Menang pada dua laga awal Liga Primer Inggris 2015/2016 melawan Stoke City dan AFC Bournemouth membuat Liverpool dan para pendukungnya lebih percaya diri. Apalagi mereka juga berhasil menahan imbang saat bertandang ke Arsenal 0-0 pada pekan ke tiga musim ini.
Kepercayaan diri pun meninggi saat pasukan arahan Brendan Rodgers tersebut kembali bertanding di kandangnya sendiri, Stadion Anfield, menghadapi West Ham United, Sabtu (29/8). Tak terkecuali Dejan Lovren. Menjadi bagian pertahanan Liverpool ketika melakukan clean sheet di laga-laga awal membuatnya layak merasa percaya diri.
Tapi Lovren terlihat kelewat percaya diri. Di laga melawan West Ham, ia sempat merengsek naik ke pertahanan lawan dan mencoba melewati lawan dengan melakukan step over. Tapi gagal. Tak hanya itu, ia pun sangat percaya diri kala berduel dengan lawan di garis lapangan. Sayang berakhir blunder dan menjadi gol bagi West Ham.
Slaven Bilic, Manajer West Ham, menilai Lovren tampil terlalu percaya diri sehingga melakukan kesalahan fatal penyebab gol yang dicetak Mark Noble pada menit ke-29,
"Dia (Lovren) melakukan kesalahan. Dia terlalu percaya diri dan itu (gol) bisa terjadi," katanya. "Saya berbicara dengan dia tentang hal itu di Instanbul ketika Besiktas mengalahkan Liverpool di Liga Eropa. Aku menempatkannya di tim Kroasia ketika ia masih sangat muda. Aku tahu saat itu dia yang terbaik," sambung Bilic.
Tapi ini bukan hanya soal Lovren, pasalnya rasa percaya diri The Reds, julukan Liverpool, rupanya harus runtuh ketika baru menghabiskan waktu tiga menit di lapangan saat sontekan Manuel Lanzini membawa West Ham unggul terlebih dahulu.
Gol cepat Lanzini disinyalir menjadi salah satu penyebab kehancuran Liverpool yang berlaga di hadapan para pendukungnya selaku tuan rumah. Justru The Reds malah kebobolan dua kali lagi dalam proses kerja keras untuk berbalik menekan The Hammers, julukan West Ham, agar mampu menyamakan kedudukan dengan tensi serangan tinggi.
Bahkan permainan dengan intensitas tinggi sampai mengorbankan Phillippe Coutinho yang terpaksa diusir dari lapangan akibat menerima kartu kuning kedua pada menit ke-52.
Baca juga : 40 Detik yang Bergemuruh di Kepala Gerrard
Pertandingan yang ditutup dengan skor 3-0 untuk West Ham pun menjadi debut indah bagi Lanzini, pemain kelahiran 15 Februari 1993 (Ralat), yang merasakan menjadi starter. Debut sebagaibstarter tentunya lebih menyenangkan dibanding debutnya di Liga Primer Inggris. Saat itu ia tampil sebagai pemain pengganti Cheikhou Kouyate sebagai gelandang kiri sejak menit ke-76, namun West Ham kalah dari Leicester City dengan skor 2-1.
Bilic menegaskan jika penampilan gemilang Lanzini bukan cuma mencetak gol keunggulan, mamun ia memang bermain gemilang mengeksploitasi sisi kiri pertahanan Liverpool. Usahanya yang terus menekan Lovren berhasil melahirkam blunder fatal yang membuahkan gol kedua West Ham yang dicetak Noble.
Sejatinya Lanzini merupakan gelandang serang di belakang dua striker, tapi Bilic menempatkannya sebagai penyerang sayap kanan ketika menghadapi Liverpool dan ia mampu melakoni tugasnya dengan baik.
"Dia tidak cuma menutup area bek kiri (Liverpool), Joe Gomez, tapi ia menghentikan Phillipe Coutinho dan James Milner. Dia mengagumkan," papar Bilic.
Pemain 22 tahun itu sendiri sebelumnya memang pemain yang cukup asing bagi pemerhati sepakbola Liga Inggris. Dirinya didatangkan dari Al-Jazira, kesebelasan asal Uni Emirat Arab (UEA). Pola transfernya pun tidak semenonjol dibanding kedatangan pemain baru West Ham lainnya seperti Pedro Obiang (Sampdoria), Dmitri Payet (Marseille) dan Angelo Ogbonna (Juventus).
Pemain jebolan akademi River Plate itu memang cuma terkenal selintas di kalangan sepakbola UEA untuk satu musimnya bersama Al Jazira. Kendati demikian, di negara timur tengah tersebutlah ia dijuluki The Jewel (Si Berlian) lewat aksinya yang cukup memukau dengan delapan gol dari 24 laga sebagai gelandang serang di Al Jazira.
Baca juga : Apa Perlu Gervinho Diberi Helikopter untuk Memperbaiki Penampilannya?
Lanzini sangat disukai oleh staf dan rekan-rekan kesebelasannya karena keramahannya. Apalagi diperkuat dengan usaha kerasnya untuk belajar bahasa Inggris agar bisa lebih berinteraksi dengan lingkungannya di Kota London.
Bilic pernah mengatakan bahwa penampilan Lanzani mengingatkannya kepada sosok Luka Modric yang pernah ditanganinya ketika masih membesut Kesebelasan Negara Kroasia pada 2006 sampai 2012. Daily Mail menganggap permainan mantan pemain Fluminense ini mirip dengan David Silva, gelandang serang sayap Manchester City. Dirinya memiliki kecepatan walau sedang menggiring bola, kemampuan teknis yang baik, operan akurat dan pintar melihat posisi rekan-rekannya ketika membangun serangan.
Hal tersebut juga sempat membuat Tottenham Hotspurs dan Villareal sempat mengincar jasa mantan pemain Argentina U-20 tersebut pada bursa transfer musim panas 2015 kali ini. Tapi justru West Ham yang berhasil memboyong Lanzani. Bilic tak ragu untuk mendatangkannya.
"Dia (Lanzini) mengingatkan saya kepada Luka Modric yang memiliki tubuh kecil tapi mampu mengatasi dan melakukan banyak hal. Dia fantastis saat melawan Liverpool dan bukan hanya karena dia mencetak gol," ujar Bilic.
Lanzini seorang Argentina, diharapkan ia mampu melejit seperti pendahulunya, Carlos Tevez dan Javier Mascherano. Skuat West Ham saat ini juga diperkuat Argentina lain dalam diri Mauro Zarate.
Sumber : BBC, Daily Mail, Daily Star, ESPN, HITC, Independent, Irish Examiner, The National, West Ham United,
Komentar