Jika seorang ultras akrab dengan flare ataupun smokebomb, tidak demikian dengan para pendukung Fluminense. Mereka lebih memilih untuk melemparkan bedak ke udara.
Kebiasaan unik fans Fluminesse ini bukan tanpa sebab. Kebiasanan ini sudah ada sejak dulu, sejak awal mula Brazil mengenal sepakbola.
Dahulu sepakbola di Brazil hanya boleh dimainkan oleh mereka yang berkulit putih. Para imigran dari Eropa.
Pun dengan Fluminense. Fluminense adalah klub bangsawan. Hanya mereka yang berkulit putih yang bisa bermain di Fluminense.
Namun semua berubah, saat ada seorang peranakan negro yang bernama Carlos Alberto.  Alberto adalah pemuda yang  sangat berbakat. Meski berbakat, ia tak bisa bermain untuk Fluminense. Lantaran ia berkulit hitam.
Namun, Alberto tak habis akal. Ia tetap ingin menyalurkan hasratnya bermain bolanya. Ia mencoba mengelabuhi orang-orang, dengan cara membaluri tubuhnya dengan tepung beras agar kulitnya terlihat putih. Harapannya jelas, agar ia dapat bermain bola di negeri paling timur di Amerika Latin itu.
Namun, ternyata lambat laun orang-orang mulai tahu, bahwa Alberto adalah orang kulit hitam. Praktis, melihat fenomena itu, suporter lawan lalu mengejek Fluminense dengan cemoâohan.
âDasar kau tepung beras!!,â hujat para suporter lawan.
Meski diejek karena memakai pemain kulit hitam, Fluminense justru tak malu. Para suporter Fluminense justru bangga dengan sebutan itu. Oleh karennya, hingga hari ini, para suporter selalu melemparkan bedak ke udara saat timnya memasuki lapangan.
(mul)
Komentar