Aubameyang: Kebanggaan Afrika dan Impiannya Bermain di Liga Spanyol

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Aubameyang: Kebanggaan Afrika dan Impiannya Bermain di Liga Spanyol

Siapa pemain terbaik dunia saat ini? Lionel Messi? Cristiano Ronaldo? Jawaban dari pertanyaan ini tergantung dari segi apa indikator ‘terbaik’-nya itu sendiri. Namun jika berbicara tentang pemain terbaik dengan indikator mencetak gol secara konsisten, Pierre-Emerick Aubameyang merupakan pemain terbaik saat ini.

Kalimat terakhir pada paragraf di atas tak perlu ditambahkan kata ‘mungkin’ ataupun ‘salah satu’, Aubameyang nyatanya saat ini memang merupakan penyerang terbaik. Ketika Robert Lewandowski, yang disebut-sebut sebagai penyerang terbaik saat ini, telah mencetak 19 gol dari 18 penampilan, penyerang asal Gabon ini sudah mencetak 22 gol dari 20 penampilan.

Bersama Thomas Tuchel, Aubameyang menjelma menjadi mesin gol. Dimainkan sebagai penyerang utama di era Tuchel, menjadikan pemain berusia 26 tahun itu lebih memiliki ruang gerak yang lebih luas untuk mencari posisi yang tepat untuk mencetak gol.

Pada Dortmund era Juergen Klopp, Aubameyang tak terlalu difungsikan sebagai penyerang utama. Dimulai dari menjadi pelayan Lewandowski pada musim pertamanya di Dortmund, hingga musim 2014/2015 lalu harus berbagi tempat di lini depan bersama Adrian Ramos dan Ciro Immobile.

Hengkangnya Immobile yang dipinjamkan ke Sevilla CF membuat pilihan di penyerang tengah tinggal menyisakan Aubameyang, Ramos, dan penyerang muda asal Jerman, Marvin Ducksh. Konsistensinya dalam mencetak gol jelang musim 2014/2015 berakhir berlanjut pada musim ini yang membuatnya semakin mendapatkan tempat utama sebagai penyerang tunggal.

Menjadi penyerang tunggal membuatnya lebih bisa memaksimalkan kaki  kanannya. Bermain sebagai penyerang utama bisa membuatnya lebih sering bergerak ke sisi kiri. Dari sisi kiri, ia bisa melakukan cutting inside dan menempatkan bola ke arah yang ia inginkan dengan kaki kanannya. Total 14 gol dari 22 golnya saat ini dicetak menggunakan kaki kanan.

Hal ini tak terlalu bisa ia lakukan saat bermain di pos sayap kanan era Klopp. Apalagi dengan Lewandowski sebagai penyerang utama, perannya di sisi kanan akan lebih sering difungsikan seperti Marco Reus di sisi kiri atau Henrikh Mkhitaryan di tengah untuk melayani Lewandowski. Hasilnya, penyerang asal Polandia itu menjadi pencetak gol terbanyak Dortmund pada musim 2012/2013.

Kemampuan mencetak gol Aubameyang sebagai penyerang utama tak lepas dari apa yang ia dapat sewaktu ia masih menimba ilmu di akademi AC Milan. Auba yang merupakan lulusan akademi Milan ini sempat memerhatikan secara langsung salah satu penyerang terbaik Brasil, Luiz Nazario Ronaldo.

“Tanpa diragukan lagi, jawabannya adalah Ronaldo,” jawab Aubameyang ketika ditanya siapa pemain yang menginspirasinya oleh Afriquefoot. “Saya sungguh beruntung bisa bekerja sama dengannya di AC Milan.”

Auba dan Ronaldo memang pernah sama-sama membela AC Milan selama satu musim (2007-2008). Meski saat itu Ronaldo memang sudah mengalami penurunan kemampuan, tapi banyak pelajaran yang bisa diambil oleh Aubameyang.

Aubameyang sendiri merupakan pemain yang tercampakkan oleh Milan. Meskipun ia pernah mendapatkan trofi Roberto Bettega karena menjadi pencetak gol terbanyak pada turnamen kategori muda di Italia, hal tersebut tak cukup untuk mengantarkan Aubameyang ke skuat utama.

Lantas, ia dipinjamkan ke kesebelasan Perancis seperti Dijon, Lille, Monaco, dan St. Etienne selama tiga musim kontraknya bersama AC Milan. St. Etienne yang memperpanjang masa peminjaman Aubameyang pada akhirnya mempermanenkan Auba pada akhir tahun 2011. Di sinilah talenta pemain kelahiran 18 Juni 1989 ini semakin terasah.

Gelontoran golnya membuat St. Etienne mengakhiri puasa gelar sejak 1981 pada akhir musim 2012/2013 dengan meraih Coup de League. Di saat bersamaan, Aubameyang meraih gelar pemain terbaik Afrika di Ligue dan masuk ke dalam Team of the Year Ligue 1.

“Ini merupakan penghargaan pertama saya. Dan ini merupakan sesuatu yang besar,” ujar Aubameyang pada 2013 lalu. “Saya dibesarkan oleh seorang ayah Afrika. Saya tak pernah melupakan latar belakang saya dan juga keluarga saya.”

Selain Gabon, sebenarnya Aubameyang bisa saja memilih timnas negara lain. Ia pernah membela timnas junior Italia dan juga memiliki paspor Perancis. Bahkan jika ia mau, ia bisa membela timnas Spanyol karena sang ibu memiliki darah Spanyol.

Aubameyang memang lebih memilih jejak sang ayah, Pierre-Francois Aubameyang. Ayahnya merupakan salah satu legenda timnas Gabon yang bermain pada posisi bek. Saat ini, sang ayah menjadi pemandu bakat di AC Milan.

“Itu merupakan keputusan sulit dan panjang. Saya ingin menjadi seperti ayah saya, dan juga ingin menjadi pemain Afrika terbaik seperti Samuel Eto’o atau Didier Drogba. Ini pilihan saya dan saya siap menanggung hal itu. Saya tidak menyesal,” ungkap Aubameyang.

Meski kariernya di timnas Gabon masih panjang, namun Aubameyang telah mencatatkan rekor tersendiri. Ia sudah menyamai rekor Theodore Nzue Nguema sebagai pencetak gol terbanyak timnas Gabon dengan 19 gol. Ia berpotensi menjadi pencetak gol terbanyak Gabon mengingat usianya yang masih 26 tahun. Bahkan lebih dari itu, bukan hal yang mustahil jika ia nantinya menjadi legenda Gabon seperti sang ayah.

Satu cita-citanya untuk mengikuti jejak sang ayah yaitu bermain di timnas sudah tercapai, bahkan ia saat ini menjabat sebagai kapten tim. Kini ia tengah menelusuri cita-cita lainnya yaitu untuk bermain di Liga Spanyol. Kesebelasan Spanyol mana yang menjadi dambaan Aubameyang?

FC Barcelona beberapa waktu lalu sudah mengirim Ariedo Braida, komite teknik Barca, untuk menyaksikan secara langsung Aubameyang pada pertandingan Dortmund melawan Werder Bremen. Namun Blaugrana harus siap gigit jari karena Aubameyang pernah mengungkapkan ia ingin bermain untuk kesebelasan ibu kota Spanyol, Real Madrid.

“Mimpi saya adalah bermain untuk Real Madrid suatu saat nanti,” ujar Aubameyang pada Afriquefoot 2013 lalu. “Bagi saya, Cristiano Ronaldo adalah pemain paling komplet, yang bisa mengubah segalanya menjadi hal indah pada situasi apapun.”

Pada 2013, ia memuja Ronaldo. Saat ini, seharusnya ia bisa lebih percaya diri bahwa torehan golnya musim ini lebih baik dari Ronaldo.

Bahkan bukan tak mungkin pula jika kran golnya terus mengalir, ia bisa saja menjadi penerus Ronaldo yang saat ini sudah berusia 30 tahun. Dan yang perlu diingat, pintu Los Galacticos akan selalu terbuka bagi pesepakbola-pesepakbola terbaik dunia. Benar begitu kan, Florentino Perez?

foto: bvb.de

Komentar