Betapa Pusingnya Steve McClaren

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Betapa Pusingnya Steve McClaren

Newcastle United terhitung percaya diri ketika menunjuk Steve McClaren menjadi manajer menggantikan John Carver untuk mengarungi Liga Primer Inggris 2015/2016. Padahal McLaren baru melewati fase kepelatihan yang tidak mengenakan setelah dipecat dari Derby County akibat gagal membawa kesebelasan itu promosi ke divisi teratas Liga Inggris.

Kendati demikian McClaren tetap ditunjuk Mike Ashley, pemilik Newcastle, menyingkirkan nominator lain seperti Aitor Karanka (Middlesbrough) dan Patrick Viera (Manchester City U-21). Dari sodoran nama-nama tersebut, McClaren dianggap paling memiliki pengalaman melatih. Modalnya terutama membawa Middlesbrough juara Piala Liga 2003/2004 dan membawa Twente menjuarai Eredivisie 2009/2010.

Tugas besar langsung diembankan Ashley kepada mantan manajer tim nasional Inggris pada 2008 tersebut yaitu meraih satu gelar juara. Agar ambisinya tercapai, Ashley tidak terlalu pelit seperti musim lalu ketika masih dimanajeri Alan Pardew.

Kesebelasan berjuluk The Magpies ini memenangkan sejumlah persaingan transfer dengan kesebelasan-kesebelasan besar lain dalam merekrut Georginio Wijnaldum (PSV Eindhoven), Florian Thauvin (Marseille), Aleksandar Mitrovic dan Chancel Mbemba (RSC Anderlecht).

Sayang hasilnya tidak atau belum memuaskan. Sampai pekan keenam Liga Primer Inggris saat ini, Newcastle belum pernah menang satu kali pun. Fabricio Collocini dkk., pun terdampar di peringkat 19 Liga Primer Inggris 2015/2016, hanya satu peringkat lebih baik dari rival satu kotanya, Sunderland. Newcastle dan Sunderland sama-sama baru mengoleksi dua poin.

Bahkan ironisnya The Magpies tersingkir lebih cepat dari Piala Carling oleh Sheffield Wednesday, kesebelasan Championship, pada ronde ketiga dengan skor 1-0 di St James Park. Padahal kompetisi tersebut merupakan turnamen paling masuk akal bagi Newcastle untuk mendapatkan tropi di musim ini.

Skuat besutan McClaren memang tampil sangat buruk saat disingkirkan Sheffield. Thauvin disebut-sebut paling jauh dari kata memuaskan. Ia pun diganti pada menit ke-46 dan bahkan mendapatkan cemoohan dari para suporter Newcastle.

2CB0CBF200000578-0-Newcastle_supporters_turned_on_Steve_McClaren_bottom_right_after-a-58_1443096819974


Ruang Ganti yang Tidak Kondusif

Dikabarkan jika cedera Cheick Tiote hanyalah alasan bagi pemain tengah Newcastle tersebut agar tidak merumput mengingat ia sempat meminta kenaikan gaji. Rumor negatif itu memicu kritik yang deras. John Richardson, analisis sepakbola di Sky Sports, menganggap jika Tiote merupakan racun dan telor yang membusuk di ruang ganti skuat besutan McClaren ini.

Komentar-komentar miring dari media tentang Newcastle pun semakin deras mengingat akhir-akhir ini pihak kesebelasan hanya memprioritaskan media tertentu saja yang dibolehkan mengikuti press conference dengan McClaren.

Selain itu dalam skuat yang dimiliki manajer kelahiran 3 Mei 1961 ini, tidak ada nama pemain asli Inggris yang betul-betul senior dan sanggup menenangkan situasi. Sekarang mereka hanya memiliki sosok Coloccini yang notabene pemain asal Argentina. The Magpies hanya memiliki Stuart Taylor sebagai pemain asli Inggris paling senior di dalam skuat Newcastle musim ini.

Sampai saat ini The Magpies seolah kehilangan sosok-sosok senior pemain asli Inggris seperti Kevin Nolan, Joey Barton, Steve Harper, Nicky Butt, Alan Shearer dan lainnya. Pada musim ini para anak asuh McClaren hanyalah kesebelasan yang berisi sekumpulan individu.

Dahulu ketika masih diperkuat nama-nama senior itu biasanya mereka mampu lebih berjuang agar bisa bangkit. Masih lekat dalam ingatan bagaimana mereka mengejar ketertinggalan 0-4 dari Arsenal pada Liga Primer Inggris musim 2011. Mereka mampu mengejar ketertinggalan dan mengakhiri pertandingan dengan skor 4-4.

Selain itu McClaren pun geram kepada Graham Carr yang menyebut jika perekrutan pemain baru masih dirasa kurang. Di sisi lain Carr terbatasi oleh kebijakan transfer dari Ashely. Kendati sedikit lebih baik namun tetap dirasa kurang oleh manajer 54 tahun ini yang dipatok target cukup tinggi untuk ukuran kesebelasan yang musim lalu berjuang keras menghindari degradasi.

Ragam Problema Newcastle di Rumput Hijau

Newcastle sangat kesulitan memperlihatkan penetrasi ke dalam kotak penalti lawan, sangat jarang mampu membuat peluang dan terlihat kebingungan ketika berada di sepertiga akhir pertahanan Sheffield. Itu memperlihatkan tren umum dari penampilan Newcastle. Pada empat laga Liga Primer Inggris musim ini pun The Magpies baru menyarangkan tiga gol ke gawang lawan.

Papiss Cisse merupakan satu-satunya pemain yang mencetak satu gol untuk Newcastle. Sementara Ayoze Perez dan Mitrovic, yang sudah dimainkan empat kali, belum menyumbangkan gol satu pun. Bahkan Mitrovic malah mengoleksi satu kartu merah di Liga Primer Inggris 2015/2016 ketika menghadapi Arsenal pada pekan keempat.

Secara keseluruhan mereka juga memiliki statistik penguasaan bola paling buruk di Liga Primer Inggris musim ini dengan rataan hanya 45,2 persen. Mereka juga menjadi kesebelasan dengan tembakan ke gawang lawan paling sedikit dengan rata-rata hanya delapan tendangan per laga.

McClaren juga masih mengotak-atik peran Wijnaldum dalam formasi 4-2-3-1 racikannya. Biasanya mantan kapten PSV tersebut diplot sebagai gelandang serang, namun ketika pertandingan terakhir melawan Sheffield ia dicoba sebagai deep-lying playmaker. Wijnaldum pun mengeluhkan peran barunya itu. Pemain yang membawa PSV menjuarai Eredivisie musim lalu itu lebih nyaman memerankan gelandang serang.

Tapi pada kenyataannya ketika menjadi gelandang serang sejak partai pertama Liga Primer Inggris 2015/2016 pun ia tetap tidak mampu membawa kesebelasannya menang walau memang ia sudah mencetak satu gol, "Saya mengontrol bola di tengah (di Newcastle), saya lebih menyukai bermain sedikit ke depan," cetus Wijnaldum.

Selain soal posisi, McClaren juga dipusingkan deraan cedera yang menerpa para pemainnya seperti Jack Colback, Papiss Cisse, Massadio Haidara, Steven Taylor, Tiote Paul Dummett, Emmanuel Riviere dan Sylvain Marveaux. Khusus cedera Taylor menjadi vital karena membuat lini belakang semakin kropos. Coloccini seperti kehilangan tandem karena Mbemba juga belum mampu sepadan menggantikan Taylor.

Hal tersebut membuat mantan pelatih Queens Park Rangers (QPR) ini berniat mencari amunisi bek tengah baru dengan mengincar Joel Matip (Schalke 04) dan Robin Knoche (Wolfsburg) pada bursa transfer selanjutnya. Tapi ada yang perlu diingat McClaren, musim lalu Pardew meminta pemain baru pada bursa transfer Januari dan tidak dikabulkan. Ashley tidak bersedia mengucurkan dananya, ia justru berniat menjual sejumlah pemain yang berujung pada pengunduran diri Pardew.

Dengan kondisi yang lebih sulit saat ini ketimbang pendahulunya, mungkinkah McClaren akan mundur pada Januari mendatang? Ya, sebelum berpikir merekrut pemain di bursa transfer bulan Januari nanti, McLaren harus lebih dulu memastikan posisinya pun aman.

Sumber: Daily Mail, The Guardian, SB Nation, Soccerway,

Komentar