AFC Bournemouth: Dongeng, Kejutan, dan Kisah Lucu dari Pantai Selatan

Cerita

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

AFC Bournemouth: Dongeng, Kejutan, dan Kisah Lucu dari Pantai Selatan

Tommy Elphick, Marc Pugh, Andrew Surman, Matt Ritchie, Steve Cook, Callum Wilson, Baily Cargill, atau Brett Pittman (bukan Brad Pitt si bintang film). Kecuali Cargill yang wig-nya pernah lepas pada saat pertandingan, mana dari pemain-pemain di atas yang familiar dengan telinga Anda? Seharusnya, sih, ada beberapa.

Kenapa ini menjadi penting sehingga kami sampai menuliskan nama-nama di atas? Karena nama-nama di atas (sudah sangat hampir pasti sekali) berlaga di Liga Primer Inggris musim depan.

AFC Bournemouth akhirnya bisa menyambut impian mereka untuk berlaga di tingkat tertinggi divisi sepakbola di Inggris, dan juga dunia, Premier League. Ini adalah pertama kalinya sepanjang sejarah mereka untuk bisa berlaga di Liga Primer.

Pasukan asuhan manajer Eddie Howe tersebut berhasil (sekali lagi, sudah sangat hampir pasti sekali) meraih tiket promosi ke EPL setelah mengalahkan Bolton Wanderers 3-0 pada Selasa kemarin (28/04).

Tiga gol The Cherries ke gawang kesebelasan Emile Heskey dan Eiður Guðjohnsen tersebut berhasil dicetak oleh Pugh, Ritchie, dan Wilson di Dean Court, kandang Bournemouth. Kemenangan tersebut membuat mereka berada tiga poin dari tim urutan ke tiga, Middlesbrough, dengan hanya satu pertandingan tersisa.

Akhirnya kami harus menjelaskan ini: Kenapa kami menyebut “sudah sangat hampir pasti sekali promosi ke Liga Primer”?

Ini tidak berlebihan, karena Bournemouth sebenarnya secara teknis hanya akan menjamin promosi jika mereka setidaknya bisa meraih satu poin dari perjalanan mereka ke Charlton Athletic akhir pekan ini, atau jika Middlesbrough gagal untuk mengalahkan Brighton & Hove Albion.

Namun, secera realistis mereka sudah memperoleh promosi: Bahkan jika Bournemouth kalah dan Middlesbrough menang, ini akan sangat ajaib bagi kesebelasan asal pantai selatan Inggris tersebut untuk gagal memperoleh promosi otomatis karena mereka memiliki selisih gol yang jauh lebih unggul, yaitu +50 berbanding Middlesbrough yang “hanya” +31. Silakan dihitung sendiri.

Sebagai pengetahuan saja, dari 24 kesebelasan peserta Football League Championship, atau satu divisi di bawah Liga Primer, dua kesebelasan teratas akan meraih tiket promosi ke EPL (peringkat pertama berstatus juara), peringkat tiga sampai enam akan diundi untuk bermain dalam babak play-off (semi-final 2 leg dan final di Wembley) memperebutkan satu tiket sisa untuk promosi ke EPL; sementara tiga tim terbawah akan otomatis terdegradasi ke Football League One.

Secara teknis juga, bahkan Bournemouth, yang pernah menambahkan kumis pada gambar orang di logo mereka, masih bisa menyelesaikan liga sebagai juara Championship jika mereka mampu menyalip kesebelasan yang juga terlebih dahulu sudah memastikan promosi, Watford.

Saat ini, Watford berada satu poin di atas Bournemouth dan akan bermain melawan Sheffield Wednesday di kandang mereka akhir pekan ini.

“Saya biasanya pesimis, tetapi tidak kali ini. Kami masih memiliki satu pertandingan lagi dan kami ingin menyelesaikannya pada tingkat tertinggi,” kata Howe.

Terlepas dari apakah mereka akan menjadi juara atau tidak, promosi dari peringkat ke dua masih akan menjadi prestasi yang luar biasa untuk Bournemouth, yang sempat tiga kali hampir dilikuidasi dalam enam bulan pada 2008.

Dengan kapasitas penonton Dean Court yang hanya 11.700, atau sepertujuhnya Old Trafford, Bournemouth akan menjadi kesebelasan terkecil, juga dengan stadion terkecil, di Liga Primer musim depan.

Sejarah singkat kebangkitan Bournemouth

Jika kita berbicara mengenai Bournemouth, seolah kita sedang bermain video game. Kita memulainya dari bawah, tapi dengan cepat kita bisa naik. Jika kalian tidak demikian, setidaknya saya selalu melakukan hal ini dalam 5 tahun terakhir hidup saya bersama career mode di EA Sports FIFA.

The Cherries memulai musim 2008/09 di tingkat ke empat, Football League Two, dengan hukuman pengurangan 17 poin. Namun, melalui manajemen cerdik, ditambah manajer Howe yang sudah menjadi legenda lokal (menjadi pemain dari 1994-2002 dan 2004-2007; serta menjadi manajer pada 2008-2011 dan sejak 2012), dan investasi dari Rusia melalui Maxim Demin sejak 2011, Bournemouth telah menciptakan dongeng mereka sendiri.

Seperti yang sudah disampaikan di atas, Howe, yang pertama kali bergabung dengan Bournemouth sebagai pemain akademi berusia 10 tahun, sudah dianggap sebagai pemain yang sukses di sana.

Ia kemudian menjadi manajer saat ia masih berusia 29 tahun. Ia berhasil membawa The Cherries promosi ke League One setelah empat musim lamanya mendekam di League Two.

Eddie Howe dan perjalanan AFC Bournemouth dari musim League Two 2008/09 menuju Liga Primer 2015/16
Eddie Howe dan perjalanan AFC Bournemouth dari musim League Two 2008/09 menuju Liga Primer 2015/16

Howe, yang sekarang berusia 37 tahun, memang sempat pindah ke Burnley untuk menjadi manajer, tapi saat ia kembali membesut Bournemouth pada Oktober 2012, ia langsung membawa kesebelasannya promosi ke Championship pada 2013 setelah menjadi runner-up League One di bawah sang juara, Doncaster Rovers.

Keyakinannya dalam sepakbola menyerang telah membuat Bournemouth menjadi salah satu kesebelasan yang mencetak banyak gol di liga musim ini, yaitu 95 gol.

“Pencapaian Eddie Howe di Bournemouth membuat saya berpikir apakah akhirnya kita menemukan 'special one' asal Inggris,” ujar Gary Lineker memuji Howe.

Sama seperti Jose Mourinho, ‘the special one’ yang sesungguhnya, ia juga disuntik dana oleh pengusaha asal Rusia, Maxim Demin (bukan “Maxim Denim”, karena bisa tertukar menjadi merek celana jins).

Bedanya, tidak seperti Roman Abramovich di Chelsea, Demin hanya menghabiskan 7,3 juta poundsterling untuk transfer pemain sejak 2013. Jumlah ini masih lebih sedikit jika dibandingkan dengan Nottingham Forest (17 juta pounds), Middlesbrough (12,5 juta pounds), atau bahkan Leeds United (8,5 juta pounds) yang dikabarkan akan dibeli oleh Red Bull.

Bahkan Bournemouth sempat mendapatkan “durian runtuh” ketika kedapatan jatah 25% uang transfer Adam Lallana dari Southampton ke Liverpool.

Pembelian termahalnya baru-baru ini hanya Callum Wilson dari Coventry City seharga 2,5 juta pounds, itu pun mereka lakukan setelah mereka menjual Lewis Grabban dengan harga yang lebih tinggi dari itu.

Siapa saja pemain mereka sekarang ini? Selain banyak nama yang sudah disebutkan dari awal tulisan ini, beberapa nama berikut mungkin akan familiar: Ian Harte (mantan pemain Leeds), Adam Smith (eks-Tottenham Hotspur), Dan Gosling (eks-Everton dan Newcastle United), Junior Stanislas (eks- West Ham United), serta Artur Boruc (dipinjamkan dari Southampton) dan Kenwyne Jones (dipinjamkan dari Cardiff City).

Beberapa hal unik dan lucu dari Bournemouth

Meskipun belum benar-benar memastikan diri promosi ke Liga Primer, kita bisa langsung saja menyimpulkan bahwa mereka akan promosi sungguhan. Jika kurang jelas, silakan baca kembali paragraf 7 dan 8 tulisan ini.

Bournemouth akan menjadi kesebelasan pertama yang promosi dengan kostum garis-garis merah-hitam (seperti AC Milan), meskipun Manchester City pernah memiliki kostum garis-garis merah-hitam, tapi kami tidak memasukannya ke daftar ini karena itu merupakan seragam tandang mereka.

Selain itu juga, Bournemouth menjadi kesebelasan pertama yang memiliki awalan AFC di depan nama kesebelasannya di Liga Primer. Sayang sekali AFC Wimbledon tidak bisa melakukannya terlebih dahulu, padahal tanpa “AFC”, Wimbledon pernah menjadi tim langganan Liga Primer.

Hal di atas akan membuat kita menemukan hal unik lainnya: Ya, pada hari pertama musim baru bergulir (2015/16), The Gunners alias Arsenal akan berada pada posisi ke dua, yang merupakan posisi terendah mereka sepanjang sejarah alfabetikal awal musim di Liga Primer, karena AFC Bournemouth adalah kesebelasan teratas di Liga Primer musim depan!

Arsene Wenger pasti sudah was-was bahkan jauh sebelum musim depan bergulir.

Salah satu pemain mereka, Matt Ritchie, juga menjadi pemain yang unik. Ritchie sempat dipanggil oleh tim nasional Skotlandia padahal ia belum pernah sekalipun mengunjungi Skotlandia.

Logo kesebelasan mereka juga terlihat unik, tapi pernah diledek seperti logo produk shampoo. Yah setidaknya logo ini masih lebih orisinil daripada logo Shrewsbury Town yang diduga kuat plagiat.

Kemudian, satu hal menarik lainnya datang dari julukan Bournemouth, yaitu The Cherries, atau buah ceri. Bournemouth akan menjadi kesebelasan ke dua yang memiliki julukan dari nama buah-buahan setelah posisi tersebut sudah lama dipegang oleh Blackpool.

Blackpool (jangan lupa huruf ‘l’ di akhir namanya agar tidak tertukar dengan kotoran hitam) yang terdegradasi ke League One akhir musim ini, sudah menjadi kesebelasan Liga Primer satu-satunya yang memiliki julukan dari nama buah-buahan.

Julukan mereka adalah The Tangerine atau jeruk keprok atau jeruk mandarin. Heh! Julukan macam apa ini? Kami rasa tangerine bukan persis nama buah-buahan, berarti The Cherries akan menjadi kesebelasan pertama Liga Primer yang memiliki julukan dari nama buah-buahan.

Apapun itu, jika kita membaca paragraf di atas, kita akan semakin sadar bahwa Bournemouth sudah menjadi buah bibir (hmmmm... ceri... nyam, nyam, nyam...) bagi kita semua yang tak sabar menanti dongeng dan kejutan apa lagi yang akan tersaji dari pantai selatan.

Selamat (sudah sangat hampir pasti sekali) datang di Liga Primer Inggris, Bournemouth!

Tabel klasemen Football League Championship sampai pekan ke-45 (sumber: wikipedia.org)
Tabel klasemen Football League Championship sampai pekan ke-45 (sumber: wikipedia.org)

Komentar