"Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, mana yang lebih baik?" Pertanyaan itu pasti sering sekali kita dengar. Namun sebenarnya pertanyaan tersebut bisa dikategorikan pada sebuah pertanyaan retoris. Ya, apapun jawabannya, jawaban tersebut pasti benar karena tentu memiliki argumentasinya masing-masing.
Messi dan Ronaldo adalah sebuah contoh bagi seluruh pesepakbola di dunia. Messi dengan kemampuannya mencetak gol dan mendribel lawan berhasil meraih lima Ballon D`or. Rentetan pialanya bersama Barcelona pun sudah tak terhitung jari. Tapi meskipun bergelimang prestasi, Messi tetap menjadi seorang pesepakbola Argentina yang rendah hati. Jarang sekali ada berita negatif yang menghampirinya.
Bagaimana dengan Ronaldo? Meski pencapaian prestasinya (secara individu) tak semengkilap Messi, cerita Ronaldo dalam menggapai mimpinya memiliki keunggulan tersendiri. Kerja keras dan keseriusannya dalam berlatih telah menjadikan Ronaldo yang awalnya seorang pemuda biasa, menjadi Ronaldo yang sekarang ini yang identik dengan knuckle shoot dan lari yang super cepat.
Dari segi kemampuan dan skill, keduanya mungkin berada dalam level yang tak jauh berbeda. Tapi jika dari sisi humanisme, Ronaldo memiliki sebuah cerita luar biasa yang tak dimiliki Messi.
Saat Ronaldo merayakan kemenangannya atas Atletico pada final Liga Champions tahun 2014, Ronaldo berlari menuju tribun penonton. Ia lalu melepas kaos Real Madrid yang dikenakannya dan memberikannya ke seorang penonton. Ronaldo kemudian mengajak penonton tersebut ke lapangan dan memeluknya.
Telisik punya telisik, pria tersebut adalah rekan Ronaldo saat menjalani trial untuk masuk akademi Sporting Lisbon. Pada trial tersebut, pihak klub mengatakan, siapa pun yang mencetak gol paling banyak, akan otomatis lolos seleksi.
Ronaldo mencetak gol pertama, kemudian disusul oleh rekannya yang bernama Albert Fantrau ini. Kemudian Fantrau memiliki kesempatan untuk mencetak gol keduanya setelah tinggal satu lawan satu melawan kiper.
Tapi bukannya mencetak gol, Fantrau malah memberikan bola tersebut pada Ronaldo yang berdiri bebas di sisi lain. Dengan kiper yang terkecoh, Ronaldo pun dengan mudah menceploskan bola tersebut. Gol tersebut memastikan dirinya untuk bergabung dengan akademi Sporting Lisbon karena mencetak gol lebih banyak dari siapapun.
Selepas pertandingan, Ronaldo bertanya pada Fantrau mengapa ia melakukan hal tersebut. Kemudian Fantrau pun menjawab dengan singkat,"Kamu lebih baik dariku".
Setelah itu, karir Fantrau sebagai pesepakbola berakhir karena gagal lolos seleksi. Bahkan kehidupannya sebagai pengangguran pun dimulai saat itu juga.
Meskipun pengangguran, Fantrau tak pernah menemui masalah finansial selama hidupnya. Ia masih bisa menghidupi anak dan istrinya. Ia pun memiliki mobil dan rumah yang cukup bagus. Suatu hal yang aneh mengingat status Fantrau yang merupakan seorang yang tak memiliki pekerjaan.
Media pun kemudian bertanya padanya, "Darimana semua harta kekayaan Fantrau tersebut berasal?". Dengan bangga ia menjawab,"Ini semuanya dari Ronaldo!"
Ronaldo pun mengkonfirmasi kebenaran cerita tersebut. Baginya, kesuksesan seorang Cristiano Ronaldo saat ini tak lepas dari peran Albert Fantrau di masa lalu. Maka dari itu, ia menghidupi Fantrau sebagai imbalan atas apa yang pernah dilakukannya di masa lalu untuk Ronaldo.
Manusia sejatinya lekat dengan sifat kerakusan. Rakus dalam segala aspek dalam kehidupan. Kita sering menjadi egois untuk meraih apa yang kita cita-cita kan. Tapi dari cerita Ronaldo di atas, Ronaldo mengajarkan pada kita bahwa manusia bisa mengerdilkan kerakusannya. Dan yang paling penting, mengingatkan kita bahwa manusia memiliki keterikatan dengan manusia lainnya.
foto: julienews.it
[ar]
Komentar