Cerita Schürrle dan Reuni Bruchweg Boys

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Cerita Schürrle dan Reuni Bruchweg Boys

Sportstudio, sebuah talkshow Jerman, pernah mengundang Ádám Szalai, André Schürrle, dan Lewis Holtby dalam sebuah kesempatan yang sama. Yang membuat kehadiran ketiganya di acara tersebut menjadi menarik adalah cara Sportstudio memperkenalkan ketiga pemain tersebut kepada para penonton mereka di studio.

Sebuah chamber berbentuk lingkaran terbuka secara otomatis. Di dalamnya, sudah ada Szalai di belakang sebuah set drum dan Schürrle memainkan gitar. Holtby, yang berusia dua tahun lebih muda dari Szalai dan beberapa bulan lebih tua ketimbang Schürrle, ditunjuk menjadi frontman dan memainkan peran vokalis. Tentu saja mereka bertiga tidak benar-benar melakukannya.

Putar balik waktu ke tahun 2010. FSV Mainz 05 mencatatkan tujuh kemenangan dalam tujuh pertandingan pertama Bundesliga musim tersebut. Bagi para penonton netral, mereka adalah idola baru. Selain Thomas Tuchel, sang pelatih kepala, sosok yang banyak menjadi sorotan adalah Bruchweg Boys; trio Szalai, Schürrle, dan Holtby. Sebagai catatan, Bruchweg mengacu kepada lokasi tempat berdirinya stadion lama Mainz, Stadion am Bruchweg (yang secara harfiah berarti “stadion di Bruchweg” dalam bahasa Indonesia).

Ketiganya bermain impresif dengan cara mereka masing-masing, dan sering menghibur para pendukung setia dengan bergaya seperti rockstar, baik ketika merayakan gol maupun merayakan kemenangan selepas pertandingan.

Simak analisis taktikal terkait kepulangan Schürrle yang memungkinkan dia bersinar kembali. Baca ulasannya DI SINI.

Di antara ketiganya, Schürrle adalah yang paling muda. Namun ia juga, di saat yang bersamaan, paling lama mengenal Mainz. Setelah sepuluh tahun bermain di kesebelasan lokal di kota asalnya, Ludwigshafen, Schürrle bergabung dengan akademi sepakbola Mainz pada tahun 2006. Sejak tahun 2009, Schürrle bermain di tim senior. Trio Bruchweg baru terbentuk pada tahun 2010 setelah Mainz mendatangkan Szalai dari Real Madrid Castilla dan Holtby, kapten tim nasional Jerman U-21 saat itu, diboyong dari FC Schalke 04; keduanya sebagai pemain pinjaman.

Perutungan ketiganya tidak sama, namun tak pula terlalu jauh berbeda. Szalai adalah yang paling tidak produktif di antara ketiganya. Dalam 1.336 menit jam terbang yang ia dapatkan dari 22 pertandingan di semua ajang, pemain asal Hungaria tersebut hanya mampu mencetak 5 gol dan 3 assist. Holtby, sementara itu, mampu mencetak 6 gol dan 10 assist karena bermain di sepuluh pertandingan lebih banyak, dengan jumlah jam terbang mencapai 2.152 menit. Schürrle sendiri menjadi bintang paling bersinar di antara ketiganya. Dalam 34 pertandingan (2.569 menit), Schürrle berhasil mencetak 15 gol dan 5 assist.

Satu per satu, anggota Bruchweg Boys meninggalkan Mainz. Penampilan gemilang Schürrle mengantarnya bergabung dengan Bayer Leverkusen. Holtby dikembalikan ke Schalke dan langsung pergi ke Inggris, ke negara asal ayahnya, untuk bergabung dengan Tottenham Hotspur. Szalai sendiri baru meninggalkan Mainz dua tahun setelah Schürrle dan Holtby pergi. Ia bergabung dengan Schalke pada musim panas tahun 2013.

Satu per satu mereka pergi. Satu per satu pula mereka kembali ke Jerman, kembali kepada karakter sepakbola Jerman yang alot dan penuh disiplin itu. Kecuali Szalai, yang memang tidak pernah bermain untuk kesebelasan lain di luar Jerman setelah “pembubaran” Bruchweg Boys. Setelah satu musim bermain untuk Schalke, Szalai pindah ke TSG Hoffenheim.

Pada musim panas yang sama, Holtby kembali ke Jerman dengan status pemain pinjaman di Hamburg. Barulah pada Januari ini statusnya berubah menjadi pemain Hamburg seutuhnya.

Setelah Holtby, Schürrle menyusul. Wolfsburg yang sedang berjuang merebut posisi pertama dari Bayern München dengan senang hati menyambut kepulangan Schürrle, yang tidak lagi dibutuhkan oleh Chelsea.

Ketiganya kini berada di tiga kesebelasan berbeda. Ketiganya, karenanya, memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda. Namun fakta bahwa ketiganya kini kembali berada di negara yang sama membuat kemungkinan mengenai reuni tidak bisa tidak muncul di kepala.



Komentar