5 Playmaker Terbaik Amerika Latin yang Berkiprah di Liga Indonesia

Cerita

by redaksi 59493

5 Playmaker Terbaik Amerika Latin yang Berkiprah di Liga Indonesia

Amerika Latin tak terbantahkan sebagai salah satu penghasil terbaik bakat-bakat sepakbola dunia. Nama-nama pemain besar yang lahir dari Amerika Selatan juga membuat beberapa klub di Indonesia memakai jasa pemain ‘Latino’ untuk memperkuat kreatifitas di lini tengah atau disebut juga playmaker.

Playmaker, atau kadang dipertukarkan dengan istilah fantasista dan trequartista, adalah peran yang sentral karena mempunyai tugas sebagai pengatur serangan dan biasanya menjadi pengeksekusi bola mati. Ia juga menentukan arah serangan, melalui pengaturan alur dan ritme, juga bisa mematikan dengan umpan akhirnya.

Keandalan pemain tengah kreatif asal Amerika Latin yang mempunyai ciri khas stylish, unggul dalam membawa bola serta pandai mencetak gol lewat bola mati, membuat klub-klub di Indonesia menggunakan jasa pemain Latin.

Eksistensi playmaker asal Amerika Latin di Indonesia dimulai saat Liga Indonesia (LIGINA) edisi pertama yang bergulir musim 1994/95. Kala itu kran pemain asing kembali dibuka setelah terakhir diperbolehkan pada kompetisi Galatama musim 1982/83.

Berikut lima nama playmaker terbaik asal Amerika Latin yang pernah merumput di Liga Indonesia:

Carlos De Mello

Carlos De Mello pantas masuk dalam 5 nama playmaker Latin terbaik di Liga Indonesia. Carlos termasuk pemain latin generasi pertama yang masuk ke Indonesia setelah digelarnya Liga Indonesia I.

De Melo saat memperuat Petrokimia bersama Jacksen F Tiago
De Melo saat memperuat Petrokimia bersama Jacksen F Tiago

Pemain berkebangsaan Brasil ini bermain bersama Petrokimia Putra di musim 1994/95. Kolaborasinya dengan kompatriot satu negara,  Jacksen F. Tiago menjadi momok bagi lini pertahanan lawan. Kontribusi de Mello di Petrokimia saat itu membawa tim asal Gresik ke final Liga Indonesia, namun kalah atas Persib Bandung.

Gelandang yang terkenal dengan gayanya yang flamboyan, tidak banyak berlari, namun memiliki umpan-umpan serta bola mati yang akurat menjadi ciri khasnya kala berlaga. Pun dengan kaus kaki pendek yang digunakannya kala merumput menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton yang melihat.

Setelah memperkuat Petrokimia, De Mello memperkuat Persebaya Surabaya. Saat itu Persebaya merombak pemain asing asal Balkan seperti Dejan Antonic, Plamen Iliev Kazakov, Nadoveza Baranko, dan Nedyo Ivanov Vedev dengan pemain Brasil seperti Jacksen Tiago serta Carlos de Mello yang sempat berkostum Petrokimia.

Perubahan yang dilakukan oleh Persebaya ternyata berhasil.De Mello dkk. berhasil mempersembahkan piala Liga Indonesia 1996/67 kepada masyarakat Surabaya.

Kelihaiannya mengolah bola dan visi bermain yang diatas rata-rata membuat Carlos De Mello menjadi salah satu jaminan prestasi bagi tim yang diperkuatnya. Kepindahannya ke PSM Makassar di Liga Indonesia 1999/00 berhasil menjadikan tim berjuluk Juku Eja menjadi kampiun.  Ia kala itu bisa menjadi pelayan yang baik untuk duet penyerang Kurniawan Dwi Yulianto serta Miro Baldo Bento.

Luciano Leandro

Bila anda disuruh mengingat siapa pemain bola Indonesiayang memiliki gaya rambut panjang kuncir kuda, siapakah yang akan timbul di benak? Mungkin nama Luciano Leandro akan menjadi yang pertama anda ingat. Tentu saja ia dikenal bukan hanya karena gaya rambutnya yang khas, tapi kelihaiannya di lapangan hijau menjadi membekas di ingatan penikmat sepakbola Indonesia.

lenadro

Luciano Leandro masuk sebagai salah satu nama playmaker asal Amerika Latin terbaik yang pernah beraga di kancah sepakbola tanah air.

Mengawali kariernya di klub PSM Makassar, Luciano Leandro langsung memikat hati pecinta sepakbola tanah air. Kemampuan olah bola, teknik passing yanng mumouni, serta visi bermainnya yang brilian membuat PSM kala itu ke partai final Liga Indonesia 1995/96, namun PSM kala itu takluk 0-2 atas tim asal Bandung, Mastrans Bandung Raya.

Beberapa musim bermain di di Makassar, Luciano Leandro akhirnya memutuskan untuk berkiprah bersama tim asal ibukota, Persija Jakarta. Kontribusi besar Luciano kala itu membuat tim berjuluk Macan Kemayoran tersebut menjuarai Liga Indonesia 2000/01.

Danilo Fernando

Pengalaman bagus memiliki playmaker asal negeri Samba membuat Petrokimia Gresik merekrut gelandang Brasil, Danilo Fernando untuk memperkuat lini tengah mereka di Liga Indonesia2003/04. Danilo seperti tipikal gelandang asal Amerika Latin lainnya, memiliki kemampuan drible yang menawan dan juga kemampuan mengambil bola mati. Umpan-umpan terukurnya dapat memanjakan penyerang yang berada di kotak penalti.

Danilo saat berseragam Persik Kediri
Danilo saat berseragam Persik Kediri

Pemain kelahiran Sao Paulo ini melanjutkan kariernya ke Persebaya Surabaya. Di Persebaya, ia menjadi penyuplai bola bagi striker Chile, Cristian Carrasco. Tim yang kala itu diarsiteki  Jacksen F. Tiago mampu menjuarai Liga Indonesia 2004 setalah Danilo mencetak gol di laga final.

Keberhasilannya di Persebaya membuat Persik Kediri memakai jasanya pada Liga Indonesia musim 2006. Danilo Fernando menjadi penyuplai bola yang baik untuk duet penyerang Cristian Gonzales dan Budi Sudarsono. Danilo pun meraih trofi juara kedua kalinya di kancah sepakbola Indonesia.

Ia juga sempat memperkuat beberapa klub lagi seperti Deltras Sidoarjo, dan akhirnya memilih menyebrang ke Persisam Samarinda. Namun di klub asal Kalimantan tersebut namanya sempat tercoreng akibat kasus pengeroyokan terhadap wasit. Danilo kembali ke Deltras pada musim 2010/11 sebelum akhirnya bergabung dengan Perseba Bangkalan yang kemudian menjadi Pusamania Borneo FC pada tahun 2014.

Alejandro Tobar

Sebagian orang mungkin akan mengernyitkan dahi ketika menebut nama Alejandro Tobar sebagai salah satu playmaker Latin yang pernah merumput di Indonesia. Akan tetapi, kontribusi Alejandro Tobar saat memperkuat Persib di musim 2003 menjadi salah satu penampilan yang tidak akan dilupakan publik kota kembang.

Memiliki kemampuan passing dan set-piece diatas rata-rata, menjadikan Alejandro Tobar layak untuk masuk dalam lima nama playmaker asal Amerika Selatan di Indonesia. Seperti tipikal playmaker latin, Tobar tidak memiliki kecepatan yanng tinggi, namun memiliki visi bermain serta teknikpassing yang diatas rata-rata.

Tobar saat memperkuat Persikabo Bogor
Tobar saat memperkuat Persikabo Bogor

Nomor punggung ‘10’ yang digunakannya kala itu agaknya sesuai dengan gaya bermainnya sebagai trequartista. Gayanya yang flamboyan serta kontribusinya yang baik bagi tim, menjadikan Tobar pemain asing Persib pertama yang dicintai karena kontribusinya di lapangan. Catatan 15 golnya selama satu setengah musim memperkuat Persib menjadi bukti sahih kelihaiannya di lapangan hijau. Dalam laga playoff degradasi musim 2003/04, ia berhasil mencetak hattrick dalam laga yang berkesudahan 4-4 melawan Perseden Denpasar.

Setelah memperkuat Persib, Tobar sempat memperkuat beberapa tim lain, diantaranya PSMS Medan, Persikab Kabupaten Bandung, Persikabo Bogor, serta Persiku Kudus.

Gustavo Lopez

Nama gelandang asal Argentina ini dikenal kala ia memperkuat Persela Lamongan di musim 2006/07. Eks-pemain Lanus ini memiliki visi bermain yang cemerlang, andal dalam mengeksekusi bola mati, serta memiliki dribbling yang diatas rata-rata, sehingga layak menjadi salah satu playmaker paling berpengaruh di Indonesia. Musim pertamanya di Liga Indonseia 2006/07 bersama Persela Lamongan, ia mencetak raihan 5 gol dari 22 laga.

399870_heroa

Gustavo sempat kembali ke Amerika Selatan setelah semusim memperkuat Persela, lalu kembali ke tim berjuluk Laskar Joko Tingkir pada musim 2011/12. Penampilan apiknya membuat Arema Malang merekrutnya di musim 2013/14. Berkat kemampuan luar biasanya, dimanapun ia ditempatkan, ia selalu menjadi sentral serangan. Di tim asal Malang tersebut ia berhasil membawa klubnya hingga semifinal ISL 2014. Di laga semifinal, ia ditarik keluar pada babak perpanjangan waktu sehingga serangan Arema menjadi lemah. Gustavo pun akhirnya harus rela timnya dikalahkan Persib 3-1.

Lepas dari Arema, kini Gustavo bermain untuk klub Malaysia Super League, Terengganu FA.

***

Di luar nama-nama di atas, masih ada nama-nama Latin lain yang, boleh jadi, bagi beberapa orang sangat layak masuk daftar. Sebut saja nama Lorenzo Cabanas (yang cukup lama bermain di Indonesia untuk beberapa klub, dari Persija, Persiba Balikpapan dan paling lama bermain untuk Persib Bandung). Belum lagi menyebut nama yang masih aktif hingga sekarang, sebut saja misalnya: Robertino Pugliara dan Rodrigo Dos Santos.

Anda punya nama lain?

Foto: persegresfc, mediaindonesia, suaramerdeka, goal

Komentar