Stadion Si Jalak Harupat yang menjadi salah satu tuan rumah Piala Presiden 2015 bergeliat pada Rabu, 2 September 2015. Pada laga malam hari, terjadi empat gol pada pertandingan sang empunya rumah, Persib Bandung, menghadapi Persiba Balikpapan.
Empat gol itupun semakin terasa spesial karena kesemuanya diboyong oleh Persib. Gol dari Zulham Zamrun dan Tantan pada babak kedua melengkapi sepasang gol yang diciptakan bomber asing andalan mereka, Ilija Spasojevic, pada babak pertama.
Gol Zulham seperti membuktikan tentang kebutuhan serangan sayap Persib yang pernah dituliskan pada artikel Plus-Minus Zulham Zamrun bagi Persib Bandung.
Tapi dari suguhan penampilan gemilang Persib dan gelontoran gol yang diciptakannya itu, terdapat satu kejadian menarik yang mungkin tak tertangkap oleh kamera televisi; yaitu ketika Hariono menolak untuk mengeksekusi tendangan penalti.
Pada menit ke-85, serangan Persib dari sisi kiri pertahanan Persiba diakhiri dengan bola yang menyentuh tangan salah satu pemain Persiba. Melihat itu, praktis wasit langsung menunjuk titik putih dengan tanpa protes berlebihan dari para pemain Persiba.
Mendapatkan penalti, tiga pemain Persib, yaitu Firman Utina (ralat: Vladimir Vujovic), Atep, dan Spasojevic, terlihat berada di titik putih untuk menentukan siapa penendang penalti tersebut. Dengan segala pertimbangan, ketiganya sepakat untuk memberikan tendangan penalti ini pada Spasojevic yang berupaya menciptakan hattrick.
Namun saat Spaso mengambil ancang-ancang yang cukup jauh, hingga ke luar kotak penalti, tiba-tiba salah seorang pemain Persib meminta Spaso untuk jangan dulu melakukannya. Pemain tersebut lantas memanggil Hariono untuk mengeksekusi tendangan penalti tersebut.
Hariono yang berada di tengah lapangan, posisi yang menjadi tempat di mana ia berada saat Persib mendapatkan tendangan sudut, seperti kaget mendapatkan panggilan tersebut. Â Ia pun lantas memberikan gestur penolakan dengan kedua tangannya.
Hanya saja upaya itu sia-sia. Hariono tetap pada pendiriannya untuk tidak menendang penalti tersebut. Bahkan ia kemudian membalikkan badannya agar tak melihat kedua rekannya itu memintanya untuk menendang penalti. Maka akhirnya Spaso-lah yang mengambil tendangan tersebut di mana eksekusinya berhasil dipatahkan kiper Persiba, Jandia Eka Putra.
Penolakan Hariono menendang penalti ini hanya bisa dilihat oleh mereka yang menyaksikan pertandingan Persib vs Persiba ini langsung di Stadion Si Jalak Harupat. Ini adalah salah satu contoh alasan mengapa menonton sepakbola Indonesia di stadion itu penting.
Kejadian ini tentunya berkaitan dengan karir Hariono selama tujuh tahun membela Persib. Bergabung pada 2008 bersama rombongan dari Deltras Sidoarjo, Hariono hingga saat ini belum pernah sekalipun menyumbang gol untuk Persib.
Pemain Persib yang menyadari hal itu tampaknya ingin memberikan kesempatan bagi Hariono untuk setidaknya pernah merasakan merayakan golnya sebagai pemain Persib. Apalagi pada saat itu merupakan momen yang tepat mengingat Persib sudah unggul tiga gol dan laga tersebut hanya bertajuk bukan pertandingan liga. Toh, jika Hariono gagal mencetak gol dari tendangan penalti tersebut, Persib masih berkemungkinan besar memenangi pertandingan karena pertandingan tinggal beberapa menit saja.
Tapi Hariono tak berpikir sejauh itu. Mungkin bagi Hariono, tak apa ia tak mencetak sebiji gol pun bagi Persib asalkan Persib bisa meraih kemenangan. Apalagi ia hanyalah seorang pemain gelandang bertahan, di mana kemampuan merebut bola, menjaga lawan, dan staminanya yang paling diharapkan kontribusinya di setiap pertandingan.
Tujuh tahun bersama Persib sebenarnya Hariono tampil mendewasa. Torehan kartu kuningnya mungkin masih bergelimang di mana musim 2014 dengan tambahan satu kartu merah. Tapi tengok gerakan tanpa bola atau operan-operan pendek maupun panjang yang ia peragakan, Hariono semakin mencerminkan seorang gelandang bertahan modern yang tak hanya mengandalkan kekuatan fisik.
Dan pada laga melawan Persiba, Hariono pun memberikan penampilan yang bisa dibilang sempurna. Staminanya yang terus terjaga membuatnya dimainkan selama 90 menit. Kengototan bermain yang disempurnakan dengan tekel-tekel âbersihâ yang dilakukannya, membuat siapapun pemain Persiba yang hendak menyerang lini pertahanan Persib lewat tengah mati kutu.
Hariono tampil tanpa cela. Dan cleansheet I Made Wirawan merupakan salah satu hasil performa gemilangnya. Empat gol yang diciptakan Persib pada malam itu pun tentunya tak bisa dielakkan dari operan Hariono yang ia bangun dari tengah bersama M. Taufiq sebelum ke kedua sayap ataupun Firman Utina.
Dan ya, begitulah cara Hariono menyenangkan para bobotoh. Gol, bukanlah hal yang paling ingin ia berikan untuk Persib dan para pendukungnya, melainkan kemenangan bagi Persib saat wasit meniupkan peluit tanda berakhirnya pertandingan.
foto: simamaung.com/Otto Sya'ban
Komentar