Semasa dipimpin era Franco, gelar juara yang didapat Real Madrid di Liga Champions selalu saja menuai kontroversi. Pada Final Liga Champions 1956-57, Real Madrid menghadapi klub asal Italia, Fiorentina.
Bertanding di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid kesulitan untuk menembus pertahanan Fiorentina. Petaka bagi La Viola terjadi pada menit ke-69. Hakim garis telah mengangkat bendera tanda off-side ketika pemain Madrid, Enrique Mateos, dilanggar pemain Fiorentina di dalam kotak penalti. Namun, wasit asal Belanda Leo Horn mengabaikan tanda dari hakim garis tersebut. Ia malah menunjuk titik putih!
Albert Di Stefano akhirnya membawa Real Madrid unggul. Kemenangan El Real akhirnya digenapkan Gento pada menit ke-75. Real Madrid menjadi penguasa Eropa untuk kedua kalinya.
Sejak La Liga dimulai pada 1929 hingga kematian Jendral Franco pada 1975, Real Madrid telah mengoleksi 16 gelar juara. Sementara Barcelona sembilan kali juara. Gelar terbanyak Madrid diperoleh pada medio 1953 hingga 1975 dengan raihan 16 kali juara. Atau 80% gelar La Liga yang diraih Real Madrid berada pada era tersebut.
Di awal kekuasaanya, Jendral Franco tidak begitu tertarik terhadap sepakbola. Perhatiannya terpusat ketika Spanyol mulai membangun kembali kondisi finansial negaranya pada era 1950-an. Di situ, Franco menyadari bahwa sepakbola dapat menarik massa yang besar. Terlebih, pada saat itu sudah mulai digunakan teknologi siaran televisi di Eropa. Sehingga, partai Final Liga Champions dapat disaksikan tidak hanya di Spanyol, tapi juga di Eropa.
Kesuksesan Real Madrid di bawah kekuasaan Jendral Franco juga berakibat pada prestasi mereka di Eropa. Dengan sejumlah pemain top, Madrid lima kali secara berturut-turut menguasai Eropa.
Jelang raihan gelar ke-10 bagi Real Madrid, selain berterimakasih kepada Sang Pencipta, suporter Madrid juga harusnya berterimakasih kepada Sang Jendral yang membantu mereka meraih gelar ke-10 Liga Champions.
Sumber gambar: Espnfc.com
[fva]
Komentar