Seorang penulis terkenal Amerika Serikat, Maya Angelou pernah berkata âNothing can dim the light which shines from within.â Tidak ada yang bisa meredupkan cahaya yang bersinar dari dalam. Ungkapan dari Angelou nampaknya diamini juga oleh Leeds United.
Leeds, lebih dari sepuluh tahun kebelakang hampir bisa dikatakan menjadi tim yang sepi dari hingar bingar pemberitaan, apalagi berkaitan dengan prestasi. Sempat terjun ke League One, ternyata Leeds masih menyimpan potensi pemain muda yang ditelurkan oleh akademinya.
Nama-nama seperti Alex Mowatt, Charlie Taylor, Lewis Cook, Kalvin Phillips, dan Alex Purver menjadi bukti bahwa Leeds setidaknya bisa memunculkan pemain-pemain masa depan Inggris. Begitu pula dengan Sam Byram, sebelum akhirnnya dijual ke West Ham United di jendela transfer musim dingin.
Leeds United memang dikenal sebagai salah satu tim yang serius dengan pengembangan pemain muda. Mengutip BBC pada Oktober 2008 silam, mantan presiden FIFA, Sepp Blatter, pernah berkata, âLeeds, klub yang sangat saya hormati, saya harus salut untuk usaha mereka dalam hal ini.â
Pasti Anda akrab dengan nama Harry Kewell, Paul Robinson, Jonathan Woodgate, Alan Smith, James Milner, Fabian Delph, atau Aaron Lennon? Itulah sedikit dari kisah lama yang berhasil ditelurkan oleh akademi Leeds United.
Namun tidak sedikit pula orang yang menyangsikan kontribusi akademi Leeds United. Salah satunya yaitu Neil Warnock, eks-manajer Leeds United di musim 2012-2013. Warnock dalam otobiografinya yang berjudul âThe Gaffer: The Trials and Tribulations of a Football Managerâ menulis beberapa pernyataan kontroversial tentang 13 bulan masa kerjanya di Leeds United, yaitu akademi Leeds tak ubahnya seperti âkanker di dalam klub.â
Semenjak era Alan Smith dkk, hampir tidak banyak nama yang mencuat sebagai sepakbola yang bermain di level internasional. Ditambah prestasi Leeds yang terus merosot, keuangan yang tidak stabil, membuat klub ini seakan lupa akan potensi yang dimilikinya.
Namun, potensi dari pemain binaan akademi Leeds United bisa kembali diorbitkan oleh pelatih kepala Leeds United musim lalu, Neil Redfearn.
Kejelian Redfearn dalam melihat potensi dan keberaniannya mempercayakan tanggung jawab kepada pemain muda nampaknya sedikit menaikkan reputasi Thorp Arch sebagai penghasil pemain-pemain sepakbola Inggris. Redfearn yang sebelumya juga sempat menjadi kepala pengembangan pemain muda Leeds, percaya untuk memakai pemain-pemain masa depan Leeds United seperti Mowatt, Cook, Taylor, dan Byram di tim inti kala itu.
Neil Redfearn menjadi aktor dibalik mencuatnya nama-nama baru di skuat inti Leeds. Ia dipecat chairman Massimo Cellino lantaran dinilai tidak satu visi dengan klub
Kisah di balik akademi Leeds United
Thorp Arch adalah nama tidak resmi dari akademi Leeds United yang diambil dari nama lokasi akademi berdiri. Akademi ini terletak sekitar 30 km dari markas Leeds United, Elland Road.
Tempat pelatihan dan akademi Leeds di Thorp Arch awalnya dibangun atas inisiatif manajer Leeds United kala itu, Howard Wilkinson di tahun 1988.
Wilko, sapaan akrab Wilkinson, yang kala itu merasa klub perlu tempat latihan yang representatif dan modern untuk kemajuan klub. Namun, ide itu baru terealisasi tahun 1994, sekitar 6 tahun sejak ide Wilko digagas. Pusat pelatihan Thorp Arch memiliki beberapa bangunan, yaitu The Grange, The Barn, dan lapangan utama. The Barn sendiri baru dibuka tahun 2000.
Pembangunan The Barn yang saat itu bernilai 5 juta pounsterling dan menjadikannya state-of-the-art youth academy and training facility. Terdapat asrama pemain, cafe, ruang ganti, lapangan indoor, ruangan fisioterapi, ruangan bio-science, ruangan rehabilitasi cedera, serta kolam renang, jacuzzi, dan fasilitas kebugaran lengkap.
Kisah menyedihkan dimulai saat kegagalan Leeds United mencapai babak final Liga Champions UEFAÂ 99/00. Usai kekalahan tersebut, Peter Ridsdale âpemilik kala itu- kesulitan membayar gaji dan segala hutang klub. Alhasil pada Juli 2004, bagian The Grange yang terdiri dari ruang akomodasi pemain akademi, kantor, serta ruang ganti pemain dijual kepada Sterling Investment Properties Limited, sebuah perusahaan yang dimiliki oleh pengusaha lokal, David Newett.
Tak berhenti disitu, enam bulan kemudian giliran bangunan yang baru dibangun 4 tahun sebelumnya, The Barn berikut lapangan tempat pemain Leeds berlatih juga turut dijual. Kali Thorp Arch ini dijual kepada pengusaha asal Manchester, Jacob Adler senilai 4,2 juta poundsterling.
Di era kepemilikan Ken Bates yaitu pada 2005 hingga 2013, Thorp Arch ingin kembali ditebus. Kali ini Bates mencoba untuk melobi dewan kota Leeds untuk memberi keringanan. Itupun dengan syarat setelah 14 tahun kemudian, hutang harus segera dilunasi agar aset bisa kembali sepenuhnya.
Sebelumnya pada era kepelatihan Brian McDermott, Thorp Arch mengalami beberapa perbaikan, seperti sistem penyemprotan lapangan, dan juga pencampuran area latihan skuat inti dan skuat muda Leeds. McDermott juga meminta pengelola untuk mengubah ukuran lapangan menjadi persis seperti lapangan di Elland Road agar pemain mudah beradaptasi dengan lapangan yang dipakai sesungguhnya.
Kini sejak kepemilikannya dijual, Thorp Arch masih belum dimiliki oleh Leeds United. Janji-janji dari pemilik Leeds United sebelumnya pun tidak pernah dipenuhi. Begitupun dengan Massimo Cellino yang berjanji mengambil kembali Thorp Arch serta Elland Road, hingga kini belum ditepati. Namun, dengan sistem dan sejarah yang kuat mengakar, Leeds terus mencari dan mengembangkan bibit-bibit mudanya.
Leeds United percaya bahwa mereka harus terus merawat sinar yang ada di dalam diri mereka, meskipun situasi sulit terus menghampiri. Berbagai kesulitan, turun naik prestasi, kesulitan keuangan, hingga pemilik klub yang bermasalah, tapi harus tetap dijalani. Karena kegelapan prestasi yang dihadapi kini, mungkin suatu hari akan diterangi oleh mereka-mereka yang hadir dari akademi.
Foto: leedsunited, YEP
[tr]
Komentar