Bagi para pemain, tentu lebih menyenangkan untuk berisitrahat di dalam ruangan dibanding berebut bola di lapangan bersalju.
Jeda musim dingin yang panjang di Jerman pun sejak lama diatribusikan dengan kesuksesan sepakbola Jerman. Kepala Pelatih die Mannschaft, Joachim Loew, bersikeras bahwa Winterpause berperan besar atas keberhasilan tim nasional.
Di level klub, jeda panjang juga menjadi keunggulan tersendiri saat berlaga di kompetisi kontinental seperti Liga Champions. Pada 2013, Bayern merasakan keunggulan ini. Die Roten menikmati isirahat empat pekan ketika lawannya di 16 Besar UCL, Arsenal, harus bermain tujuh kali sejak Natal. Bayern pun menang di London dan lolos ke perempat final berkat keunggulan gol tandang.
Kemewahan jeda musim dingin di Jerman dan negara-negara lain pun membuat para pelatih Premier League iri. Pengadaan jeda tengah musim menjadi perdebatan sejak lama, tetapi selalu terbentur kalender sepakbola FA yang sudah terintegrasi. Premier League baru mengadakan jeda musim dingin pada 2019/20 silam. Itu pun bukan jeda total, melainkan jadwal istirahat klub digilir per pekannya atas permintaan pemegang hak siar.
Jeda Musim Dingin di Tengah Pandemi
Tahun ini, pandemi COVID-19 mengacaukan kalender sepakbola liga-liga dunia. Hal ini berpengaruh pada jeda musim dingin. Banyak liga terpaksa memperpendek jeda untuk menyesuaikan jadwal 2020/21 yang kejar target, harus selesai pada musim panas. Inggris bahkan meniadakan jeda musim dingin. Jerman, yang memiliki salah satu jeda musim dingin terpanjang, menetapkan masa istirahat hanya selama 12 hari, bahkan delapan hari bagi tim yang berlaga di DFB-Pokal, 24 Desember.
Winterpause tahun in berlangsung hingga 2 Januari. Spieltag 14 Bundesliga atau pekan pertama Rueckrunde dijadwalkan hanya dua hari setelah Tahun Baru.
Keputusan ini tentu disambut dengan kekecewaan para pelatih. Orang Jerman memang amat menghargai periode tersebut. Saat DFB memangkas jeda musim dingin pada 2009 lalu, banyak pelatih yang protes. Kini, dengan jeda yang jauh lebih singkat, para pelatih harus menelan pil pahit berupa jadwal padat yang menekan.
“Saya pikir itu [jeda musim dingin yang pendek] memalukan, itu juga menyakitkan. Saya tidak terlalu gusar karena harus bekerja terus selama sepuluh bulan. Tetapi itu tidak baik untuk kesehatan Anda, bagi para pemain dan bagi kami,” kata Kepala Pelatih Frieburg, Christian Streich.
Streich tentu bukan satu-satunya orang yang kecewa. Pandemi memangkas periode pemulihan dan rekreasi yang berharga bagi pelaku sepakbola. Namun, terlepas dari kekecewaan para pelatih, otoritas sepakbola terpaksa melakukan hal ini untuk membuat kalender kembali normal.
Seluruh pertandingan langsung Bundesliga 2020/21 serta tayangan ulang dan highlights pertandingannya dapat Anda saksikan di Mola TV (klik di sini).
Komentar