Episode Baru dari Kisah Klan Ayew dalam Sepakbola

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Episode Baru dari Kisah Klan Ayew dalam Sepakbola

Kisah klan Ayew di Marseille – yang dimulai oleh Abedi Pelé – memang sudah berakhir. Namun ternyata kisah tersebut selesai untuk memberi jalan bagi cerita baru: kisah klan Ayew di Premier League.

“Bagiku semuanya sudah selesai,” ujar Jordan Ayew. “Mereka membeliku seharga lima juta euro dan sekarang mereka mencegah kepergianku. Aku berada di Birmingham, aku akan bergabung dengan Aston Villa dan tidak akan ada yang dapat mengubah keputusanku. Seluruh keluargaku ingin pindah ke Inggris. Ini saat yang tepat.”

Jordan tidak salah. Sekarang memang saat yang paling tepat. Pertama, ia baru menjalani musim yang gemilang bersama FC Lorient – kesebelasan yang menampung bakatnya yang tidak mendapat tempat di Olympique de Marseille. Kedua, sang kakak yang berusia dua tahun lebih tua, André Ayew, belum lama ini bergabung dengan Swansea City dari Marseille.

Sembilan tahun lalu Jordan bergabung dengan akademi Marseille, mengikuti André yang masuk satu tahun lebih awal. Kini, di usia 23, Jordan pindah ke Premier League di bursa transfer yang sama dengan André. Jordan tampaknya tidak rela jauh dari André, dan untuk berada di satu liga yang sama dengan kakaknya ia rela mengorbankan hubungan baik dengan kesebelasannya.

Mendengar ketertarikan Aston Villa terhadapnya, Jordan langsung memaksa keluar dari Stade de Moustoir. Dalam prosesnya Jordan bahkan sampai menyerang Lorient lewat media. Menurut Jordan, Lorient berusaha mencegah kepergiannya dengan menaikkan harga.

“Mereka berkata aku dapat pergi jika ada kesebelasan yang membayar 10 atau 12 juta euro, ujar Jordan kepada L’Equipe. “Namun sekarang mereka menginginkan 10 juta pound sterling dengan tambahan 2 juta pound sterling, yang berarti kurang lebih 17 juta dalam euro. Ini omong kosong! Aku sangat kesal dengan cara mereka memperlakukanku.”

Walau bertolak belakang dengan proses transfer André yang mulus dan tidak melibatkan biaya transfer (André sudah berstatus bebas transfer ketika Swansea mendekatinya), Jordan akhirnya mendapatkan apa yang ia inginkan. Aston Villa mengikatnya hingga 2020, satu tahun lebih lama dari kontrak André di Swansea.

Bergabungnya Jordan dengan Aston Villa membuat dua putra terbaik Abedi Pelé kini sama-sama menjadi pemain Premier League. Dan seperti setiap pemain yang baru bergabung dengan kesebelasan baru di liga baru, André dan Jordan akan menghadapi tantangan baru.

André dan Jordan tentunya harus bekerja keras agar baik-baik saja di Premier League yang lebih berat dari Ligue 1. Namun sebelum menghadapi lawan-lawan yang menyulitkan, keduanya harus terlebih dahulu memenangi persaingan internal dengan rekan-rekan baru mereka masing-masing.

Salah satu cara termudah untuk membedakan Ayew bersaudara adalah dengan melihat posisi keduanya. Sementara Jordan hanya dapat bermain sebagai penyerang tengah, André menguasai banyak posisi dari gelandang serang hingga bek sayap. Namun posisi-posisi yang paling baik dikuasainya adalah penyerang lubang, penyerang sayap kiri, dan gelandang tengah.

Mampu bermain di banyak posisi dengan sendirinya membuat André memiliki peluang besar untuk menembus kesebelasan utama. Namun di sisi lain ini juga berarti ia harus bersaing dengan banyak pemain.

Di posisi penyerang sayap kiri, sebelum André harus bersaing dengan Wayne Routledge dan Jefferson Montero. Jika ia mengincar posisi penyerang lubang, André harus bersaing dengan Gylfi Sigurdsson. Di posisi gelandang tengah, saingan André lebih banyak lagi: Jonjo Shelvey, Matt Grimes, dan Leon Britton.

Jordan, sementara itu, hanya harus bersaing dengan Gabriel Agbonlahor, Libor Kozak, dan Callum Robinson untuk satu posisi yang ditinggalkan Christian Benteke. Mengingat Agbonlahor belakangan lebih sering bermain sebagai penyerang lubang serta Kozak dan Robinson adalah pemain kelas dua, Jordan seharusnya tidak menemui kesulitan berarti.

Demi kebanggaan keluarga, keduanya harus berhasil menembus kesebelasan utama. Abedi Pelé tentunya ingin duduk manis di kursi VIP Villa Park dengan senyum bangga menghiasi wajahnya – melihat dua putranya berusaha saling mengalahkan di liha (yang katanya) terbaik dunia – pada 24 Oktober nanti.

Komentar