Sejumlah negara di Timur Tengah memiliki aturan ketat terkait aktivitas perempuan di luar rumah. Ini yang mengakibatkan perempuan dilarang menyaksikan pertandingan sepakbola di kafe, atau tempat terbuka lainnya, apalagi di stadion. Namun, anomali terjadi di Uni Emirat Arab.
Klub yang berbasis di Abu Dhabi, Al Ain, meluncurkan tiket musiman untuk menyaksikan seluruh pertandingan mereka di Stadion Hazza bin Zayed. Selain terobosan yang juga tidak biasa, Al Ain juga mengajak kaum hawa serta penonton dari kelas keluarga untuk berpartisipasi memenuhi stadion.
Di Timur Tengah, kehadiran perempuan di stadion adalah hal yang tak biasa. Tapi Al Ain seolah membukakan pintu bagi kehadiran perempuan untuk menyaksikan secara langsung pertandingan sepakbola.
Al Ain memberikan promo bagi kaum hawa dengan mempersilakan mereka memilih kursi di manapun mereka mau. Harga tiket sendiri dibanderol mulai dari 55 USD.
âKami melakukan apapun di sini untuk menarik perhatian fans. Ini adalah hal yang hebat bagi semua orang yang terlibat dalam sepakbola di negeri ini,â ujar bintang timnas UAE dan Al Ain, Omar Abdulrahman.
Omar pun menjelaskan, dengan fasilitas yang ada di stadion baru mereka, diharapkan para penonton akan lebih nyaman dalam memberikan dukungan.
âStadion baru kami sangatlah fantastis dan segala fasilitas telah tersedia. Kami menginginkan, sebanyak mungkin penonton untuk dapat hadir mendukung Al Ain karena hal itu dapat membantu para pemain berlaga di lapangan.â
Tentu Anda jangan membayangkan kondisi Stadion Hazza bin Zayed ini serupa dengan stadion di Indonesia, taruhlah Stadion Si Jalak Harupat. Meski sama-sama mampu menampung 25 ribu penonton, tapi stadion ini dapat dikategorikan sebagai stadion mewah.
Kursi yang digunakan adalah kursi lipat yang selalu bersih dan siap digunakan. Jangan lupakan, fasiltas pendukung seperti toilet pun begitu bersih dan terawat. Ini yang membuat Al Ain begitu percaya diri untuk mengundang kaum hawa dan penonton dari kalangan keluarga untuk dapat hadir.
Ini merupakan langkah yang patut diapresiasi karena UEA begitu memberikan kebebasan bagi kaum hawa untuk dapat menyaksikan pertandingan sepakbola. Padahal, kultur di Timur Tengah tidak demikian.
Anehnya, di Indonesia, sebuah negara yang menyamakan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan, malah sebaliknya. Perempuan yang datang ke stadion, seringkali menjadi bahan perbincangan, atau kasarnya pelecehan secara verbal oleh suporter pria. Jika mendapati kehadiran suporter perempuan di stadion, ia pasti datang bersama rekan-rekan satu distrik atau sekelompoknya. Sehingga, tidak ada yang berani untuk macam-macam.
Lalu, bagaimana dengan perempuan yang datang sendiri, atau datang dengan rekan perempuan lainnya? Mereka biasanya membeli tiket VIP. Meski lebih mahal, namun lebih nyaman serta dapat meminimalisasi gangguan dari suporter pria.
Hal yang sama terjadi pada fasilitas pendukung di stadion. Stadion Si Jalak Harupat, tidak memiliki toilet yang representatif. Memang, toilet rusak juga disebabkan oleh prilaku segelintir suporter pria yang kerap buang air di mana saja. Tidak cukup sampai di situ. Mulai dari lampu, hingga kaca toilet pun ada yang rusak dan hancur.
Dengan kondisi seperti ini, tentu akan membuat suporter perempuan menjadi tidak nyaman untuk datang ke stadion. Ini merupakan sebuah kemunduran, karena kultur bebas berekspresi di Indonesia tidak pernah bisa dimanfaatkan. Dengan pemikiran global, sudah bukan jamannya memandang perempuan sebagai pelengkap belaka. Ia sama-sama makhluk hidup, tidak ada tingkatan atau strata bahwa mereka ada di bawah pria.
Mari kita mulai timbulkan rasa aman dan nyaman bagi kaum hawa. Ini sepakbola, bukan agama.
[fva]
Komentar