Banner untuk si Penghianat

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Banner untuk si Penghianat

Akhir pekan lalu merupakan waktu yang tidak menyenangkan bagi Steven Defour. Pemain tengah ini kembali lagi ke Stade Maurice Dufrasne kandang Standard Liege, klub yang membesarkan namanya.

Dirinya kembali menginjakan rumput setelah tiga Tahun lamanya. Akan tetapi ia datang bukan sebagai kawan, kali ini Defour berseragam Anderlecht yang notabene rival kesebelasan berjuluk Les Rouches tersebut.

Sejak menginjak lapangan, penyambutan kurang baik sudah diberikan oleh suporter tuan rumah. Di tribun belakang gawang, sebuah banner raksasa dibentangkan para suporter Standard League.

Banner raksasa itu bewarna merah, dengan gambar seorang pria bertopeng Jason Voorhes. Gambar tokoh dalam film Friday the 13th itu sedang menjinjing potongan kepala Defour. Sedangkan tangan kanannya memegang sebilah golok.

Spanduk tersebut juga bertulis Red or Dead yang artinya Merah atau Mati. Maka kesimpulannya adalah tokoh Jason itu sudah memenggal kepala Defour dengan kalimat yang cukup keras.

Tidak hanya banner, gelandang bernomor 16 itu juga mendapatkan teror sepanjang pertandingan. Setiap ia menyentuh bola, maka siulan dan makian sorak sorai ditujukan kepadanya.

Pada menit 31, emosinya sudah mulai tersulut, ketika wasit meniupkan peluit handsball. Dalam keadaan pertandingan sedang berhenti, Defour menendang bola jauh ke atas mengarah tribun penonton.

Beruntung wasit tidak memberikan hukuman atas aksi Defour tersebut. Akan tetapi lain lagi ceritanya pada menit ke-52. Pemain 26 Tahun tersebut dengan sengaja menggiring bola, lalu menendangnya ke arah suporter Standard Liege.

Aksi emosionalnya tersebut membuat wasit memberikan kartu kuning keduanya. Defour pun melayangkan protes, namun ia harus tetap meninggalkan lapangan.



Aksinya itu pun mendapatkan respon keras dari para suporter. Dari arah tribun, mereka melempar-lemparkan jersey Standar Liege benama Defour.

Merupakan seragam yang dikenakan oleh Defour kala membela Les Rouches empat musim silam. Ya, pemain Tim Nasional Belgia ini merupakan idola para suporter Standard Liege dari Tahun 2006 sampai 2011.

Kemudian dia pindah ke Porto dan berada di Liga Portugal selama tiga musim. Akhirnya ia kembali lagi ke Belgia, dengan berkostum Anderlecht di musim ini.

Bersama Les Rouches, vitalnya Defour menjadi seorang kapten. Dirinya pun berperan penting, mendatangkan dua piala Belgian Pro League 2007/2008 dan 2008/2009. Ditambah tiga gelar lain, masing masing Belgian Cup 2010/2012 dan Belgian Supercup 2008 dan 2009.

Maka suporter manakah ketika melihat pemain pujaannya datang kembali, dengan berkostum klub rival mereka sendiri.

Koreografi yang ditunjukan suporter Standard Ligue ternyata juga mendatangkan masalah. Para otak aksi banner itu tengah diusut Federasi sepakbola Belgia, dibantu polisi dan wartawan.

Sejauh ini, polisi sedang memburu pimpinan Ultras Inferno '96. Jika dalangnya ditangkap, maka larangan ke stadion selama lima tahun menanti. Ditambah dengan denda sebesar lima ribu euro, kepada setiap suporter yang terlibat koreografi tersebut.

Tulisan lain tentang Ultras dapat anda baca di sini.

Sementara itu, Defour sendiri melayangkan permohonan maaf usai pertandingan. Akan tetapi ia tetap menunjukan keheranannya tentang kartu merah yang didapatkannya.

"Minta maaf untuk fans saya dan teman-teman saya di Anderlecht, meskipun saya tidak mengerti tengang kartu merah. Kau tidak bisa melihat atau mendengar wasit," seperti yang ditulis BBC.

Kendati permohonan maaf sudah dilayangkan, akan tetapi itu tetap tidak bisa menolong timnya dari kekalahan. Skor akhir berbicara kekalahan untuk kesebelasannya dengan skor 2-0.

Foto dari : NyDailynews

Video dari : Turkish Goal Vine

Komentar