Akhir dekade 2000-an adalah periode bergairah bagi sepakbola ibu kota. Bukan karena Persija kerap meraih kejuaraan, melainkan karena dua tim Jakarta, Persitara vs Persija rutin bersua di divisi teratas Liga Indonesia. Rivalitas dua tim itu mewarnai gelaran Divisi Utama hingga musim pertama Liga Super.
Kini, rivalitas Persitara vs Persija tak bergaung di lapangan. Derbi Jakarta edisi terakhir digelar pada 2010 silam. Setelah itu, Laskar Si Pitung terdegradasi dan mengalami krisis finansial yang membuat mereka terkatung-katung di Liga 3.
Keberhasilan menembus Divisi Utama adalah prestasi membanggakan bagi Persitara. Pasalnya, Laskar Si Pitung bukanlah klub besar. Juga, mereka selalu dianaktirikan oleh Jakarta, misalnya saat mereka tak mendapat dukungan memadai sebagaimana Macan Kemayoran.
Hal ini paling kentara saat klub-klub Indonesia masih disokong dana APBD. Persija dilaporkan mendapat kucuran dana sekitar 22 miliar dari Pemprov. Sedangkan Persitara hanya diberi kira-kira 3 miliar atau tujuh kali lebih kecil.
Semasa Gubernur Sutiyoso menjabat, pemerintah pun seakan menyepelekan kehadiran Persitara. Pada 2009, pemerintah daerah mewacanakan “Jakarta Satu” yang berarti hanya akan ada satu klub yang mewakili ibu kota. Persitara hendak dimerger ke dalam Persija. Wacana ini tentu ditolak kalangan suporter hingga rencana merger dibatalkan.
Persija lebih didukung karena reputasinya sebagai klub pusat di Jakarta. Macan Kemayoran pun memiliki prestasi mentereng di Liga Indonesia. Klub ini adalah juara pertama Perserikatan pada 1931. Waktu itu Persija masih bernama Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ).
Sejarah pendirian Persitara sendiri tak bisa dilepaskan dari peran Persija sebagai induk sepakbola Jakarta. Pada 1970-an, Persija yang masih gabung dengan Komisi Daerah (Komda) PSSI Jawa Barat menggagas pembentukan Komda tersendiri di Jakarta. Pasalnya, Macan Kemayoran kesulitan menampung klub-klub lokal yang menjamur.
Pembentukan Komda Jakarta beriringan dengan didirikannya “Persija-persija lain”, yaitu Persijatimut (Timur-Utara) dan Persijaselbar (Selatan-Barat). Persijatimut pecah lalu Persitara resmi berdiri sendiri dengan nama Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta Utara pada 1985.
Meskipun dianaktirikan, Laskar Si Pitung mampu menyusul Persija di Divisi Utama dan menyaingi mereka. Persitara lolos ke divisi tertinggi untuk pertama kalinya pada 1986/87. Namun sayangnya, mereka hanya menghabiskan satu musim dan segera terdegradasi kembali.
Persitara gagal kembali ke divisi teratas pada era 1990-an. Pada periode ini, Derbi Jakarta tak melibatkan Persitara. Laskar Si Pitung harus puas menonton dua rivalnya, Persija dan Persijatim bersaing di Divisi Utama. Persijatim sempat memberi Persija atmosfer panas derbi sekota hingga 2004. Sayangnya, krisis keuangan membuat mereka harus pindah ke Solo. Persijatim kemudian dibeli Pemprov Sumatera Selatan dan diubah menjadi Sriwijaya FC.
Hilangnya Persijatim dari kancah sepakbola pun dijawab Persitara. Laskar Si Pitung tak rela Jakarta hanya diwakili satu klub. Mereka meraih promosi pada 2005 dan menemani Persija di Divisi Utama.
Pada 30 Januari 2006, pertandingan bersejarah digelar di Stadion Tugu. Untuk pertama kalinya sejak 1988, Persitara menghadapi Persija dalam kompetisi resmi. Waktu itu, Laskar Si Pitung harus mengakui keunggulan saudara tuanya. Dua gol dari Francis Wewengkang dan Roger Batoum hanya mampu dibalas sekali oleh Persitara via Jean Paul Boumsong.
Semusim kemudian, tepatnya pada 17 Februari 2007, sesuatu yang dinanti-nanti Persitara terjadi. Bermain di Stadion Tugu, Laskar Si Pitung membungkam Persija dengan skor 2-1. Dua striker yang pernah memperkuat Timnas Indonesia, Gendut Doni dan Kurniawan Dwi Yulianto mencetak gol Persitara dalam pertandingan tersebut.
Kemenangan fenomenal diraih Persitara di musim pertama Liga Super Indonesia. Bertandang ke markas darurat Persija di Stadion Gajayana, Malang pada 6 Juni 2009, Laskar Si Pitung tampil meyakinkan dan menang 2-4.
Macan Kemayoran sempat unggul cepat melalui tendangan jarak jauh Leo Saputra. Ketinggalan 1-0 tak membuat Persitara gentar. Mereka pun berhasil membalas lewat tendangan bebas John Trakpor yang tak mampu dibendung Hendro Kartiko.
Permainan dominan membuat Persitara berbalik unggul. Prince Kabir Bello mencetak gol indah dengan tendangan salto. Mustopa Aji memperbesar keunggulan jadi 1-3. Tembakan voli Rahmat “Poci” Rivai pun menggenapi kemenangan Persitara. Jelang pertandingan berakhir, Persija memperkecil kekalahan lewat gol Bambang Pamungkas.
Kemenangan tersebut menegaskan daya saing Persitara atas sang saudara tua. Pada masa itu, Laskar Si Pitung memang diperkuat pemain-pemain bintang yang membuat mereka mampu bersaing di papan atas. Pemain sekaliber Kurniawan, John Trakpor, hingga Alfredo Figueroa sempat membela Persitara.
Sayangnya, sejak 2010, Persitara terus mengalami penurunan. Pada 2014, mereka teregradasi dari Divisi Utama 2014 karena masalah keuangan.
Laskar Si Pitung saat ini masih berkecimpung di Liga 3 DKI Jakarta. Untuk melihat Derbi Jakarta kembali, publik sepertinya harus menunggu cukup lama.
Komentar