Akhirnya Pilihan Jatuh Pada Coquelin

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Akhirnya Pilihan Jatuh Pada Coquelin

Orang yang sibuk mencari, sering merasa tak punya cukup waktu untuk menemukan yang dicari. Atau, seringkali, orang yang sibuk mencari justru kadang lupa kalau yang dicari itu jangan-jangan ada di sekitarnya sendiri. Gajah di pelupuk mata, demikianlah kata pepatah, kadang justru tak kelihatan.

Menjelang dimulainya Premier League musim ini, kelemahan Arsenal yang paling banyak disoroti adalah kurangnya jumlah bek tengah. Arsène Wenger hanya memiliki Per Mertesacker dan Laurent Koscielny di posisi tersebut. Di samping masalah jantung pertahanan, Arsenal juga memiliki tugas yang belum selesai di posisi gelandang bertahan.

Hanya ada Mikel Arteta dan Mathieu Flamini di posisi tersebut. Banyak media dan pemerhati sepakbola mengatakan bahwa Arsenal membutuhkan gelandang bertahan tambahan. Jika Wenger tak mau membeli pemain yang sudah matang, setidaknya Arsenal mendatangkan pelapis berusia muda; yang memiliki banyak tenaga.

Arteta dan Flamini dinilai sudah terlalu tua untuk klub dengan jadwal bertanding sepadat Arsenal. Walaupun the Gunners dikabarkan berada di pasar pemain untuk mendatangkan gelandang bertahan baru, Wenger selalu membantah. Menurut manajer berkebangsaan Perancis tersebut, Arsenal tidak perlu mendatangkan gelandang bertahan baru.

Wenger merasa bahwa Arteta dan Flamini masih dapat dipercaya. Selain itu, Wenger mengatakan bahwa pelapis yang ia butuhkan sudah ada di dalam timnya. Calum Chambers, yang baru musim ini bergabung dengan Arsenal, diplot sebagai pelapis di banyak posisi: fullback kanan, bek tengah, dan gelandang tengah. Selain itu, Chambers juga akan diajari cara menjadi gelandang bertahan. Bersama Chambers, Diaby juga dilatih untuk menguasai posisi baru yang sama.

Namun saat dicoba, Diaby tak bermain cukup baik sebagai gelandang bertahan. Naluri menyerang yang ia miliki membuat Diaby masih bermain kurang disiplin. Dan belum sempat ia berhasil membuktikan diri, Diaby cedera lagi.

Chambers sendiri tak punya waktu untuk mempelajari posisi baru. Badai cedera di lini belakang membuatnya sibuk bermain di banyak posisi di lini belakang. Sementara Mathieu Debuchy cedera, ia sibuk menjadi fullback kanan. Selama Koscielny belum sembuh, Chambers mengawani Mertesacker di jantung pertahanan. Saking seringnya Chambers bermain, Wenger sampai mengakui bahwa ia terlalu banyak memainkan Chambers.

Cedera yang dialami Arteta membuat Wenger praktis hanya memiliki Flamini. Arsenal pun kembali disebut-sebut mencari gelandang bertahan baru di bursa transfer bulan Januari. Krystian Bielik dan Morgan Schneiderlin disebut-sebut didekati Arsenal. Namun Wenger lagi-lagi membantah. Namun kali ini dengan aksi nyata. Ia menarik pulang Francis Coquelin dari masa peminjaman di Charlton Athletic.

Coquelin pun langsung mendapatkan tempat. Sejak pekan ke-16, ia selalu ambil bagian dalam pertandingan. Awalnya pelapis saja, namun dalam empat pertandingan terakhir perannya berganti. Pada pertandingan melawan West Ham United, Southampton, Stoke City, dan Manchester City, Coquelin selalu bermain penuh. Khusus di laga melawan City, Coquelin disebut aktor penting dalam keberhasilan Arsenal meredam serangan City sehingga Arsenal mampu meraih kemenangan 2-0 di kandang lawan.

Aaron Ramsey, salah satu pemain tengah andalan Wenger, sampai tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. “Lucu bagaimana banyak hal dapat berubah dengan cepat di sepakbola. Satu pekan ia masih menjadi pemain pinjaman di Charlton dan kemudian ia kembali dan selalu masuk tim setiap pekan. Untuk urusan bertahan ia telah melakukan pekerjaan yang sangat baik bagi tim,” ujar Ramsey sebagaimana dikutip dari situs resmi Arsenal.

Berputar ke mana-mana dan merotasi ini itu untuk mencari sosok gelandang bertahan yang pas, akhirnya sampai juga ke Coquelin lagi.

Jawaban yang selama ini dicari Arsenal ternyata sudah mereka miliki sejak lama. Dan Wenger menunggu waktu yang tepat untuk menunjukkannya kepada dunia. Sekali lagi, Wenger berhasil menemukan pemecahan masalah tanpa harus menuruti opini publik. Sekali lagi, Wenger membuktikan bahwa jargon Wenger knows best bukan omong kosong belaka.

Ya, sesekali bolehlah Wenger "meremehkan" (atau mungkin lebih pas: "terlupa") bakat yang ada di daftar pemainnya sendiri. Profesor juga, kan, manusia yang wajar saja sesekali luput mengingat di rak buku yang mana letak buku penting yang sedang dibutuhkan.

Komentar