Buffon: Jangan Mau Jadi Kiper!

Cerita

by redaksi

Buffon: Jangan Mau Jadi Kiper!

Siapa yang tidak kenal Gianluigi Buffon? Selama hampir 20 tahun menjadi pemain profesional, namanya selalu lekat dengan julukan "Kiper Terbaik". Hanya membela Parma dan Juventus sepanjang karirnya, Buffon telah berdiri 558 kali di bawah mistar gawang di pertandingan kompetitif. Ia merupakan role model bagi para kiper di zamannya.

Pada awalnya, Buffon terinspirasi untuk menjadi kiper ketika melihat pertandingan antara Kamerun dan Argentina pada 1990. Saat itu, Buffon sebenarnya berposisi sebagai gelandang di Perticata, klub satelit milik Inter Milan. Panutannya pada saat itu adalah Marco Terdelli dan Nicola Berti, pemain yang selalu menggetarkan jala lawan.

"Setiap anak selalu berpikir untuk mencetak gol dibandingkan dengan tidak kebobolan," ujarnya singkat. Tapi melihat permainan Kamerun, ia mulai mempertimbangkan posisinya sebagai gelandang. "Setelah Italia, mereka (Kamerun) adalah tim yang saya dukung (di Piala Dunia 1990). Mereka adalah pahlawan sepakbola saya."

Salah seorang pemain yang menarik perhatiannya adalah kiper Kamerun, Thomas NÂ’Kono. Kemampuan Thomas dalam meninju bola membuatnya terpukau. Saat itu, ia mulai memiliki ketertarikan untuk menjadi seorang kiper.

Memiliki tangan yang kuat telah menjadi bakat alami di keluarga Buffon. Ayahnya, Adriano adalah seorang atlet angkat beban. Sementara ibunya, Maria Stella, adalah atlet lempar cakram. Dua adik perempuannya berprofesi sebagai atlet bola voli. Paman Buffon, Angelo Masocco, berprofesi sebagai pemain basket. Sementara mantan kiper Milan di era 50-an, Lorenzo Buffon, masih memiliki hubungan darah dengan kakeknya Buffon.

Memiliki sejumlah prestasi bersama klub maupun individu, tidak membuat Buffon menganggap posisi sebagai kiper sebagai hal yang menyenangkan. Menurutnya, menjadi kiper adalah sebuah profesi yang menyiksa. Contohnya adalah ketika kebobolan, kesalahan biasanya ditumpahkan kepada kiper seorang. Berbeda dengan rekan-rekannya, seorang kiper tidak bisa menebus kesalahan (kebobolan) dengan mencetak gol balasan ke gawang lawan.

Buffon memberi contoh dengan jarangnya posisi kiper dianalisa oleh para pundit. Mereka menjadi minoritas dan kesulitan untuk membela diri. Bahkan, pundit yang juga bekas kiper timnas Inggris, David James, lebih sering ditanya mengenai pertandingan secara umum. Tidak spesifik pada bagaimana kiper membuat sebuah keputusan.

"Sulit untuk menilai peran penjaga gawang," ujar Buffon, "terlebih jika Anda bukanlah seorang kiper. Ini seperti memberi penilaian terhadap pekerjaan seseorang tapi Anda tidak berpengalaman di bidang itu. Anda akan menyadari berapa banyak hal bodoh yang dikatakan untuk menilai seorang kiper."

Ia juga kerap kesal terhadap mereka yang berkomentar buruk terhadap kiper. Salah satunya adalah pertanyaan "kenapa kiper tidak maju ke depan?". Buffon menyebut pertanyaan ini sebagai hal yang tidak manusiawi. Perbedaan perspektif antara penonton dan kiper membuat terjadinya kesalahan persepsi mengenai hal ini.

"Sering ada kekeliruan ketika seorang jurnalis atau penggemar, dan bahkan pelatih yang tidak pernah menjadi seorang kiper, melihat umpan silang di kotak 6-yards dan mereka berkata (kiper) seharusnya maju (memotong umpan). Anda hanya perlu tertawa karena Anda mengerti betapa sampahnya perkataan itu," tutur Buffon.

Posisi penjaga gawang telah mengalami perkembangan selama beberapa dekade terakhir. Kiper menjadi sedikit berbeda, dan lebih homogen, lebih total. Terkadang, mereka harus ikut menyerang dan membuat pergerakan lewat kaki mereka. Tapi, semakin banyak kiper terlibat, sebanyak itu pula lah kesempatan mereka untuk membuat kesalahan.

Buffon menganggap, di era seperti ini sulit untuk ditemukan kiper yang benar-benar berkualitas. Ia hanya menunjuk nama Iker Casillas dan Manuel Neuer yang dianggap sebagai kiper yang benar-benar memiliki kualitas. Buffon turut memberi perhatian lebih kepada kiper muda Belgia, Thibaut Courtois. "Aku sangat suka kepadanya," ujar Buffon.

Tidak lupa, ia pun memberi saran kepada mereka yang ingin menjadi seorang penjaga gawang. "Ubahlah. Jangan menjadi kiper," ucapnya sembari tertawa. Meskipun terkesan main-main, tapi ia tidak bercanda, "Ini sungguhan," katanya.

Sumber gambar: wholles.com

[fva]

Komentar