Dua Kesebelasan yang Berduel dan Mimpi-mimpi yang Baru Dimulai

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Dua Kesebelasan yang Berduel dan Mimpi-mimpi yang Baru Dimulai

Babak Kualifikasi Piala Dunia 2018 telah bergulir. Sejumlah negara yang harus berlaga pada babak pertama kualifikasi ini memulai perjalanannya menuju impian untuk bermain di Piala Dunia, turnamen antar negara paling bergengsi di dunia.

Di Asia pun menyajikan laga babak kualifikasi Piala Dunia. Dan di Asia Timur, terdapat pertempuran dua tim nasional yang sedang merindukan kemenangan. Kedua kesebelasan ini adalah tuan rumah Chinese Taipei dan Brunei Darussalam. Ya, kedua kesebelasan ini merupakan kesebelan negara yang cukup sulit meraih kemenangan.

Chinese Taipei, sebutan FIFA untuk Taiwan, tak pernah menang lebih dari setahun, atau lebih tepatnya sejak 13 Oktober 2013. Kemenangan terakhir Chinese Taipei diraih saat mereka menang dengan skor tipis 1-0 atas Palestina pada laga terakhir mereka pada tahun 2013.

Setelah kemenangan tersebut, kekalahan demi kekalahan diraih skuat asuhan Chan Kuei-Jen. Sepanjang tahun 2014, tak satupun kemenangan diraih Chinese Taipei. Hasil terbaik mereka raih saat berhasil menahan imbang Korea Utara di Piala Asia Timur pada November lalu. Disebut berhasil karena sebelumnya, Chinese Taipei selalu dikalahkan Korea Utara dalam setiap pertemuannya.

Karena rentetan hasil ini, kemenangan tentunya menjadi hal yang sangat dirindukan oleh publik Chinese Taipei. Dan menghadapi Brunei Darussalam, kesempatan untuk memenangi laga sangat terbuka. Mengingat pada pertemuan pertama (dan satu-satunya) di antara keduanya, Chinese Taipei sukses menjungkalkan Brunei dengan skor telak 5-0 pada 2009.

Belum lagi kondisi tak jauh berbeda dialami timnas Brunei. Negara anggota AFF ini pun sama halnya dengan Chinese Taipei karena sama-sama sangat sulit meraih kemenangan. Bahkan lebih buruk, jika Chinese Taipei tak menang dalam setahun penuh, Brunei tak meraih kemenangan sejak terakhir kali mengalahkan Timor Leste dengan skor 2-1 pada 13 Oktober 2012.

Pada 2013, timnas Brunei absen dari segala aktivitas sepakbola. Baru pada 2014 Brunei mulai aktif kembali menjalani pertandingan. Menarik diri pada AFC Challenge Cup 2014, Brunei tampil pada babak kualifikasi AFF Suzuki Cup.

Menghadapi Laos, Myanmar, Kamboja, bahkan Timor Leste yang mereka kalahkan pada 2012, Brunei menderita kekalahan pada setiap pertandingannya. Brunei pun harus puas diurutan paling buncit dengan hanya memasukkan lima gol serta kebobolan 12 gol, tanpa meraih satupun poin.

Secara peringkat pun Chinese Taipei berada di atas Brunei. Chinese Taipei pada peringkat yang dikeluarkan FIFA per Maret 2015 menempati posisi 188, 10 peringkat di atas Brunei yang menempati posisi 198.

Dengan catatan tersebut, para pendukung Chinese Taipei pun mengusung optimism tinggi. Sebelum pertandingan digelar, banyak dari mereka yang memprediksi bahwa laga ini akan berakhir dengan kemenangan skor telak. Bahkan pada situs FIFA, seorang pendukung Brunei dengan akun HyuBae menjagokan Chinese Taipei, “Saya pikir Chinese Taipei akan menang dengan skor 2-0 atau 3-0.”

Namun prediksi tinggalah prediksi. Di luar dugaan, Brunei sukses mengalahkan Chinese Taipei dengan skor tipis 1-0. Gol Brunei diciptakan oleh Adi Said pada menit ke-36 bertahan hingga wasit meniupkan peluit tanda pertandingan berakhir. Chinese Taipei masih gagal meraih kemenangan, sementara Brunei bersuka cita untuk pertama kalinya.

Brunei Mencoba Move-on Bersama Mun Heng

Brunei memang tampil dengan wajah berbeda pada pertemuan kali ini. Mike Wong Mun Heng, pelatih anyar Brunei asal Singapura, dengan berani memanggil banyak pemain dari liga domestik, Brunei Super League.

Pada skuat Brunei 2014, para pemain yang dipanggil pelatih Steve Kean asal Skotlandia mayoritas merupakan pemain DPMM FC, kesebelasan Brunei yang mengikuti kompetisi liga Singapura. Dari 19 pemain, hanya dua pemain non-DPMM yang memperkuat timnas.

DPMM memang cukup sukses di Liga Singapura. Berkiprah sejak 2009, dua kali DPMM nyaris menjuarai Singapore League pada 2012 dan 2014 setelah hanya menjadi runner-up. Namun mereka berhasil menggondol tiga trofi Piala Liga Singapura, sejenis Piala Liga di Liga Inggris.

Tapi Mun Heung belajar dari pengalaman. Keberhasilan DPMM di Liga Singapura seringkali tak menular ke timnas Brunei. Wajar memang, karena di DPMM terdapat bomber haus gol asal Brasil, Rodrigo Tosi, yang mencetak 32 gol dari 38 penampilan.

Maka pada skuat Brunei kali ini, pemain DPMM yang dipanggil timnas hanya berjumlah tujuh pemain. Kesebelasan asal Liga Super Brunei yang paling banyak menyumbang pemainnya adalah MS ABDB, juara Piala FA Brunei 2014, dengan enam pemainnya. Juara Liga Brunei 2014, Indera SC, hanya menyumbang tiga pemain.

Pada susunan pemain yang diturunkan Mun Heung melawan Chinese Taipei, sejumlah pemain pun merasakan debutnya. Bahkan salah satunya masih berusia 18 tahun, Muhammad Hanif Hamir, bermain selama lebih dari 90 menit sebelum digantikan pada tambahan waktu babak kedua.

Padahal babak kualifikasi Piala Dunia ini merupakan laga kualifikasi Piala Dunia pertama setelah terakhir kali mengikutinya pada tahun 2002. Pada Piala Dunia 2006 dan 2010, Brunei memang tak ikut berpartisipasi karena konflik di pemerintahan. Pada 2010, Brunei dihukum FIFA karena adanya intervensi pemerintah terhadap Asosiasi Sepakbola Brunei Darussalam (BAFA). Segala kegiatan sepakbola di Brunei pada 2010 hingga 2011 dilarang diselenggarakan.

Namun dibalik hukuman ini, terdapat hikmah yang bisa diambil sepakbola Brunei. Brunei membentuk liga baru yang lebih professional, Brunei Super League, pada 2012. Dan dari kompetisi ini pula lahir bakat-bakat baru yang kini menghiasi skuat timnas Brunei. Keberhasilan mengalahkan Chinese Taipei pun menjadi titik awal bagi Brunei untuk meraih prestasi yang lebih tinggi lagi, dan ini menjadi janji Mun Heng untuk membangkitkan sepakbola di negara Brunei.

“Babak pertama kualifikasi Piala Dunia merupakan kompetisi yang harus kami menangi, jadi kami harus melakukan yang terbaik untuk lolos ke babak berikutnya,” ujar Mun Heng pada situs FourFourTwo. “Sebagai tim nasional, kami harus memenangi setiap pertandingan internasional. Tapi level permainan pun sama pentingnya untuk membangun perkembangan di masa depan. Saya yakin masyarakat di Brunei akan mendukung tim nasional, maka dari itu kami akan menampilkan yang terbaik pada dua laga ini.”

Brunei sendiri akan kembali bertemu menghadapi Chinese Taipei pekan depan, 17 Maret 2015. Bermain di hadapan pendukungnya sendiri yang akan memenuhi stadion Sultan Hassanal Bolkiah, Mun Heng akan memimpin skuatnya untuk kembali menumbangkan Chinese Taipei dan membawa Brunei terus menapaki mimpi, melangkah sejauh mungkin di kualifikasi Piala Dunia.

foto: pixnet.net

Komentar